tag:blogger.com,1999:blog-90657814086416316352024-03-14T00:24:28.395+07:00Baralekdi.blogspotSejarah Adat Tokoh Budaya Seni Kuliner Ragam Tradisi Nagari Minang KabauAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/16754424138069059620noreply@blogger.comBlogger936125tag:blogger.com,1999:blog-9065781408641631635.post-29142006238166116332016-07-30T14:07:00.002+07:002016-07-30T14:07:45.768+07:00Kawa Daun Teh Daun Kopi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Teh dari daun tumbuhan kopi memang
masih terdengar asing, dan di Indonesia sendiri baru-baru ini mulai populer
dengan adanya berita yang mengejutkan yang dilansir oleh <i>Daily Mail</i> dan
media internasional lainnya tentang manfaat teh dari daun kopi ini. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Namun tahukah Anda, teh daun kopi
ini ternyata sudah dikenal di Tanah Datar, Sumatra Barat Indonesia sejak
ratusan tahun lalu dengan nama ‘<b>Kawa Daun</b>’. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sejarahnya berawal ketika orang
Sumbar tidak boleh minum kopi (buah) oleh Belanda, seluruh hasil panen buah
kopi segar dari Ranah Minang, diekspor keluar negeri oleh bangsa penjajah,
sehingga warga pribumi tidak mendapat kesempatan untuk mencicipi nikmatnya
hasil seduhan buah kopi ini, maka mereka mencari alternatif lain yaitu mengolah
daunna jadi minuman. Minum kopi pada zaman itu mempunyai kebanggaan tersendiri.
Kebiasaan meminum kopi melambangkan dia orang berkelas pada zaman itu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Seperti kata pepatah, tak ada rotan
akarpun jadi. Tidak ada kopi daunya pun tak apalah, begitu kira-kira. Sehingga
keinginan orang untuk menikmati minuman kopi sedikit terobati. Dan akhirnya
minuman ini banyak yang mengemari. Gara-gara minum daun kopi, orang Minang
malah dikatai sebagai <i>Melayu Kopi Daun</i> oleh para tuan kulit putih itu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penyajian Kawa Daun ini sangat unik,
menggunakan tempurung kelapa tua yang disebut sebut “sayak”. kemudian disantap
bersama gorengannya yang masih panas seperti pisang goreng, bakwan, tahu isi,
bika bakar dan lain-lain.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-A8ARUao-KAI/UaMtqaNbKVI/AAAAAAAAAK8/tbcbpJlQbsk/s1600/kawa_daun.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="426" src="https://1.bp.blogspot.com/-A8ARUao-KAI/UaMtqaNbKVI/AAAAAAAAAK8/tbcbpJlQbsk/s640/kawa_daun.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Di Sumatera Barat, sudah umum <i>caffe</i>
yang menyediakan Kawa Daun ini seperti di daerah Payakumbuh, Bukittinggi,
Batusangkar dan sekitarnya. Harga minuman ini juga terjangkau hanya 3.000-4.000
rupiah untuk 1 cangkir tempurung kawa daun. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Bila anda mencobanya untuk pertama
sekali mungkin akan terasa begitu berbeda dan terasa begitu aneh di lidah anda.
Namun bila anda menikmatinya dengan cara perlahan-lahan serta menikmatinya
dengan santai dan biarkan aroma juga rasanya berputar-putar, bermain-main
di lidah serta di mulut anda maka anda akan benar-benar mendapatkan citarasanya
yang sungguh sangat nikmat dan tak terlupakan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Khasiat minuman Kawa Daun.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penelitian terbaru di Inggris
menemukan bahwa teh dari daun kopi ini ternyata lebih sehat ketimbang teh dan
kopi sendiri. Menurut para ilmuwan dari <i>Royal Botanic Garden</i>s di Kew,
London, dan Joint Research Unit for Crop Diversity, Adaptation and Development
di Montpellier, teh daun kopi mengandung senyawa yang bermanfaat mengurangi
risiko penyakit jantung dan diabetes. </span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-SHoXqtcXf7s/UaMwImwLm7I/AAAAAAAAALU/iHjIV8-ZX7s/s1600/dfg.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="398" src="https://1.bp.blogspot.com/-SHoXqtcXf7s/UaMwImwLm7I/AAAAAAAAALU/iHjIV8-ZX7s/s640/dfg.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Berdasarkan penelitian, daun kopi
mengandung antioksidan lebih tinggi dibandingkan teh biasa. "Yang
mengejutkan adalah berapa banyak antioksidan dalam daun kopi. Jumlahnya jauh
lebih tinggi dibandingkan teh hijau dan teh hitam," ujar Dr Aaaron Davies,
pakar kopi dan botani dari Royal Botanic Gardens seperti dilansir laman <i>Telegraph</i>.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tak hanya antioksidan, daun kopi
juga mengandung bahan kimia alami yang berkhasiat mengatasi masalah peradangan.
Bahan kimia alami ini biasanya ditemukan pada buah mangga.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Ditemukan juga zat dalam level
yang tinggi yang disebut mangiferin dalam daun tanaman kopi Arabika,"
ucapnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Para peneliti menilai, selama ini
daun kopi diabaikan karena orang lebih mengedepankan biji kopi yang memiliki
nilai lebih tinggi. Meski demikian, mereka yakin bahwa teh daun kopi bisa
menjadi minuman sehat baru, setelah teh hitam atau teh hijau.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Teh daun kopi mengandung kafein yang
rendah dan memiliki rasa yang biasa, tidak pahit seperti teh atau sekuat kopi.
Dr Davies menjelaskan, kopi daun teh sangat populer di beberapa negara, seperti
Ethiopia dan Sudan Selatan. Bahkan ada upaya memasarkan teh daun kopi ini di
Inggris pada tahun 1800-an.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Cara pembuatan minuman Kawa Daun sebagai berikut:</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Proses menjadikan daun kopi menjadi
teh juga sangat sederhana, daun kopi yang dipetik (dipilih daun kopi yang tidak
terlalu tua tapi juga tidak terlalu muda), dijepit menggunakan sebilah bambu
lalu digantung diatas perapian, dibiarkan selama berhari-hari diatas perapian
kayu bakar hingga kering. Jika daun-daun tersebut diremas dan berbunyi
gemerisik, itu artinya daun sudah jadi. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Daun kopi kering ini pun dimasukkan
ke dalam tabung bambu khusus. Ujung bambunya disumpal dengan ijuk sebagai
saringan. Kemudian tabung bambu ini disiram air mendidih dan dibiarkan beberapa
saat sebelum dituangkan ke sayak tempurung. Teh daun kopi siap dihidangnkan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dijamin tidak akan bosan mencoba
minuman kawa daun karena ada variasi rasanya. Berikut variasi rasa dan
manfaatnya: </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 21.3pt; mso-list: l0 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<b><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">KAWA JAHE</span></b><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">, Seduhan kawa daun dengan jahe membuat tubuh
hangat melancarkan pernafasan dan mengobati tenggorokan gatal. Cocok diminum
saat hujan<b> </b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 21.3pt; mso-list: l0 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<b><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">KAWA TELUR</span></b><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">, Rasa tradisional teh telur Minangkabau dengan air
kawa daun bisa mnambah staminaa joss lagi. Cocok untuk para pekerja keras<b>. </b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 21.3pt; mso-list: l0 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<b><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">KAWA MADU</span></b><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">, manfaat madu yang baik dikombinasikan dengan
minuman kawa daun menambah vitalitas penikmatnya.<b> </b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 21.3pt; mso-list: l0 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<b><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">KAWA SUSU, </span></b><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Untuk sekedar menyegarkan tubuh kawa susu nikmat.<b> </b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 21.3pt; mso-list: l0 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<b><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">KAWA STMJ, </span></b><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Perpaduan susu,telur,madu,jahe sangat cocok utuk
memanjakan diri anda.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Atau bagi anda yang berada di luar
daerah dan tidak punya waktu untuk meracik minuman ini juga bisa memesan Kawa
Daun yang sudah dikemas dalam bentuk teh celup secara online di situs </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="http://www.kopikawadaun.com/"><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">www.kopikawadaun.com</span></a></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16754424138069059620noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9065781408641631635.post-4476589475536733042016-07-30T13:51:00.000+07:002016-07-30T13:53:53.073+07:00CERITA HIDUP ADITYAWARMAN <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/_2_6b1Hmw3Ws/Sll6c5yc0FI/AAAAAAAAABI/rtJEHqV8jFM/s200/200px-Adityawarman.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://3.bp.blogspot.com/_2_6b1Hmw3Ws/Sll6c5yc0FI/AAAAAAAAABI/rtJEHqV8jFM/s200/200px-Adityawarman.jpg" width="176" /></a></div>
<span style="font-size: 100%;"><b><span style="font-family: "arial";">Adityawarman</span></b><span style="font-family: "arial";"> adalah pangeran berdarah campuran <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa" title="Jawa"><span style="color: black;">Jawa</span></a>–<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatra" title="Sumatra"><span style="color: black;">Sumatra</span></a> yang mendirikan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Pagaruyung" title="Kerajaan Pagaruyung"><span style="color: black;">Kerajaan Pagaruyung</span></a> pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1339" title="1339"><span style="color: black;">1339</span></a>, dengan bergelar <b>Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Mauli Warmadewa</b>.</span></span><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 100%;"><span style="font-family: "arial";"></span><span class="mw-headline" style="font-weight: bold;"><span style="font-family: "arial";">ASAL USUL</span></span></span><br />
</div>
<span style="font-size: 100%;">Adityawarman
adalah putra dari Adwayawarman menurut prasasti Kuburajo, atau
Adwayadwaja menurut prasasti Bukit Gombak. Nama ayahnya ini mirip dengan
<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Adwayabrahma" title="Adwayabrahma"><span style="color: black;">Adwayabrahma</span></a><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Singhasari" title="Kerajaan Singhasari"><span style="color: black;">Kerajaan Singhasari</span></a> yang ikut mengantar arca Amoghapasa sebagai hadiah untuk <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Dharmasraya" title="Kerajaan Dharmasraya"><span style="color: black;">Kerajaan Dharmasraya</span></a> pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1286" title="1286"><span style="color: black;">1286</span></a>.</span> dalam prasasti Padangroco, yaitu seorang pejabat <br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 100%;"><span style="font-family: "arial";"></span></span> </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<span style="font-size: 100%;"><span style="font-family: "arial";"><br />Raja
Dharmasraya saat itu adalah Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa.
Terlihat adanya kemiripan gelar sehingga dapat diduga kalau Adityawarman
adalah keturunan dari Tribhuwanaraja.</span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 100%;"><span style="font-family: "arial";">Adityawarman dalam <i><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pararaton" title="Pararaton"><span style="color: black;">Pararaton</span></a></i> disebut dengan nama Tuan Janaka yang bergelar Mantrolot Warmadewa. Ibunya bernama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dara_Jingga" title="Dara Jingga"><span style="color: black;">Dara Jingga</span></a> putri Kerajaan Dharmasraya. Dara Jingga bersama adiknya yang bernama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dara_Petak" title="Dara Petak"><span style="color: black;">Dara Petak</span></a> tiba di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa" title="Jawa"><span style="color: black;">Jawa</span></a> pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1293" title="1293"><span style="color: black;">1293</span></a> dikawal oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kebo_Anabrang" title="Kebo Anabrang"><span style="color: black;">Kebo Anabrang</span></a>, seorang perwira Singhasari yang ditugasi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kertanagara" title="Kertanagara"><span style="color: black;">Kertanagara</span></a> untuk melakukan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ekspedisi_Pamalayu" title="Ekspedisi Pamalayu"><span style="color: black;">ekspedisi Pamalayu</span></a> ke <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatra" title="Sumatra"><span style="color: black;">Sumatra</span></a>. Ahli waris Kertanagara yang bernama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Raden_Wijaya" title="Raden Wijaya"><span style="color: black;">Raden Wijaya</span></a> mengambil Dara Petak dan menyerahkan Dara Jingga kepada seorang “dewa”.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 100%;"><span style="font-family: "arial";">Kerajaan
Malayu identik dengan Dharmasraya sehingga Dara Jingga dapat disebut
sebagai putri Tribhuwanaraja. Suaminya yang disebut “dewa” ditafsirkan
sebagai Adwayabrahma, yaitu pejabat tingkat tinggi berpangkat <i>Rakryan Mahamantri</i>
dalam pemerintahan Kertanagara. Jadi Adityawarman adalah putra
Adwayabrahma seorang pejabat tinggi Singhasari yang lahir dari Dara
Jingga putri raja Dharmasraya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<span style="font-size: 100%;"><span style="font-family: "arial";">Namun demikian, ada pendapat lain mengatakan bahwa Adityawarman juga merupakan anak dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Raden_Wijaya" title="Raden Wijaya"><span style="color: black;">Raden Wijaya</span></a>, yang berarti Raden Wijaya bukan hanya memperistri <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dara_Petak" title="Dara Petak"><span style="color: black;">Dara Petak</span></a> tetapi juga memperistri <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dara_Jingga" title="Dara Jingga"><span style="color: black;">Dara Jingga</span></a>. Hal ini mungkin saja terjadi sesuai dengan tradisi raja-raja <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa" title="Jawa"><span style="color: black;">Jawa</span></a> waktu itu.</span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial";">Adityawarman dilahirkan di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit" title="Majapahit"><span style="color: black;">Majapahit</span></a> saat pemerintahan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Raden_Wijaya" title="Raden Wijaya"><span style="color: black;">Raden Wijaya</span></a> (1293–1309). Menurut <i><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pararaton" title="Pararaton"><span style="color: black;">Pararaton</span></a></i>, raja kedua Majapahit, yaitu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jayanagara" title="Jayanagara"><span style="color: black;">Jayanagara</span></a>, adalah putra Raden Wijaya yang lahir dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dara_Petak" title="Dara Petak"><span style="color: black;">Dara Petak</span></a>.
Dengan demikian, hubungan antara Adityawarman dengan Jayanagara adalah
saudara sepupu sesama cucu Srimat Tribhuwanaraja. Dari versi lain,
mereka bukan hanya sesama cucu Srimat Tribuwanaraja tetapi juga saudara
seayah sesama anak Raden Wijaya.</span><span style="font-family: "arial";"> </span><span style="font-size: 100%;"><span title="Kalimat yang diikuti tag ini membutuhkan rujukan."></span></span><br />
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 100%;"><span title="Kalimat yang diikuti tag ini membutuhkan rujukan."><span style="font-family: "arial";"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Yamin" title="Muhammad Yamin"><span style="color: black;">Muhammad Yamin</span></a> berpendapat bahwa Adityawarman lahir di Siguntur dekat negeri <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sijunjung" title="Sijunjung"><span style="color: black;">Sijunjung</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Barat" title="Sumatera Barat"><span style="color: black;">Sumatera Barat</span></a>.
Ketika muda dia berangkat pergi ke Majapahit. Ayah bundanya mempunyai
perhubungan darah dengan permaisuri raja Majapahit pertama, Kertarajasa.
Raja Jayanegara merupakan paman Adityawarman yang tidak memiliki putra.
Oleh karena itu, maka menurut adat, Adityawarmanlah putra yang paling
dekat untuk pengganti mahkota.<a href="https://www.blogger.com/null" name="Peran_di_Majapahit"></a> <span class="mw-headline">Peran di Majapahit</span></span></span></span></div>
<span style="font-size: 100%;"><span title="Kalimat yang diikuti tag ini membutuhkan rujukan.">
<span title="Kalimat yang diikuti tag ini membutuhkan rujukan."> </span></span></span><br />
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 100%;"><span title="Kalimat yang diikuti tag ini membutuhkan rujukan."><span title="Kalimat yang diikuti tag ini membutuhkan rujukan."><span style="font-family: "arial";">Ketika Jayanagara menjadi raja, Adityawarman diangkat sebagai duta besar Majapahit untuk <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cina" title="Cina"><span style="color: black;">Cina</span></a> pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1325" title="1325"><span style="color: black;">1325</span></a>. Dalam catatan Cina ia disebut dengan nama Seng-kia-lie-yulan. Saat itu Cina sedang dikuasai oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dinasti_Yuan" title="Dinasti Yuan"><span style="color: black;">Dinasti Yuan</span></a>
yang pernah mencoba menaklukkan Jawa pada zaman Raden Wijaya.
