Published On:Sabtu, 21 Januari 2012
Posted by Unknown
Siapa Menyangka di Padang Panjang Ada Air Terjun Secantik Ini ?
Namun, pikiran ini masih saya simpan karena saya tidak cukup yakin apakah perjalanan kesana kali ini akan bermanfaat dalam upaya pengembangan objek wisata baru di Padang Panjang. Permasalahannya, potensi wisata Tungku Sadah belum masuk daftar rencana untuk dikembangkan. Tahun 2010 ini, yang pasti akan dilaksanakan adalah Pembuatan Masterplan Pengembangan Gua Batu Batirai. Ah..mungkin tahun depan saja objek disurvei lagi pikir saya.
Hari Rabu, tanggal 17 Februari kemarin dikantor saya ketemu Bapak Nasrul Yahya (Kabid Pariwisata) yang sudah bersiap-siap masuk hutan lagi. Katanya mau survey lagi, menurut informasi ada potensi wisata alam yang menarik di Silaing Bawah. Waduh..ketinggalan informasi nih..salah sendiri sebab 2 hari sebelumnya saya tidak ngantor. Sebenarnya hari itu pengen gabung sama rombongan Pak Nas, survey lokasi objek wisata. Tapi karena mendadak, saya urungkan dulu niat itu. Next time..I’ll be there too.
Besoknya, gara-gara “dipanas-panasin’ sama Pak Nas alias Ajo sekembalinya dari survey sambil memperlihatkan foto-foto bahwa lokasinya keren plus keterangan Ajo bahwa lokasinya gampang dicapai dan dapat dicapai lebih kurang setengah jam dari Jembatan Tinggi. saya jadi penasaran lagi. Yakin nih Pak lokasinya gampang diakses ? Dari foto-foto yang ada ternyata lokasi yang dikunjungi beliau itu adalah air terjun yang saya belum pernah dengar sebelumnya. Kalau versi Pak Nas itu Sarasah. Jika dilihat fotonya sih memang terlihat eksotik.. Saya mesti kesana !!
Upaya pertama adalah ngajak Pak Yal..kawan yang kemana-mana make ‘helm’ ini ( he..he karena jidatnya makin lebar karena gundul) memang kawan yang pas diajak mausai-usai rimbo. Karena beberapa tahun yang lalu kami sering keluar masuk hutan disekitar Padang Panjang sekedar mencari anggrek..dan yang terpenting minat beliau untuk menjelajah hutan sangat tinggi. Seperti diduga sebelumnya..ajakan saya nggak ditolak sama sekali..malah Pak Yal antusias bilang “Hari Salasa sajo kito pai” OK, mantap !. kami sepakat pergi cuma empat orang yaitu ditambah Aguslim yang ikut rombongan Pak Nas terdahulu sebagai penunjuk jalan dan satu lagi rekan kami yang biasa masuk hutan, yaitu Taufit. Jumatnya saya ajak lagi Pak Eri (Kasi OSP) untuk gabung..ee..beliau juga nggak nolak, namuah bana ko a !.
Hari Selasa, 23 Februari, sesuai rencana kami start dari kantor..namun Pak Yal yang diharapkan jadi kapalo rombongan mausai rimbo urung berangkat..anak sakit katanya..Taufit juga batal, ada yang mau diantar kebandara katanya ..Waduh..kayaknya hari Selasa nggak cocok buat bikin rencana. Tapi sama Pak Eri dan Aguslim rencana tetap lanjut..kalau perlu cuma bertiga tambah Beni yang belakangan juga mau ikut. Tanpa diduga sejumlah ibu-ibu berminat juga untuk gabung..pikiran saya boleh juga nih..ibu-ibu ikut, kan suasana jadi lebih meriah..namanya juga ibu-ibu.. apalagi masuak samak kalua samak plus lintah..pasti heboh. Walaupun awalnya mereka agak ragu, tapi tanpa dosa saya ulang aja keterangan Ajo untuk meyakinkan mereka
“Nggak jauh, paling lama setengah jam dan nggak terlalu menanjak rutenya “
(he..he belakangan baru tau mereka medannya berat sekali dan yang setengah jam jadi dua jam, pai juo lah !). Singkat cerita akhirnya kami berangkat hampir jam 10 wib dari kantor sebanyak 10 orang, termasuk 5 wanita, Gustian Herry yang penasaran ikut lagimkarena waktu sama Pak Nas dia Cuma separo jalan dan juga Uncu dari KNPI yang biasa kongkow-kongkow di kantin Porbudpar.
