Published On:Sabtu, 21 Januari 2012
Posted by Unknown
Padang Panjang, Kota Tua Yang Sedang Bangkit
Padang Panjang, dengan luas cuma 23 km2 dan
jumlah penduduk lebih kurang 53.000 jiwa pada tahun 2009 dan memiliki
cuma dua kecamatan menjadikan kota ini sebagai salah satu kota terkecil
di republik ini. Tapi jangan salah, walaupun sangat kecil segi luas
wilayah tapi Padang Panjang menyimpan sejarah yang panjang. Tanggal 1
Desember 2009 yang lalu kota ini genap berumur 219 tahun. Sudah tua
sekali memang. Dalam rentang 219 tahun umur kota ini begitu banyak
sejarah yang tercatat mengiringi perjalanannya. Dizaman kolonial
Belanda, kota yang secara geografis terletak sangat strategis di jantung
propinsi Sumatera Barat ini dipandang sabagai salah satu kota yang
penting. Ketika sistim tanam paksa dijalankan kolonial belanda, Sumatera
Barat termasuk sebagai salah satu daerah penghasil kopi utama dan
Padang Panjang adalah kota pengumpul hasil tanaman kopi dari
daerah-daerah sekitarnya. Saat itu konon begitu banyak gudang-gudang
pengumpulkopi di Padang Panjang untuk selanjutnya dikirim ke Eropa
melalui Padang sebagai kota utama yang memiliki pelabuhan Emma Haven
alias Teluk Bayur. Saat itu Kota Padang Panjang dikenal sebagai kota
dagang utama di Sumatera Barat, khususnya di Wilayah pedalaman Sumatera
Barat atau yang disebut Padangsche Bovenlanden. Konon dimasa itu seorang saudagar belum dianggap besar jika belum memiliki gudang pengumpul kopi di Padang Panjang.
Foto Tempo Doeloe tentang aktifitas pasar rakyat di Padang PanjangAktifitas di Pasar Rakyat Padang Panjang Tahun 1935
Stasiun Kereta Api Padang Panjang 1930
Wajah Padang Panjang tempo doeloe
Nama Padang Panjang juga dibesarkan oleh aktifitas pendidikan yang pesat jauh melampaui kota-kota lain di Sumatera Barat bahkan Indonesia sekalipun. Bahkan saking bergairahnya iklim pendidikan di Padang Panjang diawal abad lalu menjadikan kota ini sangat kondusif untuk menerima pemikiran baru. Tidak heran jika Haji Abdul Karim Amrullah memilih untuk membesarkan Muhammadiyah dikota ini setelah melakukan lawatan ke Jogja pada tahun 1925.
Sejarah kependidikan memang terentang panjang dikota ini, adalah Diniyah Putri sebuah lembaga pendidikan yang didirikan oleh Ibu Rahmah El Yunusiah di awal abad yang lalu menjadi sebuah catatan fenomenal kota ini. Bagaimana mungkin di era penjajahan berdiri sebuah lembaga pendidikan untuk memberdayakan wanita..mustahil.. tapi hal itu terjadi di Padang Panjang. Bahkan lembaga ini masih bertahan sampai detik ini dengan kwalitas yang sangat bagus dan dikenal luas bukan saja ditingkat nasional bahkan regional. Cerita tentang diniyah putri adalah cerita manis tentang seorang perempuan perkasa yang lahir di era kolonialisme. Rahmah Elyunusah yang dikenal keras hati, teguh pendirian, dan kuat kemauan,semangat belajarnya pun sangat kuat. Ia gigih berjuang mewujudkan cita-citanya, yakni mendirikan sekolah khusus kaum perempuan, agar kaum wanita tidak pasrah pada keadaan dan bangkit memperoleh keseteraan dengan kaum laki-laki.