Pengiriman duta ini menunjukkan adanya perdamaian antara Majapahit
dengan bangsa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mongol" title="Mongol"><span style="color: black;">Mongol</span></a>.</span></span></span></span></div>
<span style="font-size: 100%;"><span title="Kalimat yang diikuti tag ini membutuhkan rujukan."><span title="Kalimat yang diikuti tag ini membutuhkan rujukan.">
</span></span></span>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 100%;"><span title="Kalimat yang diikuti tag ini membutuhkan rujukan."><span title="Kalimat yang diikuti tag ini membutuhkan rujukan."><span style="font-family: "arial";">Pada pemerintahan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tribhuwana_Tunggadewi" title="Tribhuwana Tunggadewi"><span style="color: black;">Tribhuwana Tunggadewi</span></a> (adik Jayanagara), Adityawarman diangkat sebagai <i>Wreddhamantri</i>, atau menteri senior. Namanya tercatat dalam prasasti Blitar tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1330" title="1330"><span style="color: black;">1330</span></a> sebagai Sang Arya Dewaraja Mpu Aditya. Demikian pula pada prasasti Manjusri tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1343" title="1343"><span style="color: black;">1343</span></a> disebutkan bahwa, Adityawarman menempatkan arca <i>Maٍjuçrī</i> (salah satu sosok <i><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bodhisattva" title="Bodhisattva"><span style="color: black;">bodhisattva</span></a></i>) di tempat pendarmaan <i>Jina</i> (Buddha) dan membangun candi Buddha di <i>Bumi Jawa</i> untuk menghormati orang tua dan para kerabatnya. </span></span></span></span></div>
<span style="font-size: 100%;"><span title="Kalimat yang diikuti tag ini membutuhkan rujukan."><span title="Kalimat yang diikuti tag ini membutuhkan rujukan.">
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "arial";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "arial";"><a href="https://www.blogger.com/null" name="Identifikasi_dengan_Arya_Damar"></a></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "arial";"></span><span class="mw-headline" style="font-weight: bold;"><span style="font-family: "arial";">IDENTIFIKASI DENGAN ARYA DAMAR</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "arial";"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Arya_Damar" title="Arya Damar"><span style="color: black;">Arya Damar</span></a> adalah tokoh dalam <i>Kidung Pamacangah</i> dan <i>Babad Arya Tabanan</i> sebagai bupati <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Palembang" title="Palembang"><span style="color: black;">Palembang</span></a> yang berjasa membantu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gajah_Mada" title="Gajah Mada"><span style="color: black;">Gajah Mada</span></a> menaklukkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bali" title="Bali"><span style="color: black;">Bali</span></a> pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1343" title="1343"><span style="color: black;">1343</span></a>. Tokoh Arya Damar ini berasal dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kediri" title="Kediri"><span style="color: black;">Kediri</span></a>. Sejarawan Prof. C.C. Berg menganggapnya identik dengan Adityawarman.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "arial";">Sementara itu catatan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dinasti_Ming" title="Dinasti Ming"><span style="color: black;">Dinasti Ming</span></a> menyebut di Sumatra
terdapat tiga orang raja. Mereka adalah Seng-kia-li-yulan,
Ma-ha-na-po-lin-pang, dan Ma-na-cha-wu-li. Ketiganya merupakan sebutan
untuk Adityawarman, Maharaja Palembang, dan Maharaja Mauli.<span title="Kalimat yang diikuti tag ini membutuhkan rujukan."> Berdasarkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berita_Cina" title="Berita Cina"><span style="color: black;">berita Cina</span></a> tersebut, Adityawarman tidak sama dengan raja Palembang alias Arya Damar.</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "arial";">Jadi,
pada zaman Majapahit tersebut, Pulau Sumatra dipecah menjadi tiga
bagian, yaitu Pagaruyung dipimpin Adityawarman, Palembang dipimpin Arya
Damar, dan Dharmasraya dipimpin Mauli. Mungkin raja Dharmasraya ini
adalah keturunan Srimat Tribhuwanaraja.<span title="Kalimat yang diikuti tag ini membutuhkan rujukan."> Bisa jadi ia adalah paman atau mungkin sepupu Adityawarman.</span></span><br />
</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "arial";"></span><a href="https://www.blogger.com/null" id="Pindah_ke_Sumatra" name="Pindah_ke_Sumatra"></a><span class="mw-headline" style="font-weight: bold;"><span style="font-family: "arial";">PINDAH KE SUMATRA</span></span><br />
</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "arial";">Pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1339" title="1339"><span style="color: black;">1339</span></a> Adityawarman dikirim sebagai <i>uparaja</i> atau raja bawahan Majapahit untuk wilayah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Sumatra" title="Pulau Sumatra"><span style="color: black;">Pulau Sumatra</span></a>. Ia mendirikan istana baru bernama Malayapura di Pagaruyung (daerah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Minangkabau" title="Minangkabau"><span style="color: black;">Minangkabau</span></a>) karena tidak mempunyai hak atas takhta <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Dharmasraya" title="Kerajaan Dharmasraya"><span style="color: black;">Kerajaan Dharmasraya</span></a>.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "arial";">Selanjutnya, Adityawarman pun menjalankan misi penaklukkan Sumatra
bagian utara yang saat itu dikuasai oleh Indrawarman raja Kerajaan
Silo. Indrawarman adalah bekas tentara Singhasari yang menolak
kedaulatan Majapahit dan memilih mendirikan kerajaan sendiri di daerah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Simalungun" title="Simalungun"><span style="color: black;">Simalungun</span></a>.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "arial";">Namun kesetiaan Adityawarman terhadap Majapahit luntur sepeninggal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gajah_Mada" title="Gajah Mada"><span style="color: black;">Gajah Mada</span></a>. Pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1375" title="1375"><span style="color: black;">1375</span></a>
ia mengirim duta ke Cina untuk meminta bantuan dalam usaha memerdekakan
diri. Tidak lama setelah itu, Adityawarman meninggal dan digantikan
oleh putranya yang bernama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ananggawarman" title="Ananggawarman"><span style="color: black;">Ananggawarman</span></a>.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "arial";">Pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1409" title="1409"><span style="color: black;">1409</span></a> pasukan Majapahit tiba di Sumatra
untuk menumpas pemberontakan Pagaruyung. Namun saat itu masa kejayaan
Majapahit sudah berakhir di mana pasukannya dapat dipukul mundur di
Padang Sibusuk. Dan baru pada serangan kedua tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1411" title="1411"><span style="color: black;">1411</span></a> kerajaan Pagaruyung dapat ditaklukkan.<span title="Kalimat yang diikuti tag ini membutuhkan rujukan."> Sedangkan daerah-daerah Siak, Kampar dan Indragiri yang melepaskan diri ditaklukkan oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Malaka" title="Kesultanan Malaka"><span style="color: black;">Kesultanan Malaka</span></a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Aceh" title="Kesultanan Aceh"><span style="color: black;">Kesultanan Aceh</span></a>, dan kemudian menjadi negara-negara merdeka.</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<a href="https://www.blogger.com/null" id="Agama" name="Agama"></a><span class="mw-headline" style="font-weight: bold;"><span style="font-family: "arial";">AGAMA</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "arial";">Adityawarman diperkirakan penganut yang taat dari agama sinkretis <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Buddha_Vajrayana" title="Buddha Vajrayana"><span style="color: black;">Buddha Tantrayana</span></a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Siwa-Buddha" title="Agama Siwa-Buddha"><span style="color: black;">Hindu Siwa</span></a>,
sebagaimana yang banyak dianut oleh para bangsawan Singhasari dan
Majapahit. Ia diperlambangkan dengan arca Bhairawa Amoghapasa. Selama
masa pemerintahannya di Pagaruyung, Adityawarman banyak mendirikan <i>biaro</i> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Minang" title="Bahasa Minang"><span style="color: black;">bahasa Minang</span></a>, artinya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Vihara" title="Vihara"><span style="color: black;">vihara</span></a>) dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Candi" title="Candi"><span style="color: black;">candi</span></a> sebagai tempat pemujaan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dewa" title="Dewa"><span style="color: black;">Dewa</span></a> Yang Agung. Sampai sekarang, masih dikenal nama tempat <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Parhyangan&action=edit&redlink=1" title="Parhyangan (halaman belum tersedia)"><span style="color: black;">Parhyangan</span></a> yang kemudian berubah tutur menjadi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pariangan,_Pariangan,_Tanah_Datar" title="Pariangan, Pariangan, Tanah Datar"><span style="color: black;">Pariangan</span></a>, yaitu di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Tanah_Datar" title="Kabupaten Tanah Datar"><span style="color: black;">Kabupaten Tanah Datar</span></a>, Sumatra Barat. </span></div>
</span></span></span></div>
<a href="http://jawaralintang.blogspot.co.id/2009/07/cerita-hidup-adityawarman.html" target="_blank"><br /></a>
<a href="http://jawaralintang.blogspot.co.id/2009/07/cerita-hidup-adityawarman.html" target="_blank">Sumber : http://jawaralintang.blogspot.co.id</a></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16754424138069059620noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9065781408641631635.post-62363566400571442022014-12-06T03:59:00.000+07:002014-12-06T04:01:20.403+07:00Janjang Koto Gadang atau Janjang Seribu<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Masyarakat Minang sekarang bisa berbangga hati
karena Bukittinggi dan Agam, Sumatera Barat punya kawasan wisata baru. Bentuknya
mirip-mirip dengan tembok China. Tapi yang di Koto Gadang mungkin lebih cantik,
pemandangan ngarai Sianok terbentang. Pembangunan Janjang Koto Gadang atau
Janjang Seribu yang merupakan ide dan sesepuh minang bapak Azwar Anas. Ide dan
gagasan ini terujud dan dilaksanakan oleh Tifatul Sembiring Menteri Kominfo RI
bersama kekuatan perantau.</span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Memasuki kawasan ini, pengunjung akan melalui jalan
menurun. Kemudian bertemu dengan panorama Ngarai Sianok, persawahan dengan
tebing-tebing nan indah ada jembatan gantung dan anak tangga yang tinggi</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-hjzktIW1fwY/UViYLExcKgI/AAAAAAAAAKQ/QQy3UKRcgOQ/s1600/64262_393226600769694_2082858495_n.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"></span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Kita akan membuat sejarah dan efek luar biasa dari
pembangunan Janjang Koto Gadang. Salah satu efeknya adalah peningkatan ekonomi
</span></div>
<a href="https://www.blogger.com/null" name="more"></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">masyarakat dan pengembangan wisata. Orang kalau ke Bukittingi pasti kenal
dengan Jam Gadang, Ngarai Sianok, Lubang Jepang dan lain-lain. tapi orang belum
tahu dengan Janjang Koto Gadang yang banyak kenangan sejarahnya. Hal ini di
sampaikan Tifatul Sembiring ketika meresmikan dan penandatanganan prasasti Janjang
Koto Gadang, Kabupaten Agam di Mesjid Koto Gadang, Sabtu (26/01).</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Ikut hadir dalam kesempatan itu sesepuh minang
AzwarAnas, Mutia Hatta, Ketua DPD RI Irman Gusman berserta anggota DPD asal
pemilihan Sumatera Barat, Anggota DPR RI Refrizal, beberapa Bupati/Wako Gubernur
Sumatera Barat Irwan Prayitno, Dirjen Pariwisatá dan Ekonomi Kreatif Edi
Waluyo, Wakil Ketua DPRD Sumbar Leonardy Harmainy serta perantau Koto Gadang.</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Lebih lanjut, Tifatul mengatakan pembangunan Janjang
Koto Gadang ini akan terus kita lakukan ke Singgalang, Koto Tuo dan Balingka
sehingga mempunyai Sejarah tersendiri. </span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-hjzktIW1fwY/UViYLExcKgI/AAAAAAAAAKQ/QQy3UKRcgOQ/s400/64262_393226600769694_2082858495_n.jpg" height="300" width="400" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-kcxPPEeK_WU/UQ8VJDVkMpI/AAAAAAAAAJw/SG4Mk5lE1VE/s400/7201623.jpg" height="250" width="400" /> </span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-bRZXv4e6Fdg/UQ8VSwjDWCI/AAAAAAAAAJ4/A7q24EWcA4Y/s400/7201624.jpg" height="250" width="400" /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: x-small;">Sumber http://ikbpadang.blogspot.com</span></span><br />
<div class="system-of-blogYow">
</div>
<style type="text/css">
.system-of-blogYow {
width: 200px;
height: 270px;
float: left;
border: 1px solid rgb(30, 144, 255);
-webkit-box-shadow: 0 0 5px 1px rgb(30, 144, 255);
-moz-box-shadow: 0 0 5px 1px rgb(30, 144, 255);
box-shadow: 0 0 5px 1px rgb(30, 144, 255);
}
.system-of-blogYow:before {
content: "";
position: absolute;
border: 15px solid rgba(30, 144, 255, 0.5);
width: 170px;
height: 240px;
-webkit-box-shadow: inset 0 0 45px #F0F;
-moz-box-shadow: inset 0 0 45px #F0F;
box-shadow: inset 0 0 45px #F0F;
}
</style>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16754424138069059620noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9065781408641631635.post-71936696720210858502014-12-06T03:56:00.000+07:002014-12-06T03:56:05.102+07:00Haji Mansur Daud Datuk Palimo Kayo<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-58W9bgVJrl8/UMfS16ZLOWI/AAAAAAAAAGI/SKMWxGAzYao/s320/399351_188683857936286_1330965414_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-58W9bgVJrl8/UMfS16ZLOWI/AAAAAAAAAGI/SKMWxGAzYao/s320/399351_188683857936286_1330965414_n.jpg" /></a></div>
<b>Haji Mansur Daud Datuk Palimo Kayo</b>, lahir pada tanggal 10
Maret 1905 di Pahambatan, Balingka, Kecamatan IV Koto (Kabupaten Agam) lahirlah
seorang putra yang kemudian diberi nama Mansur, putra dari <b><i>Syekh Daud Rasyidi</i></b> dan
Siti Rajab. Sebagai kepala keluarga, Syekh Daud Rasyidi sudah mengarahkan
anaknya supaya taat beragama.<br />
<br />
Usia tujuh tahun memasuki sekolah Desa di Balingka pada tahun 1912.
Pendidikan ini hanya diikuti selama satu tahun. Selanjutnya, beliau pindah ke
Lubuk Sikaping dan melanjutkan ke Gouvernment School sampai tahun 1915. <br />
<br />
Mansur Daud kemudian mempelajari agama Islam secara khusus di perguruan
Sumatera Thawalib pada tahun 1917. Beliau langsung mendapat pendidikan dari
ulama besar Haji Abdul Karim Amrullah (HAMKA), sementara tetap mempelajari mata
pelajaran agama pada Perguruan Islam Madrasah Diniyah di bawah asuhan Zainuddin
Labay El Yunusi. Hampir seluruh waktunya diisi dengan mempelajari pendidikan
agama Islam.<br />
<br />
Tahun 1924, Mansur Daud mendalami agama di perguruan Islam yang diasuh oleh
Ibrahim Musa Parabek. Suasana politik yang tak menentu, yakni menyebarnya
pengaruh komunis ke dalam perguruan Sumatera Thawalib, membuat Mansur Daud
memutuskan untuk menghindari.<br />
<br />
<a href="https://www.blogger.com/null" name="more"></a><br />
<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Tahun 1925, Mansur Daud berangkat ke mancanegara,
menuju India. Langkah ini ditempuhnya guna menghindari pengaruh komunis kala
itu. Di Negeri itu Mansur Daud kembali pada dunia yang dihadapinya selama ini.
Beliau belajar agama di Perguruan Islam Tinggi (Jamiah Islamiyah), Locknow,
India. Abdul Kalam Azad sebagai Pemimpin perguruan tersebut langsung jadi
pengasuh sekaligus pengajarnya.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Selama lebih kurang 5 (lima) tahun, H. Mansur Daud
mengembara, menuntut ilmu di India. Pengembaraannya buat sementara ke
mancanegara usai. Beliau pulang dan sempat singgah di Malaysia. Beliau langsung
ke pulau Jawa.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pada tahun 1930 Mansur Daud kembali ke Indonesia
dari India. Aktivitas organisasi dimulainya kembali dan diwujudkan dalam suatu
kongres di Sumatera Thawalib, Bukittinggi. Ketika berlangsung Kongres I Sumatra
Thawalib (22-27 Mei 1930) yang mengubah nama organisasi tersebut menjadi
Persatuan Muslimin Indonesia (PMI), Mansur Daud ditunjuk sebagai salah seorang
anggota Pengurus Besar PMI. Pada Kongres I PMI di Payakumbuh (5-9 Agustus
1930), ia terpilih sebagai sekretaris jenderal PMI. Pada Kongres II PMI di
Padang (9-10 Maret 1931), yang memutuskan mengubah organisasi sosial ini menjadi
partai politik yang dikenal dengan nama Persatuan Muslimin Indonesia (Permi),
ia pun ditunjuk sebagai sekretaris jenderal partai ini. Permi, yang berada di
bawah pimpinan tokoh-tokoh Sumatra Thawalib dan para bekas mahasiswa dari
Cairo (seperti Mochtar Luthfi dan Iljas Jacoub) ini, memperkenalkan ideologi
“Islam dan kebangsaan”.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">H. Mansur Daud ikut berperan dalam membentuk
partai politik Indonesia yaitu Persatuan Muslim Indonesia (PERMI). Pada tanggal
2 Desember 1932 Mansur Daud ditunjuk Permi sebagai ketua pelaksana Algemene
Actie Protes Vergadering Permi, semacam tim perumus yang akan menyusun
rancangan protes ter-hadap kebijaksanaan Belanda yang melakukan ordonansi
sekolah partikelir, yang lebih dikenal dengan nama ordonansi “sekolah liar”.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pada tanggal 10 Desember 1934, Mansur Daud ditangkap
ketika mengkampanyekan rencana protes yang telah disusun di Curup, Bengkulu,
menyusul penangkapan pemimpin utama Permi, yakni H Jalaluddin Taib, H Iljas
Jacoub, dan H Mochtar Luthfi. Ketiga tokoh ini kemudian dibuang ke Boven Digul.