Jam 11 teng kami start dari Jembatan Tinggi Silaing Bawah sebagai titik akses ke lokasi, setelah sebelumnya tertunda lebih kurang setengah jam. Ceritanya gini, dari awal kami sepakat untuk mengambil jalur terdekat, mengingat ada ibu-ibu dalam rombngan, namun untuk mengambil jalur pendek tersebut mesti menyeberang sungai dipinggir jalan raya Padang- Bukittinggi yang persis di Bawah Jembatan Tinggi Silaing Bawah. Masalahnya, pemandu dari penduduk setempat tidak berani mengantar kami menyeberang tersebut mengingat air cukup deras dimusim penghujan ini..takut ada yang terseret arus. Dalam diskusi tarik ulur antara rombongan dan pemandu setempat itu, saya dapat gambaran kalau akses ke lokasi air terjun yang katanya ada beberapa tingkat itu ada dua, satu dari atas atau hulu sungai yang rutenya lebih jauh dan jalur pendek yang muara sungainya persis didekat jembatan tinggi tadi. Artinya kalau ambil jalur pendek rombongan mesti menyeberangi sungai dan menyisir tepian untuk mencapai muara sungai kecil yang berasal dari air terjun tersebut.
Akhirnya, demi pertimbangan keamanan diputuskan berangkat dengan mengambil rute panjang. Ternyata yang namanya rute panjang memang menuntut stamina yang prima, ditambah lagi tanjakan yang mencapai 45 derajat plus jalur yang licin dan lintah..Rute ini tujuannya adalah untuk mencapai tingkatan paling atas dari beberapa tingkatan air terjun yang akan dituju. Setelah menempuh perjalanan lebih kurang 45 menit kami akhirnya sampai di sungai yang merupakan jalur air terjun tersebut, yang belakang diketahui merupakan tingkatan yang kedua dari beberapa tingkatan yang ada. Namun perjalanan ke titik tersebut bukan hal yang mudah bagi ibu-ibu, terutama Bu Net (Kasubag Keuangan) yang paling senior dalam rombongan dan paling berat bobotnya he..he..
Biasalah..kalau body yang berat dibawa menanjak ya pasti ngos-ngosan..kasihan juga si Ibuk..katanya kadang kayak ada bintang-bintang kecil di seputar kepala, alias pusing akibatnya si Ibuk mesti dikawal sama kawan yang lain, kebetulan Gustian Herry yang bodynya kekar secara sukarela mendampingi Bu Net sepanjang perjalanan. Kalau Bu Mul yang juga atasan langsung denai lain lagi keluhannya, Mual ! aneh naik bukit kok mual bukannya sesak napas. Tapi ibu yang satu ini kalau jalan lancar aja, kayaknya tekun (emang lagi belajar) tapi kalau ketinggalan dikit aja langsung teriak “tunggu oi”. Yang bikin salut pastinya Ibu Desy alias Bu Haji. Ibu yang sehari-hari bertugas sebagai Kasubag Kepegawaian ini kayak nggak punya persoalan merayap bukit..menuruni lereng posisinya selalu terdepan..dan yang patut diacungi jempol beliau nyeker man !, kaki ayam kata orang Padang. O..ya satu lagi Bu Haji ini masuk hutan pake baju kebesaran..Baju khaki Pemda lengkap dengan segala atributnya.. ni ibuk alasannya apa ya…pikirannya barangkali kalo pake baju dinas lintah-lintah pada gentar kali ya ! he..he.
OK..barangkali gambaranya cukup itu ya..kalau yang pria dan dua gadis yang lain kayaknya perjalanan lancar aja sejauh ini kecuali Gustian Herry yang agak tersendat-sendat karena mesti mendampingi mak uwo kito.
