Published On:Selasa, 18 September 2012
Posted by Unknown
Sejarah nagari Cupak
Suku yang pertama menempati Cupak adalah suku melayu dan suku sikumbang
yang datang dari Luhak Tanah Datar. Awalnya mereka bermukim di Sawah
XIV, di selatan nagari Koto Baru sekarang. Dari Sawah XIV mereka terus
menyebar ke Sawah Laweh dan Air Angek Gadang. Terus berlanjut hingga
Tanjung Limau Purut. Disinilah akhirnya mereka mendirikan kerajaan
Tanjung Limau Purut.
Raja mereka bergelar Tuanku Rajo Disambah, kalau tidak salah gelar ini
sama dengan gelar raja di Sungai Pagu.
Kerajaan ini sezaman dengan kerajaan Pariangan, di Padang Panjang. Yang
diangkat sebagai raja adalah dari suku Melayu. Mungkin karena mereka
mayoritas diantara suku-suku yang ada.
Seorang raja didampingi oleh pembesar yang jumlahnya empat orang yang
disebut sebagai Gadang nan Barampek (pembesar yang berempat) yaitu :
1. Rajo Tuo (melayu)
2. Rajo Bandaro
3. Rajo bagindo (melayu)
4. Rajo Padang (sikumbang).
Di kemudian hari melayu ini diidentifikasi sebagai melayu mudik dan
sikumbang dengan sikumbang gadang.
Kemudian menyusul datang suku-suku Jambak, dan melayu tangah. Juga
Piliang, melayu sigalabuak, parak laweh dan caniago.
Pada masa terjadinya perpindahan pusat kekuasaan di Luhak Tanah Datar
dari Pariangan ke Bungo Satangkai, maka di Tanjung Limau Purut juga
terjadi pertukaran kekuasaan dari Tuanku Rajo Disambah ke Datuk Yang
Dipatuan disebabkan oleh tidak adanya calon raja dari fihak keluarga
Tuanku Rajo disambah.
Maka terjadi perubahan pula pada struktur pemerintaha yaitu dari empat
pembesar menjadi dua bendahara plus tiga pembesar yang dikenal dengan
Bandaro nan duo gadang nan batigo.
Mereka terdiri dari :
1. Dt. Bandaro Sati (Caniago)
2. Dt. Bandaro Kutianyia (Jambak korong Kutianyia)
3. Dt. Mudo (Piliang)
4. Dt. Basa (Sikumbang)
5. Dt. Kayo (Jambak, bukan penghulu)
Tampak disini bahwa kerajaan tidak lagi hanya didominasi oleh suku
Melayu melainkan sudah diiisi oleh semua unsur suku yang ada. Namun raja
tetap dipegang oleh suku melayu.
Ketika kerajaan Pagaruyung berdiri di Bukit Batu patah menggantikan
Bungo Satangkai, maka juga mempengaruhi keadaan politik di Tanjung Limau
Purut.
Tanjung Limau Purut kembali diambil alih oleh dinasti Tuanku Rajo
Disambah. Pusat pemerintahan juga dipindahkan ke Tumpuk Mudik. Disinilah
sejarah nagari Cupak dimulai.
Tanjuang Limau Purut melakukan pemekaran wilayah. Tanjung Limau Purut
sendiri selanjutnya disebut sebagai Cupak saja, sesuai fungsinya sebagai
Cupak Nan Usali atau Cupak Pusako.
Sementara Air Nanam sebagai Gantang yang kemudian mendirikan Nagari
Salayo bersama penduduk Padang Kunik. Penduduk Air Nanam bersama
penduduk padang Sabaleh mendirikan Nagari Gantang Suri yang kemudian
terkenal dengan nama Gantuang Ciri.
Didalam lembaga adat Tanjung Limau Purut (Cupak) berfungsi sebagai Cupak
Galeh (takaran perdagangan), sementara Air Nanam berfungsi sebagai Cupak
gantang (ekonomi).
Pada waktu Pagaruyung diperintah oleh DYD (Yang Dipertuan) Tuanku
Maharajo Sati, Cupak Pusako berganti nama menjadi Cupak Usali. Dan sudah
terdapat 13 suku di nagari Cupak.
Pada masa Raja Tuanku Maharajo Satu yang kedua yaitu Dewang Sari Deowano
mengirim Puti Pinang Masak untuk meneruskan keturunan keluarga Tuanku
Rajo Disambah.