Datuk Palimo Kayo dipenjarakan di Bukittinggi. Tidak berapa lama kemudian ia
dipindahkan ke penjara Suka Mulia di Medan. Ia baru dibebaskan dari penjara
pada tahun 1935. Kemudian ia kembali ke Bukittinggi. Dari situ ia kemudian
pergi ke Bengkulu, melakukan kegiatan dakwah pencarian dana pendidikan agama
Islam untuk Sumatra bagian Selatan.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Periode penjajahan Jepang memperlihatkan kemajuan
aktivitas H. Mansur Daud. Pada tahun 1942 ia kembali aktif dalam kegiatan
organisasi. Salah satu upayanya adalah membentuk badan koordinasi alim ulama
Minangkabau.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
Karir politik HMD Datuk Palimo Kayo di tataran negara mulai tampak. Pada
tanggal 20 September 1956 ia ditunjuk oleh pemerintah menjadi duta besar RI
untuk Kerajaan Irak sampai tahun 1960. Selesai tugasnya menjadi dubes RI di
Irak, ia kembali aktif di Masyumi dengan menduduki jabatan ketua umum Masyumi
wilayah Jakarta Raya sampai partai politik Islam Masyumi dibubarkan oleh
Presiden Soekarno.<br />
<br />
Antara tahun 1961-1967 HMD Datuk Palimo Kayo aktif berdakwah dan menekankan
peningkatan kemakmuran umat. Upaya yang dilakukan melalui wadah sosial serupa
itu kemudian semakin melengkapi pengabdian HMD Datuk Palimo Kayo dalam
memperhatikan kesejahteraan rakyat.<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Dalam musyawarah alim ulama se-Sumatra Barat tanggal
16-27 Mei 1968 di Bukittinggi, Datuk Palimo Kayo terpilih sebagai ketua umum
Majelis Ulama Sumatra Barat. Ketika itu belum ada MUI atau Majlis Ulama
Indonesia.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
Riwayat hidup HMD Datuk Palimo Kayo yang begitu sarat dengan segala bentuk
aktivitas memang layak mendapat perhatian secara ilmiah. Kelangkaan akan keberadaan
ulama sekaliber HMD Datuk Palimo Kayo kiranya jadi titik tolak untuk mengenang
tokoh ulama ini.<br />
<br />
Sejumlah kalangan yang dekat, baik dari keluarga maupun sesama ulama sangat
menghargai keberadaannya.<br />
Kalangan akademik kemudian menjadikan sosoknya sebagai sumber tulisan ilmiah
sekaligus mencermati kiprahnya sepanjang hayatnya.<br />
<br />
Hingga akhir hayatnya, Buya HMD Datuk Palimo Kayo senantiasa teguh dalam
sikap telitinya, meskipun terhadap hal sekecil sekalipun.<br />
<br />
Dengan berbagai kegiatannya itu, khususnya sumbangannya kepada bangsa dan
negara sebelum dan sesudah merdeka, pemerintah Indonesia memberikan penghargaan
kepada Mansur Daud Datuk Palimo Kayo sebagai salah seorang Perintis Kemerdekaan
Republik Indonesia melalui Surat Keputusan Menteri Sosial No. Pol. 16/II/PK
tang-gal 20 Mei 1960, yang kemudian dikuatkan lagi dengan Surat Keputusan
Menteri Sosial No. Pol. 103/63/PK tanggal 13 Juni 1963.<br />
<br />
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Setelah mengalami sakit beberapa hari, ia meninggal
dunia di Rumah Sakit Umum Dr. M. Jamil, Padang, dan dimakamkan di Pemakaman
Tunggul Hitam Padang. Tokoh ulama besar ini telah meninggalkan kita buat
selama-lamanya pada tahun 1988.</span><br />
<br />
<br />
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Sumber : http://ikbpadang.blogspot.com</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16754424138069059620noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9065781408641631635.post-8535062832226071072014-12-06T03:54:00.000+07:002014-12-06T03:54:11.820+07:00Syekh Haji Daud Rasyidi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-U943vGJ3j8U/UMZ2Ei4ft-I/AAAAAAAAAFk/WfflBuJRqeQ/s400/155241_168175616653777_2031717379_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-U943vGJ3j8U/UMZ2Ei4ft-I/AAAAAAAAAFk/WfflBuJRqeQ/s400/155241_168175616653777_2031717379_n.jpg" height="320" width="240" /></a></div>
Syekh Haji Daud Rasyidi dilahirkan di Balingka Kabupaten
Agam Sumatera Barat tahun 1880 M. beliau merupakan seorang Ulama pembaharu
Minangkabau, beliau juga dikenal sebagai seorang ulama yang merintis beberapa
institusi pendidikan dan beberapa organisasi soasial-agama-kemasyarakatan
diantaranya seperti VSB dan PMDN serta juga dikenal sebagai seorang
ulama-pendidik.<br />
<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
Beliau juga seorang pejuang yang melawan penjajahan Belanda.
<span lang="SV">Pada tahun 1946, sewaktu wakil
Presiden Republik Indonesia beradada di Bukittinggi dalam rangka membentuk
panitia ”Pengumpulan Mas” yang bertujuan untuk membeli sebuah pesawat terbang
sebagai sarana perang tentara rakyat. Daud Rasyidi pernah menyusup
ditengah-tengah ”hujan peluru” pada front pertempuran di Pasar Usang dan
Indarung untuk mengantarkan perbekalan dan pakaian bagi pejuang-pejuang bangsa
yang sedang bertempur. </span><br />
<span lang="SV"><br /></span>
<span lang="SV">Sebelumnya, Daud Rasyidi bersama-sama dengan Syekh
Ibrahim Musa Parabek telah turun pula berjalan kaki mengelilingi daerah-daerah
Minangkabau. Tujuan Daud Rasyidi ”turba” dengan <i>Inyiak</i> Parabek ini dalam
rangka mencari dana berupa bantuan dari ummat Islam, yang hasilnya ternyata
cukup banyak dan kemudian diserahkan kepada pemerintah Republik Indonesia.</span><br />
<span lang="SV"></span><br />
<a href="https://www.blogger.com/null" name="more"></a><span lang="SV"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
Beliau juga seorang ulama idealis yang tidak bisa ”dibeli”
oleh pihak penjajah – baik ketika zaman Belanda maupun Jepang. Daud Rasyidi
beruntung hidup di tiga alam yaitu zaman penjajahan Belanda, Jepang dan Pasca
Kemerdekaan. Dalam setiap masa tersebut, kontribusi Daud Rasyidi sangat
signifikan. Idealisme dan konsistensi sikap Daud Rasyidi terlihat dengan jelas
pada tiga zaman tersebut. Beliau selalu memegang prinsip yang diyakininya
benar, walaupun ”suasana zaman” berubah. <span lang="SV">Beliau akan terus tercatat dalam tinta emas sejarah intelektual dan
perjuangan masyarakat Sumatera Barat. Hari itu, Senin
tanggal 26 Januari 1948, di waktu sholat maghrib di Surau Inyiak Djambek, Daud
Rasyidi bertindak sebagai imam sholat. </span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-M9kZnMiA5k0/UMZ4tWhvAVI/AAAAAAAAAF0/flhrKIAgQsk/s1600/215112_1750308591423_8193310_n.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://4.bp.blogspot.com/-M9kZnMiA5k0/UMZ4tWhvAVI/AAAAAAAAAF0/flhrKIAgQsk/s320/215112_1750308591423_8193310_n.jpg" width="320" /></a></div>
<span lang="SV"><br /></span>
<span lang="SV">Tepat pada <i>tahyat</i> pertama setelah
membaca <i>tasahut awwal</i> ketika ketiak akan berdiri, kaki Daud Rasyidi
tidak kuat lagi menopang tubuhnya. Beliau-pun rubuh. Salah seorang jamaah yang
sengaja menghentikan atau memutuskan sholat-nya, menyambut tubuh Daud Rasyidi.
Beberapa saat kemudian, putra Balingka ini menghadap sang khalik. Tanggal 27
Januari 1948, bertepatan dengan 15 Rabiul Awwal 1368 H., jenazah Daud Rasyidi
dikebumikan disamping makam sahabatnya, Syekh Muhammad Djamil Djambek di
Bukittinggi</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="SV"> </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="SV">Sumber : http://ikbpadang.blogspot.com/</span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16754424138069059620noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9065781408641631635.post-66292070411347653372014-12-06T03:51:00.000+07:002014-12-06T04:02:01.491+07:00Muchtar Lutfi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/b/bd/Muchtar_Lutfi.jpg/200px-Muchtar_Lutfi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/b/bd/Muchtar_Lutfi.jpg/200px-Muchtar_Lutfi.jpg" height="320" width="320" /></a></div>
<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}">Muchtar
Lutfi (lahir di Balingka, Agam, SumateraBarat tahun 1901 -wafat di
Makassar, Sulawesi Selatan tahun 1950) adalah salah seorang ulama,
politikus, dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Dia merupakan pengurus
partai Persatuan Muslim Indonesia dan ketua Partai Masyumi cabang
Sulawesi.<br /> <br /> Muchtar Lutfi adalah seorang Minangkabau. Ayahnya bernamaH. Abdul Latief Rasyidi, seorang ulama yang pernah memi<span class="text_exposed_show">mpin
surau Jembatan Besi Padang Panjang. Pada tahun 1908, Muchtar dimasukkan
ke sekolah nagari tiga tahun di Balingka, sebelum diserahkan kepada
Syekh Abdul Karim Amrullah untuk memperdalam ilmu agama. Pada tahun
1911, Abdul Karim Amrullah pindah ke Padang Panjang untuk mengajar di
surau Jembatan Besi, dan iapun dibawanya serta. Di surau Jembatan Besi,
iamengembangkan bakatnya dalam berpidato dan berdebat dalam masalah
agama. Kemampuannya itu telah menimbulkan kepercayaan Zainuddin Labay el
Yunusi, pendiri dan pemimpin Diniyah School Padang Panjang, untuk
mengangkatnya sebagai pemimpin Diniyah School cabang Sibolga.[1]
Sekembalinyadari Sibolga,Muchtar dianggkat menjadi guru di Sekolah
Rajadan OSVIA.<br /> <br /> Ketika menjadi guru, ia mengarang buku yang
menentang pemerintahan kolonial Hindia-Belanda. Oleh karenanyaia dicari
pemerintah kolonial karenatelah mengganggu ketertiban umum. Berkat
bantuan gurunya, Abdul Karim Amrullah, Muchtar Lutfi berhasil melarikan
diri ke Malaysia, dan dilanjutkan ke Mekkah dan Kairo. Di Kairo pada
tahun 1922, ia bersama mahasiswa asal Kepulauan Nusantara lainnya
membentuk Al-Jamiah al-Khairiyah al-Jawah.[2] Organisasi ini bertujuan
untuk menyamakan visi mahasiswa tentang realitas yang terjadi di
Nusantara. Pada tahun 1926,bersamaIlyas Ya'kub iamembentuk Perhimpunan
Penjaga. Mereka juga menerbitkan majalah Seruan Al-Azhar dan Pilihan
Timur, yang keduanya berorientasi politik.<br /> <br /> Tahun 1931, Muchtar
kembali ke Sumatera Barat dan bergabung dengan Persatuan Muslimin
Indonesia (Permi). Di partai tersebut, ia diangkat sebagai Ketua Dewan
PropagandaPermi. Ia juga menaruh minat terhadap pendidikan, dan
mendirikan sekolah wanita Normal School. Akibat aktifitas politiknya
yang radikal, padatahun 1932 pemerintah Belanda menangkapnya dan dua
tahun kemudian iadibuang ke Boven Digoel bersama Jalaluddin Thaib dan
Ilyas Ya'kub. [3] Ia baru dibebaskan setelah Jepang berhasil menduduki
Indonesia pada tahun 1942. Oleh Belanda iadibebaskan ke Makassar dan
diangkat sebagai anggota Konstituante NegaraIndonesia Timur. Setelah itu
ia berbalik arah dan mendukung Republik Indonesia. Tidak lama kemudian
Muchtar diangkat sebagai ketuaPartai Masyumi cabang Sulawesi.<br /> <br />
Pada tahun 1950, pasukan APRIS pimpinan Andi Azis melakukan
pemberontakan di Makassar. Mereka bersama pasukan KNIL mengadakan
raziake rumah tokoh-tokoh yang anti-federal. Salah satunya ke rumah
Muchtar Lutfi, dimana ialangsung ditembak hingga tewas. Atas
jasa-jasanya, masyarakat Makassar mengabadikan namaMuchtar Lutfi pada
salah satu jalan di kotaMakassar, sekitar Pantai Losari (Sumber :
Wikipedia)</span></span><br />
<br />
Sumber : <span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}"><span class="text_exposed_show">(Sumber :
Wikipedia)</span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16754424138069059620noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9065781408641631635.post-46636574908321073152012-09-18T14:05:00.000+07:002012-09-18T14:05:37.061+07:00Pariwisata di Solok Selatan <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<div class="separator" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" height="240" src="http://1.bp.blogspot.com/-rf7tPT5iZks/T66h_Uvk_wI/AAAAAAAAAMs/okyuCOpsfKk/s320/Gunung+kerinci.jpg" width="320" /></div><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" height="240" src="http://3.bp.blogspot.com/-1UMwbUPp_BY/T66g45HZYBI/AAAAAAAAAMk/a5iAQeeCzco/s320/DSC00417.jpg" width="320" /></div><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-R3TE1aXcNAA/T66jgOoLB1I/AAAAAAAAANE/bHIq64ZdDCA/s1600/300px-Lokasi_Sumatera_Barat_Kabupaten_Solok_Selatan.svg.png" /></div><br />
<br />
<div class="post-header"> </div><div align="center" class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 36.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-background-themecolor: background1; text-align: center;"></div><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: large;"><span style="line-height: 48px;">1 LOVE SOLOK SELATAN</span></span> <div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: large;"><span style="line-height: 48px;"></span></span><span style="background-color: white; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 36pt; text-align: center;">Solok Selatan wilayah kabupaten merupakan bagian d</span><span style="background-color: white; font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: 36pt; text-align: center;">ari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) bisa menjadi wisata alam </span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><br />
Fauna2 seperti harimau sumatera, siamang,<br />
* Banyak jenis burung dan hewan lainnya.<br />
* Flora, seperti:. bunga Raflesia, Angrek<br />
* Wisata alam seperti air terjun,<br />
* Sei. . Talang, Bukit dan Danau Buntak<br />
* Wisata budaya: Tempat bersejarah,<br />
* Tradisional Desa Minangkabau dan lain-lain </span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><b><br />
</b></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><b>Kerinci Gunung</b> </span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="background-color: white; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; text-align: justify;">Gunung yang mempunyai ketinggian mencapai + 3.805 m dari atas permukaan laut ini menjulang sendiri diantara perbukitan disekitarnya. Gunung yang begitu mempesona banyak memberi inspirasi bagi kita untuk melakukan pertualangan untuk mengetahui lebih jauh kekayaan aneka flora dan faunanya. Gunung Kerinci ini merupakan gunung tertinggi di Indonesia. Lokasi : Terletak diperbatasan Kab. Solok Selatan dan Kab. Kerinci.</span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><b style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 16px;"><br />
</b></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><b style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 16px;">Air Terjun TIMBULUN (Timbulun Air Terjun)</b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 16px;"> Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 15 m, yang merupakan aliran sungai Batang Liki. Air terjun Lokasi sangat strategis, karena terletak di sisi kanan jalan Labuh-Muara Raya Padang Aro.Lokasi: Terletak di Nagari Lubuk Gadang + 2 km dari Ibu Kota Kabupaten (Padang Aro) dan + 161 km dari ibu kota Provinsi (Padang). </span><span style="background-color: white; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="background-color: white; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><br />
</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" height="320" src="http://3.bp.blogspot.com/-KBE21HLoa5E/T66esxq2ESI/AAAAAAAAAMU/TTwhPWL1AWQ/s320/Aia+Tajun+Timbulun+500m+dr+kantor+Bupati+Solok+Selatan.jpg" width="240" /></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;"><b><br />
</b></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><b> </b><i>Aia Tajun Timbulun</i></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;"><b><br />
</b></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;"><b><br />
</b></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><b>Air Terjun TIMBULUN Koto BIRAH (timbulun air terjun koto birah)</b> Air terjun dengan ketinggian 20 m terletak di Koto Baru, Sungai Pagu Kabupaten. Air terjun ini terdiri dari 7 tingkat. Keindahan pemandangan yang diciptakan oleh air terjun merupakan pangsa air terus menimbulkan gemuruh dan pendinginan semburuh embun. Selain itu, dengan kondisi masih alami dan pembangunan diperlukan.Lokasi: Terletak di Jorong Koto Birah Nagari Koto Baru Sungai Pagu Kabupaten. Tentang + 2,5 km dari jalan Pekan Selasa Muara Labuh, dan + 30 km dari Padang Aro. </span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><b><br />
</b></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><b>Air Terjun talang SEPINTIR (Talang Sepintir Waterfall)</b> Air terjun dengan ketinggian 20 m, ada perkebunan kelapa sawit di daerah berbatasan dengan perkebunan karet yang dimiliki oleh rakyat. Sekitar 100 m dari air terjun ini ada tanah kosong dengan karpet area sekitar 2 hektar +. Daerah ini menyediakan tempat untuk berkemah. Dari lokasi ini kita dapat melihat bentuk deretan daerah memgelilingi bukit perkebunan tanaman kelapa sawit yang membuat alam yang indah di sana. Lokasi: Terletak di Nagari Sungai Kunyit, Kecamatan Sangir Jujuan, + 27 km dari Ibukota Kabupaten (Padang Aro) dan + 190 km dari ibukota Provinsi (Padang). Dapat ditemukan dengan kendaraan roda 2 (dua) roda atau 4 (empat). </span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><b><br />
