Published On:Minggu, 13 Mei 2012
Posted by Unknown
Sekolah Alam Minangkabau Ajarkan Anak Permainan Tradisional
Penuh Filosofi: Anak-anak Sekolah Alam Minangkabau sedang bermain petak umpat.
Kapan terakhir kali Anda mengajak atau mengajar anak-anak bermain mainan tradisional, seperti congklak, benteng, tapak gunung, permainan gasing dan petak umpet? Di tengah serbuan mainan modern yang serba canggih dan otomatis saat ini, agaknya tak sedikit orangtua yang bisa menjawab pertanyaan tersebut, tak terkecuali di Kota Padang ini. Maka wajar pula rasanya, anak-anak zaman kini kurang berminat dengan permainan tradisional yang manual tersebut.
Padahal, permainan tradisional mimiliki dan secara tidak lansung mengajar nilai-nilai kebersamaan, sebagaimana yang terkandung pada nilai-nilai budaya ketimuran yang dianut negeri ini. Sementara, permainan modern lebih cenderung menanamkan nilai-nilai individual.
Meskipun tidak banyak, ternyata di daerah ini masih ada sekolah peduli terhadap hal tersebut, secara khusus mengenalkan permainan itu kepada anak didik mereka. Sekolah Alam Minangkabau namanya. Yang terletak di Jalan Ujungpandang No 11, Asratex, Ulakkarang, yang memasukkan permainan itu sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Para murid dikenalkan teori dan sejarah permainan, lalu dipersilakan mencoba sendiri. Sejumlah murid mengaku senang dan kecanduan dengan permainan-permainan itu.
Ketika Padang Ekspres berkunjung ke sekolah itu, Jumat (22/7), terlihat sejumlah murid kelas 4 dan 5 SD dibimbing fasilitator (panggilan guru mereka, red) bermain benteng. Satu murid menjaga pertahanan berupa tumpukan sepatu sementara murid lainnya sibuk sembunyi di berbagai tempat di sekolah tersebut. Ketika lengah, murid bersembunyi menyerbu benteng dan langsung menyipak tumpukan sepatu itu dan kembali bersembunyi.
”Ya, beginilah aktivitas keseharian murid sekolah alam di sini. Di samping pembelajaran biasa, di sini kami juga memperkenalkan permainan tradisional ini. Seperti main congklak, benteng, patok lele, kasti dan lainnya. Selain itu, mereka juga bercocok tanam dan memasak. Ini semua kami masukkan dalam kegiatan ekstrakurikuler,” kata Kepala Sekolah Alam Minangkabau, Maiya Maharani Syahrul.
Maiya mengatakan dibandingkan dengan permainan modern yang dominan unsur duel serta trik menjatuhkan lawannya, permainan tradisional lebih bisa menanamkan nilai-nilai sosial kemanusiaan yang tinggi. Juga mengasah otak dan kejelian berpikir sang anak. Inilah yang coba diciptakan di sekolah Alam Minangkabau.
Tak hanya itu saja, peraturan di sekolah ini juga tak memperbolehkan murid bawa handphone maupun games. Meskipun demikian, sekolah ini tetap memperkenalkan teknologi. ”Meski ada yang membawa mainan dari rumah, tapi permainan itu bisa dibagi dengan teman-teman mereka. Sehingga, teman mereka pun bisa bermain pula. Pasalnya, murid di sekolah ini tak semuanya mampu,” ucap Maiya.
Kendati mata pelajarannya tetap mengacu pada kurikulum mata pelajaran umum ditambah dengan searching materi pembelajaran modern dari berbagai sumber. ”Dengan metode ini dapat meningkatkan kreativitas sang anak,” ujar Maiya.
Dia juga menyebutkan, sistem pembelajaran di sekolah alam tersebut menggabungkan metode visual, audio, dan kenastatik. Banyak pelajaran lingkungan yang diajarkan di sekolah ini. Seperti berkebun, membersihkan kolam, outbond, komputer dan kegiatan lainnya yang tak umum dilakukan murid sekolah umum. ”Di sekolah ini, kami menciptakan suasana dimana para murid merasa berada di rumah sendiri. Mereka tak menggunakan baju seragam sekolah, layaknya sekolah umum lain. Sejak dini murid-murid dibiasakan untuk menyatu dengan alam. Mereka belajar di saung (pondok). Ruang kelas juga tidak menggunakan bangku atau meja. Kami pun belajar sembari lesehan saja,” katanya.
Semua yang ingin masuk ke kelas, sebut Maiya, harus melepas alas kaki. Interior ruang kelas di tata menggunakan beragam barang bekas yang dapat diubah setiap saat sesuai dengan materi pembelajaran. Meski sedikit mahal daripada sekolah biasa, sekolah alam yang memiliki 70-an murid itu tidak hanya dipenuhi anak dari kalangan berada dan tidak juga diperuntukkan bagi anak-anak normal secara mental. Sekolah alam ini terbuka untuk siswa yang punya kemauan kuat untuk belajar. ”Sekolah ini, melakukan sistem subsidi silang, untuk uang sekolah anak-anak kaum dhuafa biasa,” katanya.
Menurut Miya, masa orientasi dimanfaatkan murid untuk membuat sendiri tata tertib tinggal di sekolah alam. Seperti tata tertib makan, merapikan tempat tidur dan baju, mandi dan mencuci serta membersihkan perkarangan sekolah dan hukuman yang akan diberikan pada anak yang melakukan pelanggaran. Sistem penilaian dilakukan sekali dua bulan, sehingga dalam satu semester orangtua murid perlu menjemput rapor tiga kali. Uniknya, murid tidak diberitahukan jadwal ujian. Karena, sebut Maya, sekolah ini tidak menghendaki muridnya stres sebelum menghadapi ujian.(padek)
Sumber http://www.minangforum.com/
Description: Sekolah Alam Minangkabau Ajarkan Anak Permainan Tradisional
Reviewer: Unknown
ItemReviewed: Sekolah Alam Minangkabau Ajarkan Anak Permainan Tradisional