Puti Pinang Masak adalah putri dari Puti Tabur Urai yang kedua yang
sudah dikirim Pagaruyung sebelum ke wilayah Kinari. Suami Puti Tabur
Urai adalah Sang Hyang Indo Rajodeo, yang tak lain adalah adik dari Yang
Dipertuan Besar Tanah Sang Hyang (Sangiang/Sangir), Sang Hyang Rani
Indopuro, permaisuri Raja Pagaruyung Yang Dipertuan Rajo Bagindo (Dewang
Ramowano), pendahulu Tuanku Marajo Sati yang kedua.
Pemerintahan Tuanku Rajo Usali:
Sebenarnya gelar Tuanku Rajo Usali ini adalah gelar bagi Raja Cupak yang
dianugerahkan oleh Raja Pagaruyung tapi Raja yang memerintah Cupak waktu
belum mau memakai gelar tsb melainkan masih memakai gelar Tuanku Rajo
Disambah. Kemudian salah seorang anak dari Puti Pinang Masak yang
menikah dengan putri Raja Cupak baru memakai gelar Tuanku Rajo Usali
yang pertama kali walaupun Tuanku Rajo Disambah waktu itu masih hidup.
Istri raja Tuanku Rajo usali waktu itu adalah suku Sikumbang. Dan tempat
kediamannya dinamai sesuai daerah asal di pagaruyung yaitu Gudam.
Kemudian hari diketahui ada tujuh orang raja penyandang gelar Tuanku Rajo Usali.
b. Raja-raja dari pagaruyung
Bab III. Masyarakat Nagari Cupak setelah kemerdekaan
a. Keadaan alam dan geografis
b. Keadaan masyarakat cupak (1945 - 1949)
c. Agama dan adat istiadat
Bab IV. Nagri cupak dalam revolusi
a. nagari cupak dimasuki Belanda
b. peranan tokoh dan pendukung perjuangan
c. aksi rakyat menyerang pasukan Belanda
d. peristiwa 4 Januari 1949 dan cupak lautan api
Bab V. Nagari Cupak setelah revolusi
a. Peranan Buya Hamka di nagari Cupak
b. Masjid Raya monumen perjuangan nagari cupak
sumber:
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
Rating: 4.5
yang datang dari Luhak Tanah Datar. Awalnya mereka bermukim di Sawah
XIV, di selatan nagari Koto Baru sekarang. Dari Sawah XIV mereka terus
menyebar ke Sawah Laweh dan Air Angek Gadang. Terus berlanjut hingga
Tanjung Limau Purut. Disinilah akhirnya mereka mendirikan kerajaan
Tanjung Limau Purut.
Raja mereka bergelar Tuanku Rajo Disambah, kalau tidak salah gelar ini
sama dengan gelar raja di Sungai Pagu.
Kerajaan ini sezaman dengan kerajaan Pariangan, di Padang Panjang. Yang
diangkat sebagai raja adalah dari suku Melayu. Mungkin karena mereka
mayoritas diantara suku-suku yang ada.
Seorang raja didampingi oleh pembesar yang jumlahnya empat orang yang
disebut sebagai Gadang nan Barampek (pembesar yang berempat) yaitu :
1. Rajo Tuo (melayu)
2. Rajo Bandaro
3. Rajo bagindo (melayu)
4. Rajo Padang (sikumbang).
Di kemudian hari melayu ini diidentifikasi sebagai melayu mudik dan
sikumbang dengan sikumbang gadang.
Kemudian menyusul datang suku-suku Jambak, dan melayu tangah. Juga
Piliang, melayu sigalabuak, parak laweh dan caniago.
Pada masa terjadinya perpindahan pusat kekuasaan di Luhak Tanah Datar
dari Pariangan ke Bungo Satangkai, maka di Tanjung Limau Purut juga
terjadi pertukaran kekuasaan dari Tuanku Rajo Disambah ke Datuk Yang
Dipatuan disebabkan oleh tidak adanya calon raja dari fihak keluarga
Tuanku Rajo disambah.
Maka terjadi perubahan pula pada struktur pemerintaha yaitu dari empat
pembesar menjadi dua bendahara plus tiga pembesar yang dikenal dengan
Bandaro nan duo gadang nan batigo.