Kenyataan inilah yang mendorong semangat wanita yang pernah berguru pada Haji Abdul Karim Amrullah alias Haji Rasul, ayahanda Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) di surau Jembatan Besi, Padang Panjang, untuk mendidik kaum perempuan menurut dasar agama dengan mendirikan Diniyah School Putri. Pada 1 November 1923 sekolah itu dibuka dengan nama Madrasah Diniyahlil Banat dipimpin oleh Rangkayo Rahmah el-Yunusiyah. Saat itu muridnya berjumlah 71 terdiri dari para ibu muda, bertempat di Masjid Pasar Usang. Mula-mula mereka belajar ilmu agama dan tata bahasa Arab. Belakangan sekolah ini menerapkan sistem pendidikan modern, mengabungkan agama, umum dan pendidikan ketrampilan. Kiprahnya dalam dunia pendidikan mendapat perhatian Rektor Universitas Al-Azhar, Kairo, Dr. Syekh Abdurrahman Taj, yang sempat berkunjung ke Diniyah School Putri pada 1955. Pada 1957, ia mendapat gelar sebagai Syaihah oleh Universitas Al-Azhar, setara dengan Syekh Mahmoud Salthout, mantan Rektor Al-Azhar.
Padang Panjang tempo doeloe juga sudah memiliki Sumatera Thawalib. Lembaga pendidikan yang didirikan oleh H. Abdul Karim Amrullah, ayahanda Buya Hamka sebagai kelanjutan dari Surau Jembatan Besi yang diasuhnya selama ini. lembaga pendidikan agama terus berkembang dan turut dibesarkan oleh Zainudin Labay el yunusy yang juga kakak dari Rahmah El Yunusiah. sebelum Pesantren Gontor berdiri Thawalib Padang Panjang sudah melahirkan lulusan-lulusan terbaiknya. Cukup banyak tokoh nasional yang berasal dari Thawalib Padang Panjang, salah satunya Buya Hamka.
Sebagai salah seorang pengaggum Buya Hamka saya begitu menikmati membayangkan bagaiman beliau melakukan aktifitas sehari hari di kota kecil ini. seperti apa wajah kota ini sekian puluh tahun yang lalu dimana seorang ulama besar yang berkaliber internasional pernah menghabiskan masa kecilnya disini.
Sejarah tidak cuma mencatat kisah manis Padang Panjang tetapi juga kisah pahit, sebagai daerah yang terletak persis diatas Sesar Semangko, salah satu patahan kulit bumi yang aktif terentang dari Aceh, Tarutung, Padang Panjang sampai ke Liwa Lampung sana, menjadikan kota ini cukup akrab dengan gempa bumi. Perisiwa gempa bumi paling diingat terjadi pada tanggal 28 Juni 1926, gempa dahsyat tersebut meluluhlantakan kota tua ini dan menelan banyak korban jiwa. Saking dahsyatnya peristiwa gempa bumi, sehingga generasi tua Padang Panjang yang belum akrab dengan kalender menjadikan peristiwa itu sebagai salah satu patokan waktu. Misalnya untuk menentukan tahun kelahiran mereka yang diasosiasikan disekitar peristiwa gempa tersebut.
Berikut beberapa foto usang tentang dampak gempa bumi tahunu 1926 di Padang Panjang
PADANG PANJANG HARI INI
Jika masa-masa awal abad lalu dan sebelum kemerdekaan, Padang Panjang adalah sebuah cerita manis, cerita tentang kejayaan sebuah kota kecil. Tetapi hari ini Padang Panjang adalah sebuah sosok yang sedang berjuang meraih kejayaan itu kembali. Pasca kemerdekaan kejayaan Padang Panjang berangsur surut.
Dari sisi ekonomi Padang Panjang mulai ditinggalkan oleh kota-kota sekitar yang tumbuh pesat menjadi usat pusat pertumbuhan ekonomi seperti Bukittinggi, Solok dan Payakumbuh. karena dari sisi sumber daya alam Padang Panjang tidak kuat bersaing dengan daerah sekitar, hal ini disebabkan luas wilayah yang terlampau kecil. Dari sisi sektor kependidikan, Kota Padang Lebih dilirik, karena sebagai kota utama, Padang juga sebagai kota tujuan utama pendidikan di Sumatera Barat.