</b></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><b>Rafting BATANG Liki</b> Kegiatan di tempat wisata mulai dari kondisi aliran Batang Liki dengan cukup cepat dan ada batuan dinding kiri dan kanan di sungai, kemudian melompat ke tempat-tempat wisata Sangir.Arus hujan aliran Batang Batang Sangir dikenal sebagai cukup menantang untuk Olahraga atraksi utama wisata. Hal ini karena tingkat kesulitan cukup tinggi bahwa lima gradien. Wisata perjalanan wisata utama berakhir di Sungai Batang Hari. Lokasi: Ada di Nagari Lubuk Gadang, yang terletak di Batang Liki Jorong Liki (+ 3 km dari Padang Aro, + 160 km dari Padang), yang terletak di Batang Sangir Jorong Sampu (+ 2 km dari Padang Aro, + 165 km dari Padang). Sungai ini mengalir ke Sungai Hari di batang Ulung Nagari reservoir penutup (79 + km dari Aro, + 242 km dari Padang). </span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><b><br />
</b></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><b>AIR Terjun Tangsi 4 Kerinci (Tangsi 4 Waterfall)</b> Dua (2) tingkat air terjun yang memiliki ketinggian sekitar 20 m ini adalah Allah yang tak ternilai. Sebelum kita pergi ke lokasi air terjun pertama kita akan melihat kebun teh paving turn.to pergi ke lokasi kita tidak akan terlalu sulit karena jalan untuk terjun telah terbuka. Lokasi: Terletak di Sungai Lambai, Nagari Lubuk Gadang, Kecamatan Sangir, tepatnya di kawasan kebun teh Mitra Kerinci, sekitar 8 km dari ibukota Kabupaten Solok Selatan, Padang Aro. </span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><b><br />
</b></span></div><h1 style="background-color: white; color: #cc0000; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 20px; line-height: 22px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"></h1><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><b>Air Terjun Ulu SULITI (SULITI Waterfall)</b> </span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Air Terjun Ulu Suliti memiliki tinggi 40 meter dan terletak di daerah perbatasan Solok Selatan dan Kabupaten Solok. Ini adalah air terjun tertinggi di Kabupaten Solok Selatan. Untuk mencapai lokasi air terjun ini Anda harus berjalan-jalan sekitar 5 km dari daerah perbatasan Solok Selatan dan Kabupaten Solok. Lokasi: Air terjun Ulu Suliti terletak di kawasan Ulu Suliti pakan rabaa Desa Koto Parik Gadang Diateh Kecamatan, sekitar 55 km dari Padang Aro.</span></div><br />
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><b><br />
</b></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><b>AIR MALANCA</b> Air ini hilir di atas karang cekung, sehingga kita dapat berselancar di arus. Untuk mencapai ke lokasi ini kita dapat menggunakan kendaraan roda Empat dan Dua roda. Lokasi: Terletak di Sungai Lambai Nagari Lubuk Gadang, Kecamatan Sagir. Sekitar 8 km dari ibukota Kabupaten Padang Aro. </span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><b><br />
</b></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><b>Air Terjun BATANG Daun (Batang Daun Waterfall)</b> ini air terjun dengan ketinggian sekitar 15 Km. Lokasi: Terletak di Nagari Taratak Baru debit sungai Kunyit, Kecamatan Sangir Jujuan. </span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><b><br />
</b></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><b style="background-color: white; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Air Terjun Lambe (Lambe Air musim gugur)</b><span style="background-color: white; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"> air terjun ini terletak di belakang Bukit Lokasi: Terletak di Jorong Pinti Kayu Nagari Pekan Rabaa, Kecamatan Koto Parik Gadang di Ateh, jauh lebih dari 55 km dari kecamatan modal. Teh Mitra Kerinci Perkebunan itu jalan dimulai pada 1985, dengan 1500 + ha perkebunan, di bawah Gunung Kerinci. Status kepemilikan tanah dimiliki oleh Negara di bawah wewenang Depertemen Keuangan yang dikontrak oleh PT. Mitra Kerinci untuk jangka waktu 30 tahun.Jika kita memasuki daerah ini, Anda akan melihat hamparan tanaman teh berpengetahuan.Diantara beberapa peta / bedengan tanaman teh merupakan tanaman Andong betwwen oleh merah yang berfungsi sebagai kutipan batas batas jarak dan menambah keindahan Teh teh Taman, yang selalu selipkan Mounth Kerinci. di daerah ini juga terdapat air terjun Tansi Ampek dari dua tingkat, tingkat pertama dengan ketinggian 15 meter dan 10 meter tingkat kedua yaitu 5 meter dari air terjun pertama. Lokasi: Terletak di Jorong Sungai lambai Nagari Lubuak Gadang, Kecamatan Sangir , + 5 km dari ibukota kabupaten (Padang Aro) dan + 158 km dari ibukota Provinsi (Padang).</span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="background-color: white; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-weight: bold; line-height: 18px; text-align: left;">Air Terjun Pelangai Gadang</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" height="240" src="http://1.bp.blogspot.com/-lAzY0Fc6xLA/T66jJY6cTrI/AAAAAAAAAM8/bPVOI2unl4Y/s320/Air+terjun+pelangi.jpg" width="320" /></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Selama ini penikmat wisata atau petualang hanya mengenal kabupaten Solok Selatan dengan agrowisata kebun teh milik PT Mitra Kerinci. Kebun teh seluas 1.500 hektare, menyajikan pemandangan hijau, akibat hamparan tanaman teh yang luas. Selain tanaman teh, diantara bedengan tanaman teh diselingi tanaman Andong dengan warna merah tua sebagai batas jarak petik teh, menambah keindahan kebun teh yang menyelimuti kaki Gunung Kerinci.</span><br />
<br />
Dalam kawasan ini, terdapat air terjun Tangsi Ampek yang terdiri dari dua tingkat. Tingkat pertama memiliki ketinggian 15 meter dan tingkat kedua dengan tinggi 10 meter yang berjarak 5 meter dari air terjun tingkat pertama. Untuk menjangkau tempat ini, bisa dijangkau dengan kendaraan roda empat atau roda dua. Lokasi terletak di Jorong Sungai Lambai, Nagari Lubuak Gadang, Kecamatan Sangir. Dari ibukota kabupaten, Padang Aro jaraknya tak lebih dari 5 km. Dari Padang, jaraknya lebih kurang 158 kilometer.<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"></span></div><br />
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; margin-bottom: 5.4pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><b>Masjid 60-Aso</b></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" height="320" src="http://4.bp.blogspot.com/--OXLLZHjPLI/T66gjyMRBhI/AAAAAAAAAMc/b9iio53jKqQ/s320/antara_masjid+aso.jpg" width="292" /></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; margin-bottom: 5.4pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; margin-bottom: 5.4pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Masjid ini terletak di Nagari<br />
Talang, Pasir Pagu, Sungai<br />
Kabupaten sekitar 40 km dari<br />
ibu kota Solok Selatan,<br />
Padang Aro</span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">60-Aso masjid merupakan masjid tertua di Sungai Pagu Subdiatrict.</span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Kata 60 Aso berasal bahasa Dari Tiang Mesjid Yang berjumlah 60 buah. Nama 60 - Aso berasal dari tiang masjid yang terdiri dari 60 tiang. Setelah pembangunan masjid selesai, tiang masjid ini hanya 59 tiang.Akhirnya kutub ditambah satu kutub, dalam rangka itu selesai menjadi 60 tiang, tapi setelah dihitung kembali, tiang tersebut kembali hanya berjumlah 59. Jadi masjid ini dinamai 60 - Aso.</span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"></div><div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 39.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-background-themecolor: background1; mso-outline-level: 1; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Kuno fosil</span></b></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; margin-bottom: 5.4pt; text-align: justify;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Fosil binatang purba adalah satu-satunya yang ditemukan di Solok Selatan Kabupaten.</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"> <span style="background: white; mso-shading-themecolor: background1;">Fosil ini ditemukan pada tahun 2001 di desa BALUN pada daerah sawah dari seorang pria bernama Jamaris. Awalnya, tulang-tulang yang ditemukan hanya satu nugget dan Jamaris pikir jika hal</span><span style="background: white;"> hanya kayu, sehingga ia berpikir untuk menggunakannya untuk menopang pintu.Setelah diperhatikan lebih seksama, tampak bahwa ada singularitas yang adalah jumlah rongga pada benda yang menyerupai tulang makhluk hidup.Akhirnya, penggalian lebih lanjut dilakukan agar karya lain akhirnya ditemukan.</span> <span style="background: white;">Untuk mencapai lokasi ini, Anda dapat menggunakan dua roda atau empat roda, sekitar 45 km dari ibukota Kabupaten Solok Selatan, Padang Aro.</span><br />
<span style="background: white;">Lokasi di mana fosil anciernt ditemukan terletak di Desa Balun, pakan Rabaa, Koto Gadang Parik di Ateh.</span> <span style="background: white;">Kecamatan.</span></span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; margin-bottom: 5.4pt; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><span style="background: white;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; margin-bottom: 5.4pt; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><b>Taman Nasional Kerinci Seblat</b></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><br />
</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" height="240" src="http://2.bp.blogspot.com/-iUryLBUgJEI/T66imBaV-xI/AAAAAAAAAM0/HIstc_bES6g/s320/Tmana+Kerinci+seblat.jpg" width="320" /></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Adalah Taman Nasional yang terletak pada 4 Provinsi yaitu, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu. Di dalamnya kita bisa menyaksikan keaneka ragaman Flora dan Fauna yang dilindungi oleh Dunia. Binatang-binatang liar seperti Harimau, Beruang, ular dan lainnaya hidup bebas disini. Selain itu anda akan menjumpai Tumbuhan Langka seperti Bunga Raflesia Arnoldi dan sejenis bunga Anggrek liar.(http://bisnisukm.com/potensi-pariwisata-kabupaten-solok-selatan-sumatera-barat.html)</span><br />
<br />
Kawasan TNKS merupakan hutan belantara tropis yang asli, mempunyai luas areal 1.368.000 ha. Terbentang di empat wilayah provinsi yaitu Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Jambi. Empat puluh lima persen (45%) dari kawasan TNKS atau 422.190 ha. berada di wilayah provinsi Jambi membentang dari wilayah kabupaten Bungo, Tebo, Sarolangun, Merangin dan Kerinci. Sedangkan pusat daya tarik kawasan TNKS terletak di kabupaten Kerinci dengan jarak ±491 km dari kota Jambi. Luas TNKS di Kabupaten Kerinci mencapai 215.000 ha. yang merupakan enclave terbesar didunia dan juga sebagai kawasan konservasi/hidrologi serta memiliki potensi alam berupa beraneka ragam hayati daerah tropis dan budaya yang sangat menarik.<br />
<br />
Jenis fauna yang terdapat dikawasan TNKS terdiri dari berbagai jenis mamalia, burung, reptil, amphibi dan primata serta beberapa satwa langka yang dilindung. Tak kalah menarik dari itu semua adalah terdapat berbagai jenis flora yang mencapai sekitar 4000 spesies, yang spesifik diantaranya adalah Pinus Mercusii Strain kerinci, Kayu Pacet (Harpullia Arborea) yang memiliki warna yang sangat menarik. Bunga raflesia (Raflesia Arnoldi), Bunga Bangkai (Amorphophalus Titanum) yang merupakan bunga tertinggi di dunia.<br />
<br />
Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli ini dikelola dengan sistem zonasi dan dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang kebudayaan, rekreasi dan pariwisata. Sedangkan fungsinya sebagai penyangga sistim kehidupan, pengawasan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.<br />
<br />
Dikawasan ini terdapat gunung vulkano aktif tertinggi di pulau Sumatera yaitu Gunung Kerinci (3.805m dpl). Kawasan TNKS banyak memiliki objek wisata yang mengagumkan seperti danau dan air terjun. (http://wisata-jambi.com/id/index.php?option=com_content&task=view&id=96&Itemid=215)<br />
<br />
<b>Air Terjun Timbulun Koto Birah</b></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial;"><span class="apple-converted-space"><br />
</span></div><span class="apple-converted-space">Air terjun dengan ketinggian 20 m ini terletak di Koto Baru , Kecamatan Sungai Pagu. Air terjun ini terdiri dari 7 tingkat. Keindahan pemandangan yang di ciptakan oleh air terjun ini adalah curahkan air yang terus menerus menimbulkan gemuruh dan semburuh embun yang membuat sejuk. Apalagi ditunjang dengan kondisinya yang masih alami dan masih perlu pengembangan. Lokasi : Terletak di Jorong Koto Birah Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu. Sekitar + 2.5 km dari jalan Raya Pekan Selasa Muara Labuh, dan + 30 km dari Padang Aro</span><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span class="apple-converted-space">.(http://bisnisukm.com/potensi-pariwisata-kabupaten-solok-selatan-sumatera-barat.html</span></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16754424138069059620noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9065781408641631635.post-8536925829447767322012-09-18T13:50:00.000+07:002012-09-18T13:50:04.882+07:00Tari Balota<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <img align="left" height="230" src="http://rri.co.id/Upload/Berita/Tari_Balota.jpg" width="400" /> <br />
KBRN, Arosuka, Sumbar : Pemerintah Kabupaten Solok, Sumatra Barat mendorong masyarakat di daerah itu agar melestarikan kesenian tradisional berupa Tari Balota.<br />
"Tarian ini berasal dari Kecamatan IX Koto Sungai Lasi, Kabupaten Solok, yang mulai langka sehingga perlu upaya semua pihak untuk melestarikannya," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) setempat Jasman Rizal di Arosuka, Sabtu (8/9).<br />
Menurut dia, tidak hanya itu, dari hasil pengamatan ternyata kesenian Balota tersebut satu-satunya di dunia, karena hanya dimiliki Kabupaten Solok.<br />
"Ini merupakan suatu kebanggaan bagi Kabupaten Solok karena telah memiliki kesenian yang tidak dimiliki daerah bahkan negara lain," ujarnya.<br />
Ia menjelaskan, teknik dalam tarian tersebut memakai cambuk yang terbuat dari pelepah batang pisang, kemudian dipukulkan sehingga menimbulkan seperti suara ledakan.<br />
"Makna yang terkandung dalam tarian itu adalah salah satu bentuk hukuman bagi masyarakat yang melanggar aturan adat," katanya.<br />
Lebih jauh dia mengatakan, pada hakikatnya tarian tersebut memiliki pesan moral yang baik untuk masyarakat, dimana dalam kesenian tersebut digambarkan tentang hukuman kepada seseorang yang telah melanggar hukum adat.<br />
"Di mana di Sumatra Barat ada aturan adat yang harus dipatuhi masyarakat, bagi yang melanggarnya akan ada hukuman secara adat," katanya.<br />
Ditambahkan Jasman, jika kesenian ini bisa dilestarikan diyakini akan bisa menjadi menjadi salah satu ikon pariwisata Kabupaten Solok.<br />
"Jika semua pemangku kepentingan berniat untuk menyemarakkan tari Balota tersebut, saya yakin bisa menjadi ikon budaya sehingga menggenjot kunjungan wisatawan," katanya.<br />
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Solok Patris Chan juga mengatakan hal yang sama. Menurut dia, potensi budaya seperti tari Balota tersebut penting untuk dipertahankan.<br />
"Di samping memiliki nilai budaya, kesenian ini juga akan bisa menjadi ikon budaya daerah, untuk itu kita berharap semua pemangku kepentingan mendorong generasi muda untuk melestarikannya," katanya. (Heri.F/Ant)<br />
(<i>Editor</i> : Heri Firmansyah)Sumber : http://rri.co.id</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16754424138069059620noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-9065781408641631635.post-67391486541671155242012-09-18T13:48:00.000+07:002012-09-18T13:48:24.197+07:00Anak Daro dan Ibu-Bapanya dari Solok<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="b71aa258c320d7fa9f8b9cc33c0c1c38_minang-saisuak-anak-daro-dan-ibu-bapanya-dari-solok" class="aligncenter size-full wp-image-975" height="336" src="http://niadilova.blogdetik.com/files/2012/08/b71aa258c320d7fa9f8b9cc33c0c1c38_minang-saisuak-anak-daro-dan-ibu-bapanya-dari-solok.jpg" width="432" /></div><br />
<span id="more-974"></span><br />