Mereka terdiri dari :
1. Dt. Bandaro Sati (Caniago)
2. Dt. Bandaro Kutianyia (Jambak korong Kutianyia)
3. Dt. Mudo (Piliang)
4. Dt. Basa (Sikumbang)
5. Dt. Kayo (Jambak, bukan penghulu)
Tampak disini bahwa kerajaan tidak lagi hanya didominasi oleh suku
Melayu melainkan sudah diiisi oleh semua unsur suku yang ada. Namun raja
tetap dipegang oleh suku melayu.
Ketika kerajaan Pagaruyung berdiri di Bukit Batu patah menggantikan
Bungo Satangkai, maka juga mempengaruhi keadaan politik di Tanjung Limau
Purut.
Tanjung Limau Purut kembali diambil alih oleh dinasti Tuanku Rajo
Disambah. Pusat pemerintahan juga dipindahkan ke Tumpuk Mudik. Disinilah
sejarah nagari Cupak dimulai.
Tanjuang Limau Purut melakukan pemekaran wilayah. Tanjung Limau Purut
sendiri selanjutnya disebut sebagai Cupak saja, sesuai fungsinya sebagai
Cupak Nan Usali atau Cupak Pusako.
Sementara Air Nanam sebagai Gantang yang kemudian mendirikan Nagari
Salayo bersama penduduk Padang Kunik. Penduduk Air Nanam bersama
penduduk padang Sabaleh mendirikan Nagari Gantang Suri yang kemudian
terkenal dengan nama Gantuang Ciri.
Didalam lembaga adat Tanjung Limau Purut (Cupak) berfungsi sebagai Cupak
Galeh (takaran perdagangan), sementara Air Nanam berfungsi sebagai Cupak
gantang (ekonomi).
Pada waktu Pagaruyung diperintah oleh DYD (Yang Dipertuan) Tuanku
Maharajo Sati, Cupak Pusako berganti nama menjadi Cupak Usali. Dan sudah
terdapat 13 suku di nagari Cupak.
Pada masa Raja Tuanku Maharajo Satu yang kedua yaitu Dewang Sari Deowano
mengirim Puti Pinang Masak untuk meneruskan keturunan keluarga Tuanku
Rajo Disambah.
Puti Pinang Masak adalah putri dari Puti Tabur Urai yang kedua yang
sudah dikirim Pagaruyung sebelum ke wilayah Kinari. Suami Puti Tabur
Urai adalah Sang Hyang Indo Rajodeo, yang tak lain adalah adik dari Yang
Dipertuan Besar Tanah Sang Hyang (Sangiang/Sangir), Sang Hyang Rani
Indopuro, permaisuri Raja Pagaruyung Yang Dipertuan Rajo Bagindo (Dewang
Ramowano), pendahulu Tuanku Marajo Sati yang kedua.
Pemerintahan Tuanku Rajo Usali:
Sebenarnya gelar Tuanku Rajo Usali ini adalah gelar bagi Raja Cupak yang
dianugerahkan oleh Raja Pagaruyung tapi Raja yang memerintah Cupak waktu
belum mau memakai gelar tsb melainkan masih memakai gelar Tuanku Rajo
Disambah. Kemudian salah seorang anak dari Puti Pinang Masak yang
menikah dengan putri Raja Cupak baru memakai gelar Tuanku Rajo Usali
yang pertama kali walaupun Tuanku Rajo Disambah waktu itu masih hidup.
Istri raja Tuanku Rajo usali waktu itu adalah suku Sikumbang. Dan tempat
kediamannya dinamai sesuai daerah asal di pagaruyung yaitu Gudam.
Kemudian hari diketahui ada tujuh orang raja penyandang gelar Tuanku Rajo Usali.
b. Raja-raja dari pagaruyung
Bab III. Masyarakat Nagari Cupak setelah kemerdekaan
a. Keadaan alam dan geografis
b. Keadaan masyarakat cupak (1945 - 1949)
c. Agama dan adat istiadat
Bab IV. Nagri cupak dalam revolusi
a. nagari cupak dimasuki Belanda
b. peranan tokoh dan pendukung perjuangan
c. aksi rakyat menyerang pasukan Belanda
d. peristiwa 4 Januari 1949 dan cupak lautan api
Bab V. Nagari Cupak setelah revolusi
a. Peranan Buya Hamka di nagari Cupak
b. Masjid Raya monumen perjuangan nagari cupak
sumber:
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
Description: Sejarah nagari Cupak
Reviewer: Unknown
ItemReviewed: Sejarah nagari Cupak