Published On:Selasa, 01 Mei 2012
Posted by Unknown
Mozaik Minang Pada Mulanya
Jauh hari sebelum saya memulai dengan
serius proyek Paco Paco ini, telah ada beberapa embrio dari
tulisan-tulisan saya yang sempat saya posting di milis Rantau Net. Dari
tulisan-tulisan hipotetik yang kadang hanya dilandasi kekritisan semata
ini akhirnya saya memutuskan sebuah konsep yang jelas tentang proyek
Paco Paco ini.
Sesuai namanya Paco Paco mengacu kepada
mozaik. Tulisan-tulisan di situs ini yang sebagian besarnya saya sadur
dari tulisan-tulisan para penulis sebelumnya saya rangkai dalam bentuk
mozaik kronologis dan mozaik geografis. Filosofi ini juga yang saya
tuangkan dalam design header blog ini, yang kurang lebih bermakna Ranah
Minang yang dinamis dan desentralistis.
Tidak ada pusat dan pinggir di Ranah
Minang yang selalu berubah ini. Masing-masing wilayah adalah entitas
yang setara dan menorehkan sejarah pada zamannya masing-masing. Kita
mengenal sekurang-kurangnya 3 istilah “Alam” di wilayah ini, yakni Alam
Minangkabau yang identik dengan Luhak Nan Tigo, Alam Surambi Sungai Pagu
yang berlokasi di selatan Alam Minangkabau (membentang dari Inderagiri
sampai Inderapura) serta Alam Kerinci yang letaknya di selatan Alam
Surambi Sungai Pagu.
Wilayah Minangkabau Selatan pernah jaya
pada zaman emas dan lada, disana kita menemukan jejak sejarah Mande
Rubiah dan Raja Nan Barampek. Minangkabau Timur (Batanghari) jaya di
zaman emas juga sebagai pewaris Kerajaan Melayu Dharmasraya, disana kita
menemukan epik Gajah Tongga Koto Piliang, sang penjaga pintu sebelah
timur. Minangkabau Pusat (Luhak Nan Tigo) sangat kita kenal dalam Tambo
dengan sentral Gunung Marapi nya, duo Datuk Katumanggungan dan Datuk
Perpatih Nan Sabatang mengukir sejarah disini. Minangkabau Timur Laut
meninggalkan bukti sejarah berupa hamparan Menhir di Mahat, Limapuluh
Kota. Minangkabau Barat (Pariaman dan Padang) pernah menjadi jendela
Minangkabau ke dunia luar. Pelabuhan-pelabuhan internasional pernah ada
disini. Minangkabau Utara pernah menggetarkan seluruh Alam Minangkabau
dengan revolusi keagamaannya. Tuanku Imam Bondjol pernah menorehkan
sejarah dari sini. Minangkabau Barat Laut bertetangga dengan Kota Barus
yang merupakan kota internasional di zaman lampau.
Semua wilayah pernah mengukir sejarah,
semua wilayah sampai ke rantau-rantau timur pernah memberikan
kontribusi. Itulah Minangkabau, sebuah wilayah kebudayaan yang dinamis,
desentralistis dan terbuka.
Sayang sekali masih ada beberapa rahasia
yang belum terungkap. Salah satunya adalah Tambo Alam Minangkabau.
Banyak pihak yang telah mengulas dan membahasnya, namun sayang
seringkali terlalu dini untuk menghakiminya. Bagi saya ini adalah
kekalahan intelektual terhadap subjektivitas pemikiran sempit. Banyak
kalangan intelektual yang malu untuk membahas Tambo karena takut
ditertawakan karena mengagung agungkan mitologi aneh tak berdasar.
Sebagian dari mereka apakah itu kaum cendikiawan, pemuda, ulama bahkan
pemangku adat sekalipun terpaku akan subjektivitas penafsiran yang
terlalu dini.
Saya menawarkan sudut pandang yang
berbeda dengan meramu catatan sejarah, ilmu antropologi, etnologi dan
bahasa untuk melakukan Reinterpretasi terhadap Tambo Alam Minangkabau.
Bagi saya Tambo tidaklah sakral karena saya juga tidak bertujuan
membangun pembenaran terhadap teks Tambo, namun diluar itu semua,
terlalu banyak potongan-potongan puzle di dalam Tambo yang terlalu
sayang untuk tidak diteliti.
Akhirul kalam,
Selamat menikmati hipotesa dan kompilasi yang disajikan di sini.
Sumber : http://mozaikminang.wordpress.com/
Description: Mozaik Minang Pada Mulanya
Reviewer: Unknown
ItemReviewed: Mozaik Minang Pada Mulanya