<div class="MsoNormal"><span lang="EN">Duduk bersanding di pelaminan tentu jadi idaman banyak gadis. Itulah hari-hari yang dinanti-nanti dalam hidup seorang wanita. Kemeriahan pesta perkawinan di Minangkabau dengan elok digambarkan oleh sebuah lagu Minang standar yang berjudul ‘<em>Malam Bainai</em>’.<em> </em>‘<em>Malam-malam baeko yo Mamak / Malam-malam bainai, yo Sayang / Anak daro, yo Mamak / Jo marapulai</em>’, demikian penggalan lirik lagu tersebut yang dipopulerkan oleh ‘Cik Uniang’ Elly Kasim.</span></div><div class="MsoNormal"><span lang="EN"> </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="EN">Pesta perkawinan adalah momen yang paling primordial dalam kehidupan bangsa Indonesia. Artinya, hampir setiap orang, dari taraf sosial ekonomi apa saja, kalau sudah urusan menikah dan menyelenggarakan pesta perkawinan, langsung tampak latar belakang etnisnya, karena mereka cenderung merayakannya dengan cara adat etnis masing-masing, baik yang tinggal di kota (wilayah urban) apalagi yang tinggal di pedesaan (wilayah rural).</span></div><div class="MsoNormal"><span lang="EN"> </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="EN">Rubrik ‘Minang Saisuak’ kali ini menurunkan sebuah foto (9×12 cm.) yang menggambarkan seorang pengantin wanita (<em>anak</em> <em>daro</em>) yang sedang diapit oleh bapak dan <em>mandeh</em>-nya. Mungkin ini momen saat si <em>anak</em> <em>daro</em> akan berangkat <em>manjalang</em> ke rumah <em>marapulai</em> (pengantin pria) yang tentu saja akan diiringi oleh <em>ipa</em>-<em>bisa</em>, <em>andan</em>-<em>pasumandan</em> dan <em>urang</em> <em>nagari</em>. Dari model sunting di kepalanya dapat diduga pengantin wanita ini berasal dari <em>darek</em>. </span><span lang="NL">Lihat juga <em>galang</em> <em>gadang</em> dan segala perhiasan emas dan perak yang menggantung di dada pengantin ini. Ibunya memakai pakaian standar wanita Minang zaman <em>saisuak</em>. Dan penampilan ayahnya, yang memegang tongkat datuak dan keris tersisip di pinggang, menunjukan bahwa dia juga cukup disegani dalam <em>nagari</em>. Di latar belakang kelihatan bagian dinding rumah gadang mereka yang berukir <em>bamego</em>-<em>mego</em>. Tidak tiketahui kapan persisnya foto ini dibuat dan oleh siapa. </span>Tapi sangat mungkin foto ini berasal dari paroh pertama abad ke-20.</div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">Perhelatan tradisional di Minangkabau masih tetap dilestarikan, dengan segala variasi antar satu dan lain <em>nagari</em>, walau beberapa bagian dari prosesi perkawinan itu juga telah berubah karena zaman yang beredar dan musim yang terus berganti.</div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal"><em>Suryadi</em> – Leiden, Belanda. (Sumber foto: Tropenmuseum, Amsterdam). | Singgalang, 29 Juli 2012</div>Sumber : http://niadilova.blogdetik.com/</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16754424138069059620noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9065781408641631635.post-34145062893569905682012-09-18T13:41:00.001+07:002012-09-18T13:43:39.532+07:00Mesjid Tuo Kayu Jao<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="isi-berita"><img align="left" alt="masjid" src="http://padang-today.com/up/wisata/20072011230600msjd.jpg" style="border-bottom: 6px solid #dadada; border: 1px solid #dadada; margin-right: 14px; margin-top: 4px; padding: 5px;" width="400" /></div><a href="http://baralekdi.blogspot.com/2012/09/mesjid-tuo-kayu-jao.html" target="_blank"><b>Mesjid Tuo Kayu Jao Kabupaten Solok Saksi Islam Sejak Abad XVI</b></a><br />
<br />
Banyak perkiraan hingga spekulasi tentang kapan mulai masuk dan berkembangnya Islam di Kota dan Kabupaten Solok. Banyak peninggalan religi yang masih terawat di kedua daerah tersebut. Salah satunya adalah <a href="http://baralekdi.blogspot.com/2012/09/mesjid-tuo-kayu-jao.html" target="_blank">Masjid Tuo Kayu Jao </a>sebagai bukti bahwa religiusitas masyarakat Solok sudah ada sejak lama.<br />
<br />
Laporan Rijal Islamy, Solok<br />
<br />
Islam di Kabupaten Solok ternyata telah berkembang sejak abad ke-16. Hal itu dibuktikan dengan telah berdirinya Masjid Tuo yang berada di Jorong Kayu Jao Nagari Batang Barus Kecamatan Gunung Talang. Masjid beratap ijuk yang didirikan oleh beberapa ulama daerah tersebut tetap dijaga keasliannya hingga kini. Di sebelah masjid terdapat sebuah tabuh (bedug) yang diyakini seumur dengan masjid tersebut. <br />
<br />
Di samping keasliannya yang tetap terjaga hingga kini, arsitekturnya sangat identik dengan Masjid Demak di Banten yang atapnya juga bersusun tiga. Namun dari beberapa segi, <a href="http://baralekdi.blogspot.com/2012/09/mesjid-tuo-kayu-jao.html" target="_blank">Masjid Tuo Kayu Jao</a> memiliki beberapa keunggulan. Terutama dari segi filosofis dan isyarat-isyarat pada bangunan tersebut. <br />
<br />
Atapnya yang terbuat dari ijuk melambangkan desain rumah adat Minangkabau yaitu Rumah Gadang. Di bagian mihrab (mimbar dan tempat imam, red) juga diberi gonjong seperti Rumah Gadang. Jumlah tiangnya sebanyak 27 buah yang melambangkan enam suku yang masing-masing terdiri dari ampek jinih (empat unsur pemerintahan adat, red) sehingga jumlahnya 24 bagian. Ditambah tiga unsur dari agama yaitu khatib, imam dan bilal, sehingga jumlahnya menjadi 27. Aroma kuatnya agama Islam di daerah tersebut juga tergambar dari jumlah jendelanya yang 13 buah. Ini untuk mengisyaratkan rukun Shalat yang 13 macam. <br />
<br />
Menurut seorang tokoh masyarakat setempat Alius Sutan Pamuncak, di awal pembangunan masjid tersebut hingga beberapa tahun lalu, pola bangunan yang tidak memakai paku masih dipertahankan. <br />
<br />
"Beberapa tahun lalu kita masih bisa melihat bangunan tersebut tetap kokoh meski tidak satu bagian pun yang dipaku. Tapi hanya menggunakan pasak di setiap sambungannya," ungkapnya.<br />
<br />
Alius juga mengungkapkan sebagai sebuah kebanggaan dan situs cagar budaya, mesjid tersebut dijadikan sebuah bukti bahwa di Nagari Batang Barus dan Kabupaten Solok secara umum, Islam telah berkembang sejak 400 tahun lalu. Hal ini menurutnya menjadi cerminan masyarakat yang memegang teguh agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.<br />
<br />
"Ini merupakan satu penanda bahwa penduduk daerah ini telah menerapkan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Hal ini juga didukung dengan banyaknya isyarat-isyarat pada bangunan masjid yang menggambarkan paduan serasi antara adat dan agama. Ini adalah sebuah kebanggaan bagi negeri kami," ujarnya.<br />
<br />
Lebih lanjut Alius mengungkapkan bahwa dalam perkembangannya sebagai tempat pariwisata yang ramai dikunjungi, wisata religi yang ditawarkan masjid tersebut sangat memukau pengunjung. Tidak hanya dari arsitektur uniknya, tapi juga dari kondisi alam yang memiliki topografi menawan.<br />
<br />
"Masjid ini berada di lokasi yang berhawa sejuk dan dikelilingi oleh perkebunan teh. Di samping itu, kontur wilayahnya sangat memukau. Terdiri dari lurah dan bukit yang saling bertaut dan berkombinasi sempurna," lanjutnya. (rzy)<br />
<br />
<div class="namared">[ Red/ ]</div><a class="tombolindeks" href="http://padang-today.com/index.php?mod=wisata"><img align="absmiddle" alt="" border="0" height="8" src="http://padang-today.com/img/sot.gif" style="padding-bottom: 2px;" width="8" /></a>Sumber : http://padang-today.com</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16754424138069059620noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9065781408641631635.post-27207573226521656332012-09-18T13:39:00.000+07:002012-09-18T13:39:34.291+07:00Sejarah nagari Cupak<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://mw2.google.com/mw-panoramio/photos/small/47681277.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://mw2.google.com/mw-panoramio/photos/small/47681277.jpg" width="320" /></a></div>Suku yang pertama menempati Cupak adalah suku melayu dan suku sikumbang<br />
yang datang dari Luhak Tanah Datar. Awalnya mereka bermukim di Sawah<br />
XIV, di selatan nagari Koto Baru sekarang. Dari Sawah XIV mereka terus<br />
menyebar ke Sawah Laweh dan Air Angek Gadang. Terus berlanjut hingga<br />
Tanjung Limau Purut. Disinilah akhirnya mereka mendirikan kerajaan<br />
Tanjung Limau Purut.<br />
Raja mereka bergelar Tuanku Rajo Disambah, kalau tidak salah gelar ini<br />
sama dengan gelar raja di Sungai Pagu.<br />
<br />
<br />
Kerajaan ini sezaman dengan kerajaan Pariangan, di Padang Panjang. Yang<br />
diangkat sebagai raja adalah dari suku Melayu. Mungkin karena mereka<br />
mayoritas diantara suku-suku yang ada.<br />
Seorang raja didampingi oleh pembesar yang jumlahnya empat orang yang<br />
disebut sebagai Gadang nan Barampek (pembesar yang berempat) yaitu :<br />
<br />
<br />
1. Rajo Tuo (melayu)<br />
2. Rajo Bandaro<br />
3. Rajo bagindo (melayu)<br />
4. Rajo Padang (sikumbang).<br />
<br />
Di kemudian hari melayu ini diidentifikasi sebagai melayu mudik dan<br />
sikumbang dengan sikumbang gadang.<br />
<br />
Kemudian menyusul datang suku-suku Jambak, dan melayu tangah. Juga<br />
Piliang, melayu sigalabuak, parak laweh dan caniago.<br />
<br />
Pada masa terjadinya perpindahan pusat kekuasaan di Luhak Tanah Datar<br />
dari Pariangan ke Bungo Satangkai, maka di Tanjung Limau Purut juga<br />
terjadi pertukaran kekuasaan dari Tuanku Rajo Disambah ke Datuk Yang<br />
Dipatuan disebabkan oleh tidak adanya calon raja dari fihak keluarga<br />
Tuanku Rajo disambah.<br />
<br />
Maka terjadi perubahan pula pada struktur pemerintaha yaitu dari empat<br />
pembesar menjadi dua bendahara plus tiga pembesar yang dikenal dengan<br />
Bandaro nan duo gadang nan batigo.<br />
<br />
Mereka terdiri dari :<br />
1. Dt. Bandaro Sati (Caniago)<br />
2. Dt. Bandaro Kutianyia (Jambak korong Kutianyia)<br />
3. Dt. Mudo (Piliang)<br />
4. Dt. Basa (Sikumbang)<br />
5. Dt. Kayo (Jambak, bukan penghulu)<br />
<br />
Tampak disini bahwa kerajaan tidak lagi hanya didominasi oleh suku<br />
Melayu melainkan sudah diiisi oleh semua unsur suku yang ada. Namun raja<br />
tetap dipegang oleh suku melayu.<br />
<br />
Ketika kerajaan Pagaruyung berdiri di Bukit Batu patah menggantikan<br />
Bungo Satangkai, maka juga mempengaruhi keadaan politik di Tanjung Limau<br />
Purut.<br />
<br />
Tanjung Limau Purut kembali diambil alih oleh dinasti Tuanku Rajo<br />
Disambah. Pusat pemerintahan juga dipindahkan ke Tumpuk Mudik. Disinilah<br />
sejarah nagari Cupak dimulai.<br />
<br />
Tanjuang Limau Purut melakukan pemekaran wilayah. Tanjung Limau Purut<br />
sendiri selanjutnya disebut sebagai Cupak saja, sesuai fungsinya sebagai<br />
Cupak Nan Usali atau Cupak Pusako.<br />
<br />
Sementara Air Nanam sebagai Gantang yang kemudian mendirikan Nagari<br />
Salayo bersama penduduk Padang Kunik. Penduduk Air Nanam bersama<br />
penduduk padang Sabaleh mendirikan Nagari Gantang Suri yang kemudian<br />
terkenal dengan nama Gantuang Ciri.<br />
<br />
Didalam lembaga adat Tanjung Limau Purut (Cupak) berfungsi sebagai Cupak<br />
Galeh (takaran perdagangan), sementara Air Nanam berfungsi sebagai Cupak<br />
gantang (ekonomi).<br />
<br />
Pada waktu Pagaruyung diperintah oleh DYD (Yang Dipertuan) Tuanku<br />
Maharajo Sati, Cupak Pusako berganti nama menjadi Cupak Usali. Dan sudah<br />
terdapat 13 suku di nagari Cupak.<br />
<br />
Pada masa Raja Tuanku Maharajo Satu yang kedua yaitu Dewang Sari Deowano<br />
mengirim Puti Pinang Masak untuk meneruskan keturunan keluarga Tuanku<br />
Rajo Disambah.<br />
<br />
Puti Pinang Masak adalah putri dari Puti Tabur Urai yang kedua yang<br />
sudah dikirim Pagaruyung sebelum ke wilayah Kinari. Suami Puti Tabur<br />
Urai adalah Sang Hyang Indo Rajodeo, yang tak lain adalah adik dari Yang<br />
Dipertuan Besar Tanah Sang Hyang (Sangiang/Sangir), Sang Hyang Rani<br />
Indopuro, permaisuri Raja Pagaruyung Yang Dipertuan Rajo Bagindo (Dewang<br />
Ramowano), pendahulu Tuanku Marajo Sati yang kedua.<br />
<br />
Pemerintahan Tuanku Rajo Usali:<br />
Sebenarnya gelar Tuanku Rajo Usali ini adalah gelar bagi Raja Cupak yang<br />
dianugerahkan oleh Raja Pagaruyung tapi Raja yang memerintah Cupak waktu<br />
belum mau memakai gelar tsb melainkan masih memakai gelar Tuanku Rajo<br />
Disambah. Kemudian salah seorang anak dari Puti Pinang Masak yang<br />
menikah dengan putri Raja Cupak baru memakai gelar Tuanku Rajo Usali<br />
yang pertama kali walaupun Tuanku Rajo Disambah waktu itu masih hidup.<br />
Istri raja Tuanku Rajo usali waktu itu adalah suku Sikumbang. Dan tempat<br />
kediamannya dinamai sesuai daerah asal di pagaruyung yaitu Gudam.<br />
Kemudian hari diketahui ada tujuh orang raja penyandang gelar Tuanku Rajo Usali.<br />
<br />
b. Raja-raja dari pagaruyung<br />
<br />
Bab III. Masyarakat Nagari Cupak setelah kemerdekaan<br />
a. Keadaan alam dan geografis<br />
b. Keadaan masyarakat cupak (1945 - 1949)<br />
c. Agama dan adat istiadat<br />
<br />
Bab IV. Nagri cupak dalam revolusi<br />
a. nagari cupak dimasuki Belanda<br />
b. peranan tokoh dan pendukung perjuangan<br />
c. aksi rakyat menyerang pasukan Belanda<br />
d. peristiwa 4 Januari 1949 dan cupak lautan api<br />
<br />
Bab V. Nagari Cupak setelah revolusi<br />
a. Peranan Buya Hamka di nagari Cupak<br />
b. Masjid Raya monumen perjuangan nagari cupak<br />
<br />
<br />
sumber:<br />
http://groups.google.com/group/RantauNet/~</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16754424138069059620noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9065781408641631635.post-42602997476821224692012-09-15T21:17:00.002+07:002012-09-15T21:21:27.347+07:00Alam Minangkabau<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-VeZPzVJTbD0/UFSN5zK_AgI/AAAAAAAABWQ/GhGSaPdckkY/s1600/t.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="316" src="http://4.bp.blogspot.com/-VeZPzVJTbD0/UFSN5zK_AgI/AAAAAAAABWQ/GhGSaPdckkY/s400/t.jpg" width="400" /></a></div><i>A.B. Dt. Majo Indo</i><br />
<i>Disadur dari buku "Kato Pusako"</i><br />
Elok ranahnyo Minangkabau<br />
Rupo karambia tinggi tinggi<br />
Cando rumpuik gantie gantielan<br />
Rupo pinangnyo linggayuran<br />
Bukik baririk kiri kanan<br />
Gunuang Marapi jo Singgalang<br />
Tandikek jo gunuang Sago<br />
Pasaman jo gunuang Talang<br />
Aianyo janiah ikannyo jinak<br />
<br />
Laweh alamnyo bakeh tagak<br />
Sawah batumpuak di nan data<br />
Ladang babidang di nan lereang<br />
Sawah bajanjang banda buatan<br />
Sawah ladang labuah nan pasa<br />
Taranak kambang padi manjadi<br />
Buah jaguang maampai suto<br />
Padi masak jaguang maupiah<br />
Lah masak padi disawah<br />
Padi diladang manguniang pulo<br />
Ladang tabu amnyintak rueh<br />
Pisang badukuang ditandannyo<br />
Antimun mangarang bungo<br />
Batang labu marangtang tali<br />
Buah taruang ayun ayunan<br />
Buah lado manbintang timue<br />
Buah kacang taji tajian<br />
Anak rancak minantu malin<br />
<br />
Sajak durian ditakuak rajo<br />
Sialang balantak basi<br />
Buayo nan putiah daguak<br />
Sirangkak nan badangkang<br />
Sampai taratak aia hitam<br />
Sampai riak nan badabua<br />
Sampai kabateh indrapuro<br />
Sampai ka siak indragiri<br />
Hinggo sipisak pisau hanyuik<br />
Sampai sikilang aia bangih.<br />
<br />
Dima asa titiak palito<br />
Dibaliak telong nan batali<br />
Dimano asa niniak kito<br />
Dari lereang gunuang marapi<br />
Di galundi nan baselo<br />
Dakek bukik siguntang guntang<br />
Di sinan lurah satungka banang<br />
Sinan lurah ndak baraia<br />
Disinan bukik ndak barangin<br />
Sinanlah banta barayun<br />
Disinan batu hamparan putiah<br />
<br />
Panakiak pisau sirauik<br />
Ambiak galah batang lintabuang<br />
Salodang ambiak ka nyiru<br />
Nan satitiak jadikan lauik<br />
Nan sakapa jadikan gunuang<br />
Alam takambang jadikan guru<br />
Bungka ganok manahan cubo<br />
Ameh batu manahan uji<br />
Naraco pantang bapaliang<br />
Anak nagari sakato hati<br />
Satapak bapantang suruik<br />
Salangkah pantang kumbali<br />
<br />
Ado pun kasadonyo kito di Minangkabau<br />
Nan disungkuik langik nan ditanai bumi<br />
Nan saedaran kuliliang gunuang marapi<br />
Nan mahuni daerah bagian baraik<br />
Samato lah banamo pulau andaleh<br />
Bapandirian bak kato nan tuo tuo<br />
Pulai juo nan batingkek naiak<br />
Maninggakan rueh jo buku<br />
Manusia nan bapangkek turun<br />
Maninggakan adaik jo limbago<br />
Gajah mati maninggakan gadiang<br />
Harimau mati maninggakan balang<br />
Manusia mati maninggakan jaso<br />
<br />
Lah jadi kabiasaan bagi kito<br />
Rantau nan barajo<br />
Luhak nan bapanghulu<br />
Lah dibiasokan pulo dek adaik kito<br />
Adaik nagari nagari nan batuo<br />
Mambuang sagalo nan buruak<br />
Mamakai sagalo nan baiak<br />
Nan sasuai pulo jo kato nabi<br />
Malarang urang babuek jahek<br />
Manyuruah urang babuek baiak<br />
<br />
Mulai sajak maso dahulu<br />
Sampai pulo pado maso kini<br />
Sajak samulo sumua di gali<br />
Sajak mulo nagari dihuni<br />
Adaik dipakai, syarak nan lazim<br />
Duo hukum nan lah digunokan<br />
Hukum adaik jo hukum Syarak<br />
. (KP-1) <br />
<br />
<br />
