Published On:Minggu, 22 Januari 2012
Posted by Unknown
ke Bukittinggi, Mampirlah di Sate Saiyo Biaro
Jika
berkunjung ke Bukittinggi, kurang lengkap jika tak mencicipi kuliner
kota wisata itu. Ragam makanan dengan keunikan rasa, ditawarkan setiap
penjuru kota. Tak terkecuali di daerah pinggiran, tempat yang tepat
melepaskan lelah dari perjalanan panjang.
Kedai Sate Saiyo Biaro di kawasan Pinangbalirik, Tanjungalam, salah satu pilihan. Dengan kuah sate yang gurih serta daging sate yang empuk, tidak salah jika sate ini menjadi salah satu menu utama daerah Biaro dan sekitarnya. Jika musim liburan tiba, kedai sate milik Zainal, 55, ini selalu ramai dikunjungi. Tak hanya warga setempat, kedai sate ini tidak pernah sepi dari perantau yang pulang kampung.
Sudah 20 tahun pria asal Batusangkar ini berdagang sate bersama istrinya Elliza, 50. Berawal dari berdagang kecil-kecilan di areal Taman Marga Satwa Bukittinggi, pasangan suami istri ini kemudian memindahkan usahanya ke Simpang Biaro, Kecamatan IV Angkat Candung tahun 2000. Kini pindah lagi ke daerah Pinangbalirik, tak jauh dari lokasi semula.
Sejak saat itu, usaha yang dirintis pasangan ini maju pesat. Alhasil, omzetnya pun meningkat seiring telah menjadi trade mark Biaro dan sekitarnya. Alhamdulillah usaha yang kita mulai dari nol 19 tahun silam, kini sudah bisa dijadikan sumber hidup bagi kami sekeluarga. Lumayanlah, pendapatan kami sedikit-sedikit mulai bisa ditabung untuk modal membeli toko milik sendiri, ujar Zainal.
Dalam sehari, Zainal mampu meraup omzet Rp1,8 juta hingga Rp2 juta, dengan keuntungan bersih Rp500 ribu hingga Rp750 ribu. Ratusan tusuk sate, biasanya habis terjual hanya dalam beberapa jam. Tak jarang, Zainal tak perlu menunggu pukul 10 malam untuk tutup kedai, karena jualannya telah habis.
Sate yang ditawarkan Zainal beragam. Mulai dari sate daging, sate lidah, sate usus, dan sate jantung. Tergantung selera pengunjung. Umumnya, sate buatan Zainal berukuran besar dibandingkan tempat lain. Rasanya pun gurih dan empuk.
Kesuksesan Zainal, bukan tanpa perjuangan. Melainkan, butuh kerja keras. �Kerjanya cukup rumit, karena itu saya biasanya dibantu istri dan anak-anak. Mulai dari mempersiapkan lidi tusukan sate, ketupat, merebus daging dengan bumbu, serta memanggang sate yang dipesan. Semuanya kami kerjakan dengan tangan,� ujar Zainal. Kini, kerja keras itu membuahkan hasil. (Rosyanty)
Sumber: http://padang-today.com
Kedai Sate Saiyo Biaro di kawasan Pinangbalirik, Tanjungalam, salah satu pilihan. Dengan kuah sate yang gurih serta daging sate yang empuk, tidak salah jika sate ini menjadi salah satu menu utama daerah Biaro dan sekitarnya. Jika musim liburan tiba, kedai sate milik Zainal, 55, ini selalu ramai dikunjungi. Tak hanya warga setempat, kedai sate ini tidak pernah sepi dari perantau yang pulang kampung.
Sudah 20 tahun pria asal Batusangkar ini berdagang sate bersama istrinya Elliza, 50. Berawal dari berdagang kecil-kecilan di areal Taman Marga Satwa Bukittinggi, pasangan suami istri ini kemudian memindahkan usahanya ke Simpang Biaro, Kecamatan IV Angkat Candung tahun 2000. Kini pindah lagi ke daerah Pinangbalirik, tak jauh dari lokasi semula.
Sejak saat itu, usaha yang dirintis pasangan ini maju pesat. Alhasil, omzetnya pun meningkat seiring telah menjadi trade mark Biaro dan sekitarnya. Alhamdulillah usaha yang kita mulai dari nol 19 tahun silam, kini sudah bisa dijadikan sumber hidup bagi kami sekeluarga. Lumayanlah, pendapatan kami sedikit-sedikit mulai bisa ditabung untuk modal membeli toko milik sendiri, ujar Zainal.
Dalam sehari, Zainal mampu meraup omzet Rp1,8 juta hingga Rp2 juta, dengan keuntungan bersih Rp500 ribu hingga Rp750 ribu. Ratusan tusuk sate, biasanya habis terjual hanya dalam beberapa jam. Tak jarang, Zainal tak perlu menunggu pukul 10 malam untuk tutup kedai, karena jualannya telah habis.
Sate yang ditawarkan Zainal beragam. Mulai dari sate daging, sate lidah, sate usus, dan sate jantung. Tergantung selera pengunjung. Umumnya, sate buatan Zainal berukuran besar dibandingkan tempat lain. Rasanya pun gurih dan empuk.
Kesuksesan Zainal, bukan tanpa perjuangan. Melainkan, butuh kerja keras. �Kerjanya cukup rumit, karena itu saya biasanya dibantu istri dan anak-anak. Mulai dari mempersiapkan lidi tusukan sate, ketupat, merebus daging dengan bumbu, serta memanggang sate yang dipesan. Semuanya kami kerjakan dengan tangan,� ujar Zainal. Kini, kerja keras itu membuahkan hasil. (Rosyanty)
Sumber: http://padang-today.com
Description: ke Bukittinggi, Mampirlah di Sate Saiyo Biaro
Reviewer: Unknown
ItemReviewed: ke Bukittinggi, Mampirlah di Sate Saiyo Biaro