Sesampainya ditepian sungai yang merupakan jalur air terjun yang akan ditelusuri nantinya semua sepakat istirahat dulu..Bagi saya ini momen untuk jeprap jepret dengan pocket camera. Siapa tau dapat gambar bagus untuk blog ini nanti..baru dapat satu dua gambar ee..Si Beni tabik mantiak..minta difoto..jadilah mantan finalis uda Padang Panjang ini bergaya tunggang tunggik demi secarik foto.
“Buat disetor ke Facebook” katanya
“Mantiak pulo angku daripado induak-induak kalau ka ba poto ko mah Ben”
(Yang ndak tau bahasa Padang lewati saja !)
Karena perjalanan yang sebenarnya, yaitu menelusuri air terjun satu persatu sudah didepan mata disamping waktunya juga udah pas maka diputuskan untuk ngisi perut terlebih dahulu..setelah ketemu tempat yang pas maka dikambanglah nasi bungkus masing-masing.. memang enak ternyata menikmati nasi bungkus dialam terbuka seperti ini..kenikmatan jadi bertambah..berbagai gaya terlihat dari kawan-kawan yang sedang having lunch itu, bahkan Buk Mul dan Dian ngabisin nasi bungkus sambil berdiri..suer ko ado potonyo..yang paling lahap kayaknya Sarti, CPNS yang bertubuh subur ini kayaknya gimana gitu..Manungkuik sajo ka nasi bungkuih tu
Setelah, acara ngisi perut kelar..perjalanan dimulai..rutenya menelusuri sungai untuk mencapai air terjun yang ada beberapa tingkat itu..Tingkatan pertama tidak kami kunjungi karena mesti mendaki lagi..kami memutuskan terus menelusuri sungai kearah muara…tingkat kedua tidak begitu tinggi..lebih kurang 2 meter.,yang ketiga lebih kurang 4. dengan desiran air yang menenangkan perasaan dan air yang jernih tentunya.. Pada tingkatan ke empat ternyata cukup tinggi lebih kurang 15 meter. . Untuk sampai ke dasar air terjun ini kami mesti memutar kesisi kiri merayapi tebing.. kemiringannya sangat menantang, mungkin 60 derajat ditambah lagi batu pijakan yang rapuh. Semua mesti ekstra hati-hati terutama ibu-ibu..terutama lagi Ibu Net he..he…. tapi untungnya akar-akar pohon dan belukar yang ada cukup dapat diandalkan untuk pegangan.
Dari dari dasar air terjun ke 4 baru kelihatan betapa indahnya..seolah-olah ada 2 air terjun kembar yang berdampingan dimana debitnya kelihatan sama sehingga terlihat sangat serasi (dari bentuk air terjun ini mungkin bisa jadi inspirasi untuk menamainya nanti, karena menurut pemandu, seluruh air terjun yang ada dilokasi ini belum ada nama). Tingginya air terjun ini, menimbulkan percikan halus dan mengembun didasarnya, Diitambah lagi lokasi yang satu ini terbuka dan terpapar sinar matahari langsung, sehingga tercipta efek pelangi dari percikan air di siang yang terik itu.
Puas menikamati pemandangan dan ber kodak-kodak, perjalanan dilanjutkan ke air terjun berikutnya atau yang ke lima atau yang terakhir dan konon yang terindah..Untuk mencapai hanya membutuhkan sedikit waktu menelusuri aliran air kearah bawah atau muara sebelum akhirnya sampai dipuncak air terjun terakhir yang ditandai dengan batuan besar yang landai, yang terukir indah oleh aliran air yang mungkin sudah ratusan tahun. Areal ini cocok buat tempat beristirahat dan berfoto ria
Untuk sampai ke dasar air terjun ini mesti merayapi sisi tebing sebelah kiri lagi, karena sisi sebelah kanan, tebingnya tegak lurus dan ada lagi air terjun yang sangat tinggi diseberanganya (dari aliran sungai yang lain). Karena penasaran melihat dari dasar saya turun lebih dulu bersama Aguslim dan seorang pemandu lainnya.. sesampainya dibawah ..Wowww…keren…nggak nyangka di Padang Panjang ada air terjun secantik ini…Tingginya lebih kurang 25 meter dan deras.. Aguslim dan pemandu yang satu lagi langsung nyebur dan berdiri persis dibawah air terjun..ternyata di lubuknya kedalaman airnya sedada ..momen bagus nih mesti di jepret.. jepret sana jepret sini..mengabadikan air terjun dari beberapa sisi plus Aguslim yang bergaya… wah bego juga nih kalau saya nggak berpose disini..ya udah..HP dikantungin dalam plastik ditaroh dipinggir, kamera suruh pegang sama Aguslim..dan langsung nyebur dan berdiri dititik jatuhnya air.. Uenaak tenan..pundak serasa dipijit oleh tekanan air yang deras itu..dingin..dan agak berat…tapi puas.. akhirnya dapat juga beberapa foto disini.