Sumber : http://adat-budaya-minang.blogspot.com</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16754424138069059620noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9065781408641631635.post-19021540736885386822012-09-15T21:09:00.000+07:002012-09-15T21:09:58.354+07:00Adat Nagari dan Keturunan Orang Minangkabau <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-qKaZeaEQXns/UFSMJBR5goI/AAAAAAAABWI/pHsT5mNNfqA/s1600/q.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="325" src="http://1.bp.blogspot.com/-qKaZeaEQXns/UFSMJBR5goI/AAAAAAAABWI/pHsT5mNNfqA/s400/q.jpg" width="400" /></a></div>ADAB<br />
<br />
Adapun adab yang pertama, patut kita berkasih-kasihan antara sesama hamba Allah dengan sahabat kenalannya, dengan kaum kerabatnya serta sanak saudaranya.<br />
<br />
Adapun adab yang kedua, hormat kepada ibu dan bapak, serta guru dan raja, mamak dan ninik serta orang mulia-mulia.<br />
<br />
Adapun adab yang ketiga, yang tua wajib dimuliakan , yang muda patut dikasihi, sesama remaja dibasa-basikan (dipersilakan / dilayani dengan baik).<br />
<br />
Adapun adab yang keempat, adab berkorong dan berkampung, adab berkaum kerabat, jika sukacita sama-sama ketawa, kalau dukacita sama-sama menangis. Bertolong-tolongan pada jalan kebaikan, jangan bertolong-tolongan pada jalan maksiat, atau jalan aniaya, jangan memakai khizit dan khianat serta loba dan tamak, tidak usah berdengki-dengkian sesama hamba Allah, pada jalan yang patut-patut; janganlah memandang kepada segala manusia, dengan cara bermasam muka, itulah dia yang bersama adat yang patut, yang kita pakaikan setiap hari.<br />
<br />
<br />
TERTIB<br />
<br />
Adapun tertib kepada raja-raja dan orang-orang besar serta kepada alim ulama; kepada ibu dan bapak; dan kepada ninik mamak dan orang tua-tua dengan orang mulia-mulia; jikalau menyambut barang sesuatu hendaklah meletakkan tangan kanannya diatas tangan kirinya.<br />
<br />
Sewaktu mengunjukkan barang sesuatu, duduk menghadap dengan cara bersimpuh, jika berjalan mengiring di belakang; jikalau sama-sama minum dan makan, hendaklah kemudian daripadanya, jangan meremas-remas nasi, jangan mengibas-ngibaskan tangan kearah belakang atau samping kanan belakang sehingga besar sekali kemungkinan ada orang lain atau sekurang-kurangnya dinding rumah akan kejipratan air bekas pembasuh tangan yang masih melengket dijari-jari tangan. Selain dari itu lebihkanlah menekurkan kepala daripada menengadah kepadanya dan apabila berkata-kata hendaklah dengan suara yang lemah lembut.<br />
<br />
<br />
SIFAT PEREMPUAN<br />
<br />
Adapun setiap wanita itu hendaklah dia berhati sabar; menurut perintah suaminya, serta ibu bapaknya; baikpun ninik mamaknya; kalau dia berkata-kata hendaklah merendahkan diri terhadap mereka itu. Dan wajib baginya untuk mempelajari ilmu dan tertib sopan, serta kelakuan yang baik-baik; menghindarkan segala macam perangai yang akan menjadi cela kepadanya, atau kepada suaminya, atau kepada kaum kerabatnya, yang timbul oleh karena tingkah laku dan perangainya yang kurang tertib, hemat cermat. Kalau dia sudah bersuami, hendaklah dia berhati mukmin terhadap suaminya itu.<br />
PERANGAI<br />
<br />
Adapun perangai yang wajib, berlaku atas segala makhluk, baik laki-laki maupun perempuan; ialah menuntut ilmu, dan mempelajari adat dan hormat, dan merendahkan dirinya pada tempatnya juga, dan wajib dia berguru, sifat berkata-kata yang "mardesa" (tertib sopan; hemat cermat) bagaimana bunyi yang akan baik, didengar oleh telinga si pendengar, serta dengan perangai yang lemah lembut juga dilakukan, dengan halus budi bahasanya, karena kita berlaku hormat kepada orang-orang besar dan orang-orang mulia dan orang-orang tua, supaya terpelihara daripada umpat dan caci; itulah kesempurnaan perbasaan bagi orang baik-baik, yang terpakai dalam nagari atau dalam alam ini.<br />
<br />
<br />
HUTANG BAGI ORANG TUA-TUA<br />
<br />
Adapun yang menjadi hutang bagi orang tua-tua dan cerdik pandai serta orang mulia-mulia dan segala arif bijaksana yaitu harus baginya mengingatkan kepada segala ahlinya, dan kepada segala orang nan percaya kepadanya, dan segala kaumnya, yang tidak ikut melakukan perangai dan tertib yang baik-baik.<br />
<br />
Maka hendaklah dibantahi; segala kelakuan mereka itu, yang bersalahan dengan kebenaran juga, memberi petunjuk ia akan segala kaumnya itu, supaya dia melakukan segala perangai yang baik-baik dan membuangkan segala perangai yang kurang baik itu, supaya mudah sekalian mereka itu mengetahui akan keindahan dan kemuliaan yang terpakai oleh orang besar-besar yang membawa kepada jalan kebajikan, dan kesempurnaan hidupnya, supaya ingat segala anak kemenakannya itu kepada yang baik, dan lembut hatinya yang keras itu, karena hati lebih keras dari batu dan besi. Apabila sudah berkata-kata dengan orang tua-tua dan orang cerdik pandai itu; dengan ilmunya dan pengetahuannya yang sempurna, tidak boleh tidak akan lembutlah orang yang keras-keras itu oleh muslihatnya, dan kendorlah yang tegang itu, sebab kepandaiannya berkata-kata, melakukan nasihat nan baik-baik itu. Karena itu wajiblah bagi orang yang tua-tua dan cerdik pandai itu akan menajak segala kaum keluarganya dan orang yang percaya kepadanya, dengan perkataan yang lemah lembut juga, serta tutur kata yang baik-baik, akan menarik hati sekalian mereka itu, karena sekalian jalan kebajikan, memberi sukahatinya mendengarkan; serta wajib juga kepada orang tua-tua dan cerdik pandai itu, akan bercerita dan memberi ingat kepada segala kaum kerabatnya, apapun cerita dan kabar; baik maupun buruk; menceritakan kabar-kabar yang dahulu kala, yang dilihat dan didengarnya, dengan menyatakan kesan-kesannya yang baik ataupun yang jelek. Supaya menjadi pengajaran dan peringatan juga untuk semua ahli baitnya; yakni kabar-kabar yang kira-kira cocok dengan pendapat dan pikiran si pendengar. Demikianlah yang wajib dipakaikan oleh orang tua-tua dan cerdik pandai serta arif bijaksana;"menyigai-nyigaikan"(sigai=diusut, diselidiki sebaik-baiknya; di dalam ini berbarti mendengarkan/menghampirkan dirinya) artinya, janganlah dia mengatakan jauhnya dengan mereka itu, melainkan wajib dia menyatakan hampirnya juga, supaya tertambah-tambah kasih sayangnya, kaum kerabatnya itu dan murah baginya melakukan segala nasihat dan petunjuk yang dilakukannya kepada sekalian orang.<br />
<br />
<br />
ADAT BERKAUM BERKELUARGA<br />
<br />
Apabila ada kerja dalam kampung atau dalam suku dan nagari, baik "kerja yang baik" (kerja yang menyukakan hati) maupun "kerja yang tidak baik" (dukacita, kematian, musibah dan kerugian yang mendadak); jikalau suka sama-sama ketawa, kalau duka sama-sama menangis; jika pergi karena disuruh, jika berhenti karena dilarang; artinya semua perbuatan hendaklah dengan sepengetahuanpenghulu-penghulunya juga, serta orang tua-tuanya dan sanak saudaranya yang patut-patut. Demikianlah adat orang berkaum keluarga dan beranak berbapak, beripar besan, berindu bersuku. Itulah yang dipertalikan dengan adat lembaga, yang "persaluk urat, yang berjumbai akar, berlembai pucuk" (bertali kerabat) namanya, menyerunduk sama bongkok, melompat sama patah; kalau ke air sama basah, jika ke api sama letup, itulah yang dinamakan "semalu sesopan", kalau kekurangan tambah-menambah, jika "senteng bilai-membilaia', yang berat sama dipikul dijunjung dan yang ringan sama dijinjing.<br />
<br />
Adat penghulu kepada anak kemenakan, baik dalam pekerjaan yang baik maupun didalam pekerjaan yang tidak baik. Apabila sesuatu persoalan anak kemenakan disampaikan kepada penghulu dan orang tua-tua wajiblah bagi beliau itu; bila kusut diselesaikan, bila keruh diperjernih, menghukum dengan jalan keadilan, beserta dengan orang tua-tuanya disana.<br />
<br />
Adapun yang dikatakan tua disana, ialah orang yang cerdik pandai, orang yang berakal juga, yang akan menimbang buruk dengan baik, tinggi dengan rendah, supaya menjadi selesai seisi kampungnya itu.<br />
<br />
Jika tidak putus oleh penghulu-penghulu dan orang tua-tua didalam masing-masing kampung mengenai apa-apa yang diperselisihkan oleh anak buahnya; wajiblah kepada penghulu-penghulu dan orang tua-tua tersebut untuk membawa "serantau hilir, serantau mudik" (sepanjang sungai kesana kemari mencarikan air yang jernih, sayak yang landai" (keadilan) katian (timbangan dengan ukuran berat sekati) yang genab; supaya diperoleh kata kebenaran dan aman segala kaum keluarganya.<br />
<br />
Adat orang menjadi "kali" (Tuan Kadi; penghulu nikah), pendeta dan alim ulama, imam, khatib dan bilal serta maulana; hendaklah dia mengetahui benar-benar segala aturan agama (syarat; syariat Islam) di dalam surau dan mesjid-mesjidnya atau didalam segala majelis perjamuan, dan pada tempat yang suci-suci baikpun di dusun-dusun atau di medan majelis orang banyak, hendaklah selalu dia melakukan perangai nan suci dan hormat, supaya menjadi suluh, kepada segala isi nagari dan yang akan diturut, oleh segala murid-muridnya. Wajib dia mengatur segala penjagaan nan bersalahan, dalam mesjid dan surau dan didalam majelis perjamuan yang akan menjadi cacat dan cela bagi ketertiban agamanya, yang boleh membinasakan tertib kesopanan orang-orang "siak" (santri) dan alim ulama yang sempurna.<br />
<br />
<br />
ADAT LAKI-LAKI KEPADA WANITA YANG SUDAH DINIKAHINYA<br />
<br />
Wajib laki-laki itu memberi nafkah lahir dan bathin kepada istrinya dan memberi tempat kediaman serta memberi minum dan makannya serta pakaian sekurang-kurangnya dua persalin setahun; dan wajib pula bagi perempuan itu berperangai yang sempurna kepada segala ahli-ahli (karib bait) suaminya dengan perangai yang hormat dan tertib sopan seperti adab kepada suaminya juga. Demikianlah pula wajiblah bagi lelaki tsb berperangai nan sopan, kepada segala kaum kerabat anak istrinya seperti dia melakukannya terhadap kaum kerabatnya sendiri yang patut-patut. Cara bagaimana hormatnya istri kepada ibu bapaknya dan ninik mamaknya begitu pulalah hendaknya dia menghormati dan mempunyai rasa malu terhadap ibu bapak dan ninik mamak istrinya itu. Yakni dengan basa-basi yang lemah lembut dan hendaklah dia memberi petunjuk akan anak istrinya yang alpa dalam menghormati kaum kerabatnya dan ibu bapak serta ninik mamaknya yang sepatutnya dihormatinya, supaya istrinya itu berlaku baik dan beradat yang sempurna terhadap kepada ahli-ahlinya (karib baitnya). Wajib pula suami melarang istrinya berperangai yang salah menurut adab dan tertib yang sopan dan santun, supaya istrinya itu tetap menurut jalan yang baik-baik dan sopan; begitulah yang sebaik-baiknya yang dilakukan oleh segala suami terhadap istrinya masing-masing.<br />
<br />
<br />
MILIK<br />
<br />
Ada berbagai milik; ada milik raja, ada milik penghulu, ada milik kadi, ada milik dubalang dan pegawai, ada milik imam dan khatib dan ada pula milik orang banyak. Masing-masing milik tsb tidak boleh dikuasai oleh yang bukan pemiliknya.<br />
<br />
Adapun yang menjadi milik raja itu adalah memerintah dan menghukum segala perselisihan hamba rakyatnya yang disampaikan kepadanya dan menjaga kesentosaan nagari, dan mengetahui dia akan perangai sekalian orang-orang yang dibawah kekuasaannya serta berhubungan dengan pembantunya dan apabila pembantu-pembantunya bersalah maka diapun akan menghukum mereka itu juga supaya nagari menjadi sempurna dan rakyat menjadi sentosa.<br />
<br />
Adapun milik penghulu itu adalah menjaga akan kesentosaan dan keselamatan anak buahnya; baik yang ada dalam kampung dalam suku, dalam nagari, pada tempat masing-masing, dan wajib baginya menentukan batas dan "bintalak" (pasupadan; sempadan) milik anak buahnya didalam pegangan masing-masingnya; dan yang lain-lainnya yang akan memberi kebajikan kepada segala anak buahnya.<br />
<br />
Adapun milik tuan Kardi itu adalah menghukumkan menurut jalan hukum dan syariat agama nabi kita Muhammad dan menentukan sah dan batal, pasal dan bab, dalil dan maknanya, setiap hukum agama dikeluarkannya (diterapkannya).<br />
<br />
Adapun milik pegawai dan hulubalang, menjelaskan apa-apa yang dititahkan penghulu-penghulu; "menakik" yang keras, "menyudu" yang lunak; berdasarkan jalan kebenaran juga.<br />
<br />
Adapun milik bagi orang banyak itu, wajib kita menutur segala titah dan perintah penghulu-penghulu, orang tua-tuanya; memelihara akan pekerjaannya masing-masing; dengan yakin menjalankan titah rajanya dan disampaikan kepadanya; Tuan Kadinya dan ibu bapaknya serta sanak saudaranya.<br />
<br />
Adapun milik bagi harta benda itu, seperti sawah ladang, emas perak kerbau sapi, ayam itik dan lain-lainnya, wajib tergenggam pada yang punya milik masing-masing juga, tidaklah harus dimiliki oleh bukan pemiliknya.<br />
<br />
HAK<br />
<br />
Adapun hak itu tidaklah tetap terpegang, kepada yang empunya hak untuk selamanya; hak yang terpegang ditangan yang empunya masing-masing adalah hak milik namanya. Dan apabila haknya itu dipegang oleh orang lain, maka dinamai "Haknya saja" tetapi yang memiliki orang lain.<br />
<br />
Itulah undang-undang yang terpakai dalam nagari di Alam Minangkabau ini yang sepatutnya engkau ketahui terlebih dahulu. Tentukan (usut dan periksa) benarlah dahulu semuanya yang hamba sebut tadi; yang dipakai didalam nagari ini; agar jelas pegangan masing-masing, agar berbeda orang dengan awak; baik jauh maupun dekat.<br />
<br />
<br />
(Sumber : Mustika Adat Minangkabau) <br />
<br />
Sumber : http://adat-budaya-minang.blogspot.com/</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16754424138069059620noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9065781408641631635.post-15054930448306344942012-09-15T21:02:00.001+07:002012-09-15T21:03:24.576+07:00Sifat Pribadi Minang<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-ldwDPCwaBsA/UFSKY_VPtqI/AAAAAAAABWA/DNr7EZMpDIA/s1600/w.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="312" src="http://2.bp.blogspot.com/-ldwDPCwaBsA/UFSKY_VPtqI/AAAAAAAABWA/DNr7EZMpDIA/s400/w.jpg" width="400" /></a></div>Salah satu tujuan adat pada umumnya, adat Minang pada khususnya adalah membentuk individu yang berbudi luhur, manusia yang berbudaya, manusia yang beradab.<br />
<br />
Dari manusia-manusia yang beradab itu diharapkan akan melahirkan suatu masyarakat yang aman dan damai, sehingga memungkinkan suatu kehidupan yang sejahtera dan bahagia, dunia dan akhirat. Suatu Baldatun Toiyibatun wa Rabbun Gafuur. Suatu masyarakat yang aman dan damai dan selalu dalam lindungan Tuhan.<br />
<br />
Untuk mencapai masyarakat yang demikian, diperlukan manusia-manusia dengan sifat-sifat dan watak tertentu. Sifat-sifat yang ideal itu menurut adat Minang antaranya sebagai berikut :<br />
<br />
a. Hiduik Baraka, baukue jo bajangka artinya hidup berpikir, berukur dan berjangka<br />
<br />
Dalam menjalankan hidup dan kehidupan orang Minang dituntut untuk selalu memakai akalnya. Berukur dan berjangka artinya harus mempunyai rencana yang jelas dan perkiraan yang tepat.<br />
Kelebihan manusia dari binatang adalah tiga alat vital yang mempunyai kekuatan besar bila dipakai secara tepat dalam menjalankan hidupnya. Ketiga alat tersebut adalah otak, otot dan hati.<br />
Pengertian peningkatan sumber daya manusia tidak lain dari mengupayakan sinergi ketiga kekuatan itu untuk memperbaiki hidup dan kehidupannya.<br />
Dengan mempergunakan akal pikiran dengan baik, manusia antara lain akan selalu waspada dalam hidup, seperti dalam pepatah berikut :<br />
<br />
Dalam mulo akhie mambayang Dalam awal akhir terbayang<br />
Dalam baiak kanalah buruak Dalam baik ingatlah buruk<br />
Dalam galak tangieh kok tibo Dalam tawa tangis menghadang<br />
Hati gadang hutang kok tumbuah Hati ria hutang tumbuh<br />
<br />
Dengan berpikir jauh kedepan kita dapat meramalkan apa yang bakal terjadi, sehingga tetap selalu waspada.<br />
<br />
Alun rabah lah ka ujuang Belum rebah sudah keujung<br />
Alun pai lah babaliak Belum pergi sudah kembali<br />
Alun di bali lah bajua Belum dibeli sudah dijual<br />
Alun dimakan lah taraso Belum dimakan sudah terasa<br />
<br />
Didalam merencanakan sesuatu pekerjaan, dipikirkan lebih dahulu sematang-matangnya dan secermat-cermatnya. Pendek kata dibuat rencana yang mantap dan terinci.<br />
<br />
Dihawai sahabih raso Diraba sehabis rasa<br />
Dikaruak sahabih gauang Dijarah sehabis lobang<br />
<br />
Dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan, perlu dilakukan sesuai dengan urutan prioritas yang sudah direncanakan, seperti kata pepatah :<br />
Mangaji dari alif Mengaji dari alif<br />
Babilang dari aso Berhitung dari satu<br />
<br />
Dalam melakukan sesuatu, haruslah mempunyai alasan yang masuk akal dan bisa dipertanggungjawabkan. Jangan asal berbuat tanpa berpikir.<br />
<br />
Mancancang balandasan Mencencang berlandasan<br />
Malompek basitumpu Melompat bersitumpu<br />
<br />