Namun bukan berarti predikat kota pendidikan lepas dari Padang Panjang. Keberadaan Diniyah Putri, Thawalib, dan Lembaga Pendidikan Muhammadiyah dan STSI tetap membuat Padang Panjang dikenal sebagai Kota Pendidikan.
Dalam gerak bangkit kota ini, sektor pendidikan tetap menjadi salah satu fokus pemerintah kota ini. Kepercayaan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat untuk membangun Sekolah Super Unggul di Kota Padang Panjang adalah lompatan tak terkira dalam menjaga reputasi kota ini.
Pemerintah Kota Padang Panjang hari ini memang dituntut keratif dan inovatif dalam mengembangkan kota ini. Mau dibawa kemana kota tua ini. Dari sisi Sumber Daya Alam Padang Panjang sangat minim, daerah pertanian sangat sempit untuk dikembangkan. Sektor perdagangan barangkali masih memungkinkan mengingat letak yang strategis, namun kata-kata “Letak yang strategis di persimpangan jalur utama Sumatera Barat” selama ini telah membuai Padang Panjang. Seolah-olah kata itu cukup untuk membuat Padang Panjang tumbuh besar, padahal seiring waktu, bisa saja suatu saat Padang Panjang tidak lagi strategis mengingat telah dibukanya jalur alternatif dari Pintu masuk Sumatera Barat, Padang yaitu jalur Sicincin – Malalak yang notabene menghindari Padang Panjang.
Dalam wacana membangun Padang Panjang, anggaplah pembukaan jalur baru tersebut sebagai sebuah ancaman (thread) bagi Padang Panjang. Kedepan ancaman tersebut mesti diminimalisir bahkan kalau perlu mempunyai dampak nol bagi Padang Panjang. Konsekwensinya adalah menjadikan Padang Panjang memiliki daya tarik. Artinya ketika orang dari Padang ke Bukittinggi dihadapkan pada dua jalur ke Bukittinggi mereka tetap memilih jalur Padang Panjang karena ada daya tarik yang tak bisa dilewatkan begitu saja.
Pariwisata mungkin bisa menjadi magnet tersebut ! Selama ini memang Padang Panjang tidak dikenal sebagi kota tujuan wisata. selama ini orang tidak begitu mengenal daya tarik pariwisata Padang Panjang kecuali wisata Kulinernya, sering orang singgah ke Padang Panjang hanya untuk menikmati satenya kemudian pergi tanpa berminat utuk berdiam satu atau dua hari di kota ini.
Sate Mak Syukur, Ikon Kuliner Padang Panjang
Ketan Durian…
…dan Lamang Tapai..hmm…mak nyuuss.
Kedepan kondisi ini bisa diubah, begitu banyak potensi yang bisa diolah, dikemas dan dijual kepada pengunjung dalam konteks kepariwisataan. Disamping potensi alam yang sebagian besar belum tersentuh dan penguatan terhadap ikon pariwisata Padang Panjang yang sudah ada saat ini seperti Mifan, PDIKM, wisata kulinernya, maka sejarah panjang dan kekentalan budaya asli Minangkabau didaerah ini bisa menjadi diferensiasi dan faktor nilai tambah kepariwisataan Padang Panjang kedepan. Dibutuhkan kreatifitas dan analisa yang dalam untuk mengemas sejarah dan seni budaya di Padang Panjang sebagai mainstream arah pembangunan pariwisata kedepan. Saya membayangkan pada suatu saat nanti, ketika orang ingin mendapatkan wisata yang bernuansa masa lalu dan tradisi Minangkabau yang kuat, mereka menjatuhkan pilihannya pada Kota Padang Panjang. Wisata Budaya dan Sejarah telah menjadi Trade Mark kota ini kedepan, Semoga.
Sumber : http://rainytown1790.wordpress.com/
Description: Padang Panjang, Kota Tua Yang Sedang Bangkit
Reviewer: Unknown
ItemReviewed: Padang Panjang, Kota Tua Yang Sedang Bangkit