Persis
disebelah kanan air terjun ada lagi air terjun yang sangat tinggi,
barangkali 40 meter atau lebih namun sumber airnya dari aliran yang
lain, lebih kecil memang tapi karena ketinggiannya itu menjadikan air
yang jatuh terurai sedemikian rupa persis seperti di Lembah Harau
Kabupaten 50 Kota. Nggak sia-sia perjalanan ke sini…mantap dan keren.
Setelah melewati beberapa air terjun sebelumnya saya berkesimpulan
pada spot inilah primadona kawasan ini..yang terindah..tercantik..jika
ini dikembangkan maka ini prioritas utamanya. Konklusi lainnya kalau
wujudnya seperti ini, ini namanya bukan Sarasah
lagi tapi air terjun. Sebab sepengetahuan saya yang namanya sarasah
adalah air terjun yang terbentuk dilereng bukit ketika musim penghujan
dan cendrung mengering dimusim kemarau. Kalau air terjun dilokasi ini
kelihatannya tak pernah kering..hal ini juga terlihat dari alur alur
yang terbentuk pada batuan yang membuktikan bahwa air memang mengalir
terus menerus disini.Jika dikaitkan dengan konteks pengembangan pariwisata saya puas dengan perjalanan kali ini.. perjalanan yang awalnya hanya memuaskan rasa penasaran ternyata menjadi sebuah identifikasi penting akan sebuah objek wisata baru di Padang Panjang. Saya tidak pernah memabyangkan ada lokasi seperti ini di Padang Panjang. lokasi yang jika dikelola dengan baik, saya berani mengatakan lebih bagus dari AirTerjun Lembah Anai.. Peluang untuk mengalahkan nama besar air terjun Lembah Anai atau yang lebih dikenal dengah Aia Mancua untuk itu sangat memungkinkan. Yang pertama keunikan lokasi yang memiliki air terjun bertingkat-tingkat, Rute yang bervariasi dan menantang cocok dijadikan rute hiking dan wisata adventure, akses dari jalan raya sangat dekat.
Akses ini menjadi sangat penting karena ternyata aliran air dari air terjun terakhir itu kemuara sungai yang bertemu dengan Batang Anai yang bersisian dengan Jalan Raya Padang – Bukittnggi sangat dekat (+ 50 M) artinya sarana yang mesti dipersiapakan untuk akses cuma sebuah jembatan yang melintasi Batang Anai untuk selanjutnya akses ke air terjun bisa ditelusuri melaui jalan setapak atau aliran air itu sendiri.
Kedepan akan lebih baik jika kiranya pembuatan masterplan Pengembangan Batu Batirai dipadukan dengan Kawasan Air Terjun ini dalam satu paket pengembangan, dan akan lebih menarik lagi memasukan lokasi Tungku Sadah kedalamnya, karena dari sisi lokasi , notabene Tungku Sadah berlokasi ditengah-tengah diantara Air Terjun dan Gua Batu Batirai. Kedepan saya membayangkan adanya sebuah jalur wisata baru yang menghubungkan ketiga lokasi ini..sebuah jalur wisata minat khusus atau adventure yang dipadukan dengan Wisata alam. Semoga
Sumber :http://rainytown1790.wordpress.com/
(Ditulis oleh : Januardi)
Description: Siapa Menyangka di Padang Panjang Ada Air Terjun Secantik Ini ?
Reviewer: Unknown
ItemReviewed: Siapa Menyangka di Padang Panjang Ada Air Terjun Secantik Ini ?