Dalam melaksanakan suatu tugas bersama, atau dalam suatu organisasi kita tak mungkin berjalan sendiri-sendiri. Salah satu kelemahan orang Minang adalah kebanyakan mereka menderita penyakit "Excessive Individualisme", penyakit susah diatur, merasa lebih super dari orang lain, karenanya dihinggapi penyakit "pantang taimpik".<br />
<br />
Struktur organisasi dipenghujung abad ke XX ini, baik organisasi pemerintah, angkatan bersenjata, organisasi sosial, maupun organisasi perusahaan mempunyai struktur piramida, lancip ke atas.<br />
<br />
Struktur organisasi yang semacam ini, memaksa orang-orang dalam formasi yang berlanggo-langgi, atau bertingkat-tingkat. Ada yang disebut bawahan dan ada atasan, ada yang memerintah dan ada pula yang harus menjalankan perintah. Orang Minang kebanyakan belum dapat menyesuaikan diri dengan pola kemasyarakatan yang baru ini. Apalagi bila dalam organisasi itu hanya balego awak samo awak. Dalam kondisi yang demikian, akan berlaku pameo "Iyo kan nan kato beliau, tapi lakukan nan diawak". Inilah agaknya salah satu sebab kenapa dipenghujung abad XX ini orang-orang Minang sudah jarang yang menonjol dipentas nasional. Kalau ada yang menonjol satu dua, maka yang duduk menjadi bawahannya, mungkin sekali bukan orang Minang. Mari kita koreksi diri kita masing-masing dan mari kita pelajari kembali ajaran adat kita yang berbunyi sbb :<br />
<br />
Bajalan ba nan tuo Berjalan dengan yang tua<br />
Balayie ba nakhodo Berlayar ber-nakhoda<br />
Bakata ba nan pandai Berkata dengan yang pandai<br />
<br />
Pepatah diatas mengisyaratkan bahwa nenek moyang kita lebih memahami pola organisasi modern dibandingkan kita. Renungkanlah.<br />
<br />
Masih bayak diantara kita yang belum punya cita-cita hidup. Tidak tahu apa yang ingin dicapai dalam hidup ini. Namun ada juga yang punya cita-cita , tetapi tidak tahu bagaimana cara yang harus ditempuh untuk mencapai cita-cita itu.<br />
<br />
Nenek moyang kita ribuan tahun yang lalu sudah tahu apa yang ingin dicapainya dalam hidup ini, dan sudah tahu pula cara apa yang harus ditempuh untuk mencapai cita-cita itu. Cobalah kita cermati pepatah berikut :<br />
<br />
Nak kayo kuek mancari Ingin kaya, bekerja keraslah<br />
Nak tuah bertabur urai Ingin tuah, bertabur hartalah<br />
Nak mulie tapeki janji Ingin mulia, tepati janji<br />
Nak namo tinggakan jaso Ingin nama, berjasalah<br />
Nak pandai kuek baraja Ingin pandai, rajinlah belajar<br />
<br />
Salah satu syarat untuk bisa diterima dalam pergaulan ialah bila kita dapat membaca perasaan oang lain secara tepat. Dalam zaman modern hal ini kita kenal dengan ilmu empathi, yaitu dengan mencoba mengandaikan kita sendiri dalam posisi orang lain. Bila kita berhasil menempatkan diri dalam posisi orang lain, maka tidak mungkin kita akan memaksakan keinginan kita kepada orang lain. Dengan cara ini banyak konflik batin yang dapat dihindari. Pepatah mengajarkan dengan tepat sebagai berikut :<br />
<br />
Elok dek awak Yang elok menurut kita<br />
Katuju dek urang (Namun juga) disukai orang lain<br />
<br />
Segala sesuatu yang munurut pikiran sendiri adalah baik, belum tentu dianggap baik pula oleh orang lain. Kacamata yang dipakai mungkin sekali berbeda, sehingga pendapatpun berbeda pula. Kepala sama hitam, pikiran berbeda-beda.<br />
<br />
Nenek moyang orang Minang, sebelum ilmu manajemen berkembang di tanah air sejak tahun 1950-an yang lalu, telah lama meyakini bahwa "perencanaan yang matang" adalah salah satu unsur yang sangat penting untuk terlaksananya suatu pekerjaan. Pepatah berikut meyakini kita akan kebenarannya :<br />
<br />
Balabieh ancak-ancak Berlebihan berarti ria<br />
Bakurang sio-sio Kalau kurang sia-sia<br />
Diagak mangko diagieh Dihitung dulu baru dibagi<br />
Dibaliek mangko dibalah Dibalik dulu baru dibelah<br />
Bayang-bayang sepanjang badan Bayang-bayang sepanjang badan (Beban<br />
jangan lebih dari kemampuan)<br />
Nan babarieh nan dipahek Yang dibaris yang dipahat<br />
Nan baukue nan dikabuang Yang diukur yang dipotong<br />
Jalan nan luruih nan ditampuah Jalan lurus yang ditempuh<br />
Labuah pasa nan dituruik Jalan yang lazim yang dituruti<br />
Di garieh makanan pahat Digaris makanan pahat<br />
Di aie lapehkan tubo Di air lepaskan racun<br />
Tantang sakik lakek ubek Ditempat yang sakit diberi obat<br />
Luruih manantang barieh adat Lurus menentang baris adat<br />
<br />
b. Baso basi - malu jo sopan<br />
<br />
Adat Minang mengutamakan sopan santun dalam pergaulan. Budi pekerti yang tinggi menjadi salah satu ukuran martabat seseorang. Etika menjadi salah satu sifat yang harus dimiliki oleh setiap individu Minang.<br />
<br />
Adat Minang menyebutkan sebagai berikut :<br />
<br />
Nana kuriak iyolah kundi Yang burik ialah kundi<br />
Nan merah iyolah sago Yang merah ialah sega<br />
Nan baiak iyolah budi Yang baik ialah budi<br />
Nan indah iyolah baso Yang indah ialah basa (basi)<br />
Kuek rumah dek basandi Kuatnya rumah karena sendi<br />
Rusak sandi rumah binaso Rusak sendi rumah binasa<br />
Kuek bangso karano budi Kuatnya bangsa karena budi<br />
Rusak budi bangso binaso Rusak budi bangsa binasa<br />
<br />
Adat Minang sejak berabad-abad yang lalu telah memastikan, bila moralitas suatu bangsa sudah rusak, maka dapat dipastikan suatu waktu kelak bangsa itu akan binasa. Akan hancur lebur ditelan sejarah.<br />
<br />
Adat Minang mengatur dengan jelas tata kesopanan dalam pergaulan. Kita tinggal mengamalkannya. Pepatah menyebutkan sebagai berikut:<br />
<br />
Nan tuo dihormati Yang tua dihormati<br />
Nan ketek disayangi Yang kecil disayangi<br />
Samo gadang bawo bakawan Sama besar bawa berkawan<br />
Ibu jo bapak diutamakan Ibu dan ayah diutamakan<br />
<br />
Budi pekerti adalah salah satu sifat yang dinilai tinggi oleh adat Minang. Begitu pula rasa malu dan sopan santun, termasuk sifat-sifat yang diwajibkan dipunyai oleh orang-orang Minang. Pepatah Minang memperingatkan :<br />
<br />
Dek ribuik rabahlah padi Karena ribut rebahlah padi<br />
Di cupak Datuak Tumangguang Di cupak Datuk Tumenggung<br />
Hiduik kok tak babudi Hidup kalau tak berbudi<br />
Duduak tagak kamari cangguang Duduk berdiri serba canggung<br />
Rarak kaliki dek binalu Gugur pepaya karena benalu<br />
Tumbuah sarumpun ditapi tabek Tumbuh serumpun di tepi tebat<br />
Kalau habih raso jo malu Kalau habis rasa dan malu<br />
Bak kayu lungga pangabek Bagaikan kayu longgar pengikat<br />
<br />
Kehidupan yang aman dan damai, menjadi idaman Adat Minang. Karena itu selalu diupayakan menghindari kemungkinan timbulnya perselisihan dalam pergaulan. Budi pekerti yang baik, sopan santun (basa basi) dalam pergaulan sehari-hari diyakini akan menjauhkan kita dari kemungkinan timbulnya sengketa. Budi perkerti yang baik akan selalu dikenang orang, kendatipun sudah putih tulang di dalam tanah.<br />
<br />
Pepatah menyebutkan sbb:<br />
<br />
Pucuak pauah sadang tajelo Pucuk pauh sedang terjela<br />
Panjuluak bungo linggundi Penjuluk bunga linggundi<br />
Nak jauah silang sangketo Supaya jauh silang sengketa<br />
Pahaluih baso jo basi Perhalus basa basi (budi pekerti)<br />
Pulau pandan jauah ditangah Pulau pandan jauh di tengah<br />
Dibaliak pulau angso duo Dibalik pulau angsa dua<br />
Hancua badan di kanduang tanah Hancur badan dikandung tanah<br />
Budi baiak takana juo Budi baik terkenang juga<br />
Nak urang koto ilalang Anak orang koto Hilalang<br />
Nak lalu ka pakan baso Mau lewat ke pekan Baso<br />
Malu jo sopan kok lah ilang Malu dan sopan kalau sudah hilang<br />
Habihlah raso jo pareso Habislah rasa dan periksa<br />
<br />
c. Tenggang raso<br />
<br />
Perasaan manusia halus dan sangat peka. Tersinggung sedikit dia akan terluka, perih dan pedih. Pergaulan yang baik, adalah pergaulan yang dapat menjaga perasaan orang lain. Kalau sampai perasaan terluka, bisa membawa bencana. Karena itu adat mengajarkan supaya kita selalu berhati-hati dalam pergaulan, baik dalam ucapan, tingkah laku maupun perbuatan jangan sampai menyinggung perasaan orang lain. Tenggang rasa salah satu sifat yang dianjurkan adat.<br />
<br />
Pepatah memperingatkan sebagai berikut :<br />
<br />
Bajalan paliharo kaki Berjalan pelihara kaki<br />
Bakato paliharo lidah Berkata pelihara lidah<br />
Kaki tataruang inai padahannyo Kaki tertarung inai imbuhannya<br />
Lidah tataruang ameh padahannyo Lidah tertarung emas imbuhannya<br />
Bajalan salngkah madok suruik Berjalan selangkah, lihat kebelakang<br />
Kato sapatah dipikia an Kata sepatah dipikirkan<br />
<br />
Nan elok dek awak katuju dek urang<br />
Lamak dek awak lamak dek urang<br />
Sakik dek awak sakik dek urang<br />
artinya :<br />
Yang baik menurut kita, harus juga disukai orang lain<br />
Yang enak menurut kita, harus juga enak menurut orang<br />
Kalau sakit bagi kita, sakit pula bagi orang<br />
<br />
d. Setia (loyal)<br />
<br />
Yang dimaksud dengan setia adalah teguh hati, merasa senasib dan menyatu dalam lingkungan kekerabatan. Sifat ini menjadi sumber dari lahirnya sifat setia kawan, cinta kampung halaman, cinta tanah air, dan cinta bangsa. Dari sini pula berawal sikap saling membantu, saling membela dan saling berkorban untuk sesama.<br />
<br />
Pepatah menyebutkan sbb:<br />
<br />
Malompek samo patah Melompat sama patah<br />
Manyarunduak samo bungkuak Menyerunduk sama bungkuk<br />
Tatungkuik samo makan tanah Tertelungkup sama makan tanah<br />
Tatalantang samo minun aia Tertelantang sama minun air<br />
Tarandam samo basah Terendam sama basah<br />
Rasok aia pulang ka aia Resapan air kembali ke air<br />
Rasok minyak pulang ka minyak Resapan minyak kembali ke minyak<br />
<br />
Bila terjadi suatu konflik, dan orang Minang terpaksa harus memilih, maka orang Minang akan memihak pada dunsanaknya. Dalam kondisi semacam ini, orang Minang sama fanatiknya dengan orang Inggris. Right or wrong is my country. Kendatipun orang Minang "barajo ka nan bana", dalam situasi harus memihak seperti ini, orang Minang akan melepaskan prinsip.<br />
<br />
Pepatah adat mengajarkan sbb:<br />
<br />
Adat badunsanak, dunsanak patahankanAdat bakampuang, kampuang patahankanAdat banagari, nagari patahankanAdat babangso, bangso patahankanartinya :Adat bersaudara, saudara dipertahankanAdat berkampung, kampung dipertahankanAdat bernegeri, negeri dipertahankanAdat berbangsa, bangsa dipertahankan<br />
<br />
Parang ba suku samo dilipekParang samun samo dihadapiartinyaPerang antar suku sama disimpanPerang terhadap penjahat sama dihadapi<br />
<br />
Dengan sifat setia dan loyal semacam ini, pengusaha Minang sebenarnya lebih dapat diandalkan menghadapi era globalisasi, karena kadar nasionalismenya tidak perlu diragukan.<br />
<br />
e. Adil<br />
<br />
Adil maksudnya mengambil langkah sikap yang tidak berat sebelah, dan berpegang teguh pada kebenaran. Bersikap adil semacam ini, sangat sulit dilaksanakan bila berhadapan dengan dunsanak sendiri. Satu dan lain hal karena adanya pepatah adat yang lain yang berbunyi "Adat dunsanak, dunsanak dipatahankan".<br />
<br />
Adat Minang mengajarkan sbb :<br />
<br />
Bakati samo barek Menimbang sama berat<br />
Maukua samo panjang Mengukur sama panjang<br />
Tibo dimato indak dipiciangkan Tiba dimata tidak ditutupkan<br />
Tibo diparuik indak dikampihkan Tiba diperut tidak dikempiskan<br />
Tibo didado indak dibusuangkan Tiba didada tidak dibusungkan<br />
Mandapek samo balabo Mendapat sama beruntung<br />
Kahilangan samo marugi Kehilangan sama merugi<br />
Maukua samo panjang Mengukur sama panjang<br />
Mambilai samo laweh Menyambung sama luas<br />
Baragiah samo banyak Berbagi sama banyak<br />
Gadang kayu gadang bahannyo Besar kayu besar bahannya (iuran)<br />
Ketek kayu ketek bahannyo Kecil kayu kecil bahannya (andilnya)<br />
Nan ado samo dimakan Yang ada sama dimakan<br />
Nan indak samo dicari Yang tidak ada, sama dicari<br />
Hati gajah samo dilapah Hati gajah sama disuap<br />
Hati tungau samo dicacah Hati kuman sama dicicip (dicercah)<br />
Gadang agiah baumpuak Yang besar dibagi beronggok<br />
Ketek agiah bacacah Yang kecil dibagi secercah<br />
<br />
(Kata-kata "dimata,diperut, didada dalam hal ini artinya bila masalah itu menyangkut dunsanak kita sendiri).<br />
<br />
f. Hemat Cermat<br />
<br />
Pepatah adat menyebutkan sbb:<br />
<br />
Manusia<br />
<br />
Nan buto pahambuih saluang Yang buta peniup lesung<br />
Nan pakak palapeh badia Yang tuli pelepas bedil<br />
Nan patah pangajuik ayam Yang patah pengusir ayam<br />
Nan lumpuah paunyi rumah Yang lumpuh penunggu rumah<br />
Nan binguang kadisuruah-suruah Yang dungu untuk suruh-suruhan<br />
Nan buruak palawan karajo Yang jelek penantang kerja<br />
Nan kuek paangkuik baban Yang kuat pengangkut beban<br />
Nan tinggi jadi panjuluak Yang tinggi jadi galah<br />
Nan randah panyaruduak Yang pendek penyeruduk<br />
Nan pandai tampek batanyo Yang pandai tempat bertanya<br />
Nan cadiak bakeh baiyo Yang cerdik tempat berunding<br />
Nan kayo tampek batenggang Yang kaya tempat minta tolong<br />
Nan rancak palawan dunia Yang cantik pelawan dunia<br />
<br />
Tanah<br />
<br />
Nan lereng tanami padi Yang lereng tanami padi<br />
Nan tunggang tanami bamboo Yang tunggang tanami bambu<br />
Nan gurun jadikan parak Yang gurun jadikan kebun<br />
Nan bancah jadikan sawah Yang basah jadikan sawah<br />
Nan padek ka parumahan Yang padat untuk perumahan<br />
Nan munggu jadikan pandam Yang ketinggian jadikan kuburan<br />
Nan gauang ka tabek ikan Yang berlubuk jadikan tambak ikan<br />
Nan padang tampek gubalo Yang padat tempat gembala<br />
Nan lacah kubangan kabau Yang berlumpur kubangan kerbau<br />
Nan rawan ranangan itiak Yang berawa renangan itik<br />
<br />
Kayu<br />
<br />
Nan kuek ka tunggak tuo Yang kuat untuk tiang utama<br />
Nan luruih ka rasuak paran Yang lurus untuk sudut paran<br />
Nan lantiak ka bubungan Yang lentik untuk bubungan<br />
Nan bungkuak ka tangkai bajak Yang bungkuk untuk tangkai bajak<br />
Nan ketek ka tangkai sapu Yang kecil untuk tangkai sapu<br />
Nan satampok ka papan tuai Yang setapak tangan untuk ani-ani<br />
Rantiangnyo ka pasak suntiang Rantingnya untuk pasak sunting<br />
Abunyo pamupuak padi Abunya pemupuk padi<br />
<br />
Bambu<br />
<br />
Nan panjang ka pambuluah Yang panjang untuk pembuluh (saluran)<br />
Nan pendek ka parian Yang pendek untuk perian (tempat air)<br />
Nan rabuang ka panggulai Yang rebung untuk penggulai (digulai)<br />
<br />
Sagu<br />
<br />
Sagunyo ka baka huma Sagunya untuk bekal ke dangau<br />
Ruyuangnyo ka tangkai bajak Ruyungnya ke tangkai bajak<br />
Ijuaknyo ka atok rumah Ijuknya untuk atap rumah<br />
Pucuaknyo ka daun paisok Pucuknya untuk daun rokok<br />
Lidinyo ka jadi sapu Lidinya untuk sapu<br />
<br />
g. Waspada<br />
<br />
Sifat waspada dan siaga termasuk sifat yang dianjurkan adat Minang seperti sbb :<br />
<br />
Maminteh sabalun anyuik Memintas sebelum hanyut<br />
Malantai sabalun lapuak Dibuat lantai baru sebelum lapuk<br />
Ingek-ingek sabalun kanai Siaga sebelum kena (bahaya)<br />
Sio-sio nagari alah Sia-sia negeri akan kalah<br />
Sio-sio utang tumbuah Sia-sia hutang timbul<br />
Siang dicaliak-caliak Siang dilihat-lihat (waspada)<br />
Malam didanga-danga Malam didengar-dengar<br />
<br />
h. Berani karena benar<br />
<br />
Islam mengajarkan kita untuk mengamalkan "amal makruf, nahi mungkar" yang artinya menganjurkan orang supaya berbuat baik, dan mencegah orang berbuat kemungkaran.<br />
<br />
Menyuruh orang berbuat baik adalah mudah. Tapi melarang orang berbuat mungkar, mengandung resiko sangat tinggi. Bisa-bisa nyawa menjadi taruhan. Untuk bertindak menghadang kemungkaran seperti ini, memerlukan keberanian.<br />
<br />
Adat Minang dengan tegas menyatakan bahwa orang Minang harus punya keberanian untuk menegakkan kebenaran. Berani karena benar. Pepatahnya adalah sbb :<br />
<br />
Kok dianjak urang pasupadan Kalau dipindahkan orang pematang<br />
Kok dialiah urang kato pusako Kalau dirubah orang Adat Miang<br />
Kok dirubah urang Kato Daulu Kalu dirubah orang Kato Dahulu<br />
Jan cameh nyawo malayang Jangan cemas jiwa melayang<br />
Jan takuik darah taserak Jangan takut darah menyembur<br />
Asalkan lai dalam kabanaran Asalkan masih dalam kebenaran<br />
Basilang tombak dalam perang Bersilang tombak dalam perang<br />
Sabalun aja bapantang mati Sebelum ajal berpantang mati<br />
Baribu sabab mandating Beribu sebab yang dating<br />
Namun mati hanyo sakali Namun mati hanya sekali<br />
Aso hilang duo tabilang Esa hilang dua terbilang<br />
Bapantang suruik di jalan Berpantang mundur di jalan<br />
Asa lai angok-angok ikan Asal masih nafas-nafasan ikan<br />
Asa lai jiwo-jiwo sipatuang Asal masih jiwa-jiwanya capung<br />
