Published On:Minggu, 10 Juni 2012
Posted by Unknown
Kisah Siti Nurbaya dan Datuk Maringgih di Ranah Minangkabau
Legenda
cerita rakyat yang mengisahkan tentang jalinan kasih yang tak sampai
antara sepasang insan yang berujung pada kawin paksa. Sang pria bernama
Syamsul Bahri,
selain
berwajah tampan juga berasal dari keturunan orang terpandang. Bapaknya
adalah seorang Penghulu yang terpandang, yakni Sutan Mahmud. Si gadis
bernama Siti Nurbaya, berparas jelita, berambut panjang bak mayang
terurai serta santun budinya anak dari Baginda Sulaiman. Jalinan cinta
Siti dan Syamsul sangat direstui oleh kedua orang tuanya yang masih punya hubungan kekerabatan. Sutan Mahmud ayah Syamsul Bahri adalah Mamak Siti Nurbaya.
Setelah
menamatkan sekolah tingkat atas, Syamsul Bahri melanjutkan sekolah calon
Dokter di pulau Jawa untuk menatap masa depan yang lebih cerah. Tak
terbayangkan betapa sedihnya Syamsul Bahri yang harus meninggalkan sang
kekasih pujaan hati. Air mata Siti Nurbaya berlinang membasahi pipi
disaat melepas kekasih hatinya di pelabuhan Teluk Bayur, dan berharap cepat kembali. Saling berkirim surat cinta adalah pengobat rindu mereka berdua.
Tahun
berlalu musim berganti, musibah datang mendera keluarga Siti Nurbaya,
usaha dagang ayahnya mengalami kebangkrutan, hingga jatuh miskin dan
Baginda Sulaiman akhirnya jatuh sakit. Beliau akhirnya meminjam uang
kepada seorang rentenir yang berbadan kurus dan suka beristri banyak
bernama Datuk Maringgih. Hutang Baginda Sulaiman akhirnya bertumpuk dan berbunga pada Datuk Maringgih.
Suatu hari
Datuk Maringgih pergi kerumah Baginda Sulaiman yang sedang sakit untuk
menagih piutangnya. Disanalah Datuk Maringgih terpesona melihat
kecantikan Siti Nurbaya. Datuk Maringgih memaksa Baginda Sulaiman untuk
menjadikan Siti Nurbaya sebagai istri mudanya kalau ayah Siti Nurbaya
tak sanggup untuk membayar hutangnya.
Siti Nurbaya
menolaknya, karena dia sudah punya kekasih yakni Syamsul Bahri. Tapi
Siti Nurbaya tak berdaya dan akhirnya dipersunting oleh Datuk Maringgih
yang berumur sebaya dengan ayahnya. Kabar tersebut sampai ke telinga
Syamsul Bahri, hatinya sangat sedih dan mencoba bunuh diri.
Suatu hari Syamsul Bahri pulang ke Padang dan bertemu degan Siti Nurbaya. Datuk Maringih naik pitam dan meyebarkan fitnah yang menyudutkan Syamsul Bahri. Akhirnya ia di usir oleh ayahnya Sutan Mahmud. Syamsul Bahri kembali ke Jakarta, diam-diam ia menyamar jadi tentara kompeni Belanda, dengan nama samaran Letnan Mas.
Suatu hari Syamsul Bahri pulang ke Padang dan bertemu degan Siti Nurbaya. Datuk Maringih naik pitam dan meyebarkan fitnah yang menyudutkan Syamsul Bahri. Akhirnya ia di usir oleh ayahnya Sutan Mahmud. Syamsul Bahri kembali ke Jakarta, diam-diam ia menyamar jadi tentara kompeni Belanda, dengan nama samaran Letnan Mas.
Datuk Maringgih menjadi benci kepada Siti Nurbaya, puncaknya ia melampiaskan dendamnya dengan memberikan Lemang
beracun kepada pesuruhnya untuk diberikan kepada Siti Nurbaya. Siti
Nurbaya menemui ajalnya setelah memakan lemang beracun kiriman Datuk
Maringgih.
Pada saat tragedi Balesting (Saudagar-saudagar pribumi yang tidak mau membayar upeti/pajak dibawah pimpinan Datuk Mariggih), dikirimlah Letnan Mas oleh Kompeni ke Padang untuk menumpas para pembangkang balesting.
Pada saat tragedi Balesting (Saudagar-saudagar pribumi yang tidak mau membayar upeti/pajak dibawah pimpinan Datuk Mariggih), dikirimlah Letnan Mas oleh Kompeni ke Padang untuk menumpas para pembangkang balesting.
Terjadilah
peperangan satu lawan satu antara Letnan Mas dengan Datuk Maringgih.
Akhir cerita Letnan Mas yang tak lain adalah Syamsul Bahri tewas di
pedang diujung pedang, bersamaan dengan Datuk Maringgih juga roboh
terkena tembakan Letnan Mas.
(Cerita Roman Siti Nurbaya karangan Marah Rusli).dan photo di persembahkan oleh dari Kemilau Indonesia
Description: Kisah Siti Nurbaya dan Datuk Maringgih di Ranah Minangkabau
Reviewer: Unknown
ItemReviewed: Kisah Siti Nurbaya dan Datuk Maringgih di Ranah Minangkabau