Namun nan bana disabuik juo Namun yang benar disebut juga<br />
Sekali kato rang lalu Sekali orang berbicara lancing<br />
Anggap angin lalu sajo Anggaplah angin lalu saja<br />
Duo kali kato rang lalu Dua kali orang berbicara lancing<br />
Anggap garah samo gadang Anggaplah lelucon sesama temen<br />
Tigo kali kato rang lalu Tiga kali orang berbicara lancing<br />
Jan takuik darah taserak Jangan takut darah tersembur<br />
<br />
<br />
i. Arif bijaksana, tanggap dan sabar<br />
<br />
Orang yang arif bijaksana, adalah orang yang dapat memahami pandangan orang lain. Dapat mengerti apa yang tersurat dan yang tersirat. Tanggap artinya mampu menangkis setiap bahaya yang bakal datang. Sabar artinya mampu menerima segala cobaan dengan dada yang lapang dan mampu mencarikan jalan keluar dengan pikiran yang jernih.<br />
<br />
Ketiga sifat ini termasuk yang dinilai tinggi dalam adat Minang, seperti kata pepatah berikut :<br />
<br />
Tahu dikilek baliuang nan ka kaki Tahu dengan kilat beliung kekaki<br />
Kilek camin nan ka muka Kilat cermin yang ke muka<br />
Tahu jo gabak diulu tando ka ujan Tahu dengan mendung dihulu tandakan<br />
hujan<br />
Cewang di langik tando ka paneh Mega dilangit tandakan panas<br />
Ingek di rantiang ka mancucuak Ingat ranting yang akan menusuk<br />
Tahu didahan ka maimpok Tahu dahan yang akan menimpa<br />
Tahu diunak kamanyangkuik Tahu duri yang akan mengait<br />
Pandai maminteh sabalun anyuik Pandai memintas sebelum hanyut<br />
<br />
Begitulah adat Minang menggambarkan orang-orang yang arif bijaksana dan tanggap terhadap masalah yang akan dihadapi. Orang-orang yang sabar diibaratkan oleh pepatah sbb:<br />
<br />
Gunuang biaso timbunan kabuki Gunung biasa timbunan kabut<br />
Lurah biaso timbunan aia Lurah biasa timbunan air<br />
Lakuak biaso timbunan sampah Lekuk biasa timbunan sampah<br />
Lauik biaso timbunan ombak Laut biasa timbunan ombak<br />
Nan hitam tahan tapo Yang hitam tahan tempa (pukul)<br />
Nan putiah tahan sasah Yang putih tahan cuci<br />
Di sasah bahabih aia Dicuci berhabis air<br />
Dikikih bahabih basi Dikikir berhabis besi<br />
<br />
j. Rajin<br />
<br />
Sifat yang lain yang pantas dipunyai orang Minang menurut adat adalah rajin seperti kata pepatah berikut ini :<br />
<br />
Kok duduak marawuik ranjau Kalau duduk meraut ranjau (jebakan)<br />
Tagak maninjau jarah Berdiri mengintai mangsa (berburu)<br />
Nan kayo kuek mancari Ingin kaya ulet mencari (uang)<br />
Nan pandai kuek baraja Ingin pandai rajin belajar<br />
<br />
k. Rendah hati<br />
<br />
Mungkin lebih dari separoh orang Minang hidup dirantau. Hidup dirantau artinya hidup sebagai minoritas dalam lingkungan mayoritas suku bangsa lain. Mereka yang merantau ke Jakarta, mungkin kurang merasakan sebagai kelompok minoritas.Tapi mereka yang merantau ke Bandung, Semarang, Malaysia, Australia, Eropa, Amerika mereka hidup ditengah-tengah orang lain yang berbudaya lain. Bagaimana perantau Minang harus bersikap ?<br />
<br />
Adat Minang memberi pedoman sbb:<br />
<br />
Kok manyauak di hilie-hilie Kalau menimba (air) di hilir-hilir<br />
Kok mangecek dibawah-bawah Kalau bicara bersahaja<br />
Tibo dikandang kambiang mangembek Tiba dikandang kambing mengembek<br />
Tibo dikandang kabau manguak Tiba dikandang kabau menguak<br />
Dimano langik dijunjuang Dimana langit dijunjung<br />
Disinan bumi dipijak Disana bumi dipijak<br />
Disitu rantiang di patah Disitu ranting di patah<br />
<br />
Ini berarti sebagai perantau yang hidup dalam lingkungan budaya lain, maka kita sebagai kelompok yang minoritas harus tahu diri dan pandai menempatkan diri. Baris pertama diatas tidak berarti kita harus merasa rendah diri, tetapi justru berarti kita orang yang tahu diri sebagai pendatang. Bila dalam beberapa saat kita bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan, malah bisa jadi orang teladan dan tokoh masyarakat dilingkungan baru. Pada saat itu dia tidak perlu lagi "manyauak di hilie-hilie" malah mungkin menjadi "disauakkan dihulu-hulu", didahulukan selangkah, ditinggikan seranting, diangkat menjadi pemimpin bagaikan penghulu dilingkungannya.<br />
<br />
<br />
Sumber : Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang Sumber : http://adat-budaya-minang.blogspot.com</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16754424138069059620noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9065781408641631635.post-77096775964492732392012-09-12T21:42:00.000+07:002012-09-12T21:42:06.110+07:00Masjid Tua dan Bersejarah di Minangkabau : Bagian 3<span style="font-size: 85%;">Hak Cipta : Tim Labor Sejarah FIBA IAIN Padang<br />
Di Edit oleh : Muhammad Ilham<br />
<br />
</span><span style="font-size: 85%;"><span style="font-weight: bold;">20. Masjid 60 Kurang Aso<br />
</span></span><a href="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAsuizx0W1I/AAAAAAAADBo/UsA8niRevGk/s1600/1.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479524547175930706" src="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAsuizx0W1I/AAAAAAAADBo/UsA8niRevGk/s320/1.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 222px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><span style="font-size: 85%;"><br />
</span><a href="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAsujLrNkqI/AAAAAAAADBw/0tZnIpHu4u8/s1600/2.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479524553590674082" src="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAsujLrNkqI/AAAAAAAADBw/0tZnIpHu4u8/s320/2.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 240px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 85%;">Masjid Kurang Aso 60 adalah model masjid tradisional Minangkabau dengan corak Arsitektur Hindu-Jawa Abad ke 15 M, belum ada data pasti tentang tahun pembuatannya. Tapi berdasarkan informasi dari Ibu Nuraini (±76 tahun), suku Jambak-Koto Anyir, masjid ini telah ada sebelum tahun 1733 M, karena rumah gadang beliau (kaum Inyiak Talanai) dibuat pada tahun 1733 M, sedangkan masjid tersebut pada waktu itu telah ada menurut tutur Nenek beliau. Begitu juga kalau kita lihat keberadaan makam Syech Maulana Sofi, seorang ulama besar di Sungai Pagu yang hidup antara tahun 1730 s.d tahun 1818 M, posisi makam beliau terletak di Miqrob Masjid, berarti Masjid ini telah ada sebelum keberadaan beliau. Bangunan masjid konstruksi kayu dengan ukuran panjang 17m, lebar 17m dan tinggi 17m, atap berbentuk limas bersusun tiga, mirip dengan atap bangunan Klenteng Cina, bahan atap pada awalnya terbuat dari ijuk dan telah beberapa kali diganti dengan seng. Tonggak / tiang kayu berjumlah 59 buah, pada bagian tengah terdapat tonggak paling besar ukurannya disebut tonggak Machu (mercu). Masjid Kurang Aso 60 disamping sebagai tempat ibadah juga dipergunakan sebagai tempat upacara adat, seperti upacara makan-makan Turun Ke Sawah-Mambantai Kabau Nan Gadang. Masjid ini adalah perwujudan Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah. Bangunan masjid ini sarat dengan makna, pada setiap bagian bangunan tersirat lambang-lambang (falsafah) yang mengandung arti dan masih dapat ditafsirkan sampai saat ini.</span></div><span style="font-size: 85%;"><br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">21. Masjid Al Imam</span></span><br />
<br />
<br />
<a href="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAsve73gHXI/AAAAAAAADB4/_0tvr9dG4H0/s1600/masjid+alimam1.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479525580139404658" src="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAsve73gHXI/AAAAAAAADB4/_0tvr9dG4H0/s320/masjid+alimam1.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 219px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><a href="http://4.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAsv5G3GgGI/AAAAAAAADCI/I92IG6YL2tg/s1600/masjid+alimam+%5Bmihrab%5D.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479526029767114850" src="http://4.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAsv5G3GgGI/AAAAAAAADCI/I92IG6YL2tg/s320/masjid+alimam+%5Bmihrab%5D.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 210px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-weight: bold;"><br />
22. Masjid Asasi</span></span><br />
<br />
<br />
<a href="http://4.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAswj1yf3qI/AAAAAAAADCQ/xIBMCt-66Eg/s1600/DSC00623b.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479526763918778018" src="http://4.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAswj1yf3qI/AAAAAAAADCQ/xIBMCt-66Eg/s320/DSC00623b.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 320px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 268px;" /></a><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 85%;">Masjid ini didirikan oleh masyarakat dari 4 koto yaitu dari daerah Gunuang, Paninjauan, Jaho dan Tambangan. Masjid Asasi pernah dijadikan sebagai basis pengembangan Islam terutama mengembangkan Madrasah Thawalib Gunuang. Tokoh-tokoh seperti Buya HAMKA pernah menggelar pengajian disini. Masjid Asasi memiliki 3 motif ukiran dari aliran yang berbeda yaitu Hindu, China dan Minangkabau.</span></div><span style="font-size: 85%;"><span style="font-weight: bold;"><br />
<br />
23. Masjid Badano</span></span><br />
<br />
<br />
<a href="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAs3bkdjDhI/AAAAAAAADCY/1Kqk3eqxQ60/s1600/MASJIDBadano.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479534318409944594" src="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAs3bkdjDhI/AAAAAAAADCY/1Kqk3eqxQ60/s320/MASJIDBadano.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 187px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: georgia;">Masjid ini terdapar di Sungai Rotan Kecamatan Pariaman Selatan. </span><span style="color: black; font-family: georgia;">Pada desa ini terdapat sebuah Masjid yang dikenal dengan nama Masjid Badano. Alkisah dimasjid ini terdapat sebuah Guci Besar yang juga dinamai dengan guci badano. Guci yang cukup tua ini berasal dari temuan masyarakat pada sebuah anak sungai disekitar masjid, konon khabarnya adalah dari peninggalan cenek moyang. Secara bergotong-royong masyarakat memindahkan guci tersebut ke mesjid Badano ditempatkan dekat dengan kulah air wuduk, diberi kedudukan dengan beton dengan ketinggian dari permukaan tanah <span style="text-decoration: underline;">+</span> 75 centimeter. </span></span><span style="font-size: 85%;"><span style="color: black;">Menjadi suatu keajaiban bahwa air yang ada didalam guci sejak dahulunya tidak pernah kering, selalu terisi air bersih hingga leher guci.</span></span><span style="font-size: 85%;"><span style="color: black;"> Menjadi ritual oleh lapisan masyarakat di sekitar Sungai Rotan, dan bahkan dari daerah yang jauh mereka dengan sengaja melaksanakan acara turun mandi anak, dengan memanfaatkan air yang terdapat dalam guci besar badano ini. Sering kali air dalam guci ini diambil sebagai obat, dan bila seseorang sedang menderita sakit dalam yang cukup lama, kaum keluarganya membawa dan memandikan sisakit dengan air guci ini malam hari.</span></span><span style="font-size: 85%;"><span style="color: black;"> Sekarang Guci Besar Badano tetap diminati oleh banyak orang yang datang dari berbagai tempat, yang ingin mendapatkan kasiat dan keistimewaan air dari guci keramat itu.</span></span> <span style="font-size: 85%;"><span style="font-weight: bold;"><br />
<br />
<br />
24. Masjid Balai Gadang Nan Duo</span></span><br />
<br />
<a href="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAs42L_A61I/AAAAAAAADCg/o3fw8pgY0h4/s1600/Masjid+Balai+Gadang+nan+Duo.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479535875207523154" src="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAs42L_A61I/AAAAAAAADCg/o3fw8pgY0h4/s320/Masjid+Balai+Gadang+nan+Duo.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 320px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 295px;" /></a><span style="font-size: 85%;">Masjid ini berlokasi di Kelurahan Blai Nan Duo, Kecamatan Payakumbuh.</span> <span style="font-size: 85%;"><span lang="SV" style="font-family: Georgia;">Masjid ini populer dikalangan masyarakat dengan nama masjid Gadang Balai Nan Douo. Hal ini cukup beralasan karena dahulu masjid ini berlokasi ditengah-tengah negeri berdekatan dengan Balai Adat Negari “Balai Nan Duo”. </span><span lang="FI" style="font-family: Georgia;">Masjid ini dibangun pertamakali pada tahun 1850 M, pada masaa pemerintahan Sultan Chedoh dari Suku Koto. Panitia pembangunan pada saat itu disebut Tukang Nagari Nan Tigo baleh dan dipimpin oleh 3 orang penghulu, yaitu : Datuk Kuning Suku Kampai dari Parit Ratang, Datuk Pangkai Sinaro, Suku Piliang dari Payolansek dan Datuk Siri Dirajo, Suku Melayu Daru Payolansek. Lahan bangunan masjid ialah menempati taah wakaf dari kaum suku Bodi dan suku Simabur. </span><span style="font-family: Georgia;">Bangunan atap bersusun tiga menyerupai pyramid, dan berbahan dasar kayu dan atap adun Kelap.Pemugaran atap juga dilakukan dengan mengubah bentuk atap menjadi Bagonjong dan berjendela. Ukuran masjid menjadi 20 x 20 M, Jumlah tiang sebanyak 48 buah dan terbuat dari bahan kayu Juar, Lantai terbuat dari papan yang mempunyai ketinggian 1,2 M dari tanah. Masjid ini berbentuk panggung dan mempunyai satu pintu keluar masuk jamaah.</span><span lang="FI" style="font-family: Georgia;"></span></span><span style="font-size: 85%;"><span style="font-weight: bold;"><br />
<br />
<br />
25. Masjid Bingkudu<br />
</span><span style="font-family: Georgia;">Masjid Bingkudu terletak di Dusun/Kampung Tigasuro, Desa Lima Suku Sawah, Kecamatan Empat Angkat Cadung, Kabupaten <span> </span>Agam, Provinsi Sumatera Barat. Bangunan masjid terletak pada ketinggian 1.050 m di atas permukaan laut. Pada tahun 1957 dilakukan penggantian atap ijuk dengan atap seng oleh masyarakat setempat. Pada tahun anggaran 1991/1992 dilakukan pemugaran oleh Proyek Pelestarian dan Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sumatera Barat dengan jenis pekerjaan pembongkaran dan pemasangan kembali atap, plafon rangka atap, jendela, menara dan tangga menara. Kemudian pemugaran satu buah makam dan tempat wudlu, mimbar, mihrab, kolam, pemasangan penangkal petir pada menara, penataan lingkungan, pengecatan, serta pembuatan pintu gerbang. Masjid Bingkudu diperkirakan berdiri pada tahun 1823 diprakarsai oleh Inyik Lareh Candung gelar Inyik Basa (H Salam). Pendirian masjid merupakan hasil kesepakatan dari empat delegasi yang mewakili daerah sekitar Bingkudu, juga merupakan masjid yang tertua dan terbesar di daerah Bingkudu. Bangunan Masjid Bingkudu terletak di atas sebidang tanah yang lebih rendah dari sekitarnya berukuran 60 x 60 m, berdenah bujur sangkar dengan ukuran bangunan 21 x 21 m dan bangunan masjid aslinya berbahan kayu dan atap ijuk. Bangunan berbentuk panggung menggunakan konstruksi atap susun tiga. Tinggi keseluruhan dari permukaan tanah +- 19 m dan mempunyai kolong setinggi +- 1,50 m. Pintu masuk terletak di sebelah timur. Ruang utama Bangunan utama masjid berdenah bujur sangkar berukuran 21 x 21 m terbuat dari kayu (tiang) dan papan (dinding, lantai), beratap susun tiga dari ijuk. Bangunan berbentuk panggung dengan tinggi kolong 1,50 m dan tinggi bangunan sampai puncak 19 m. Di bagian depan terdapat teras yang menghubungkan dengan bangunan menara.</span></span></div><br />
<br />
<div style="text-align: justify;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAs6QUwwdwI/AAAAAAAADCo/E1jHklJRT2U/s1600/Masjid+Raya+Bingkudu.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479537423751870210" src="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAs6QUwwdwI/AAAAAAAADCo/E1jHklJRT2U/s320/Masjid+Raya+Bingkudu.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 320px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 269px;" /></a><span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: Georgia;"><br />
Di dalam teras juga terdapat sebuah bedug berukuran panjang 3,10 m, diameter 60 cm, terbuat dari pohon kelapa. Mihrab masjid terdapat di sebelah barat menjorok keluar dari bangunan utama. </span>Mimbar masjid tidak terdapat di dalamnya, tetapi terletak di depannya. Mimbar terbuat dari ukiran kayu dengan hiasan warna keemasan dibuat tahun 1906, berbentuk huruf 'L.' Memiliki tangga naik menghadap ke depan dan tangga turun mengarah kesamping. Pada bagian kiri dan kanan tangga tersebut terdapat pipi tangga berukir dengan motif sulur-suluran. Pada mahkota mimbar terukir kaligrafi, dan pada bagian atas juga ditemukan tulisan angka 1316 H (1906 M).Pintu masuk ruang utama terdapat di sebelah timur. Di dalamnya terdapat 53 buah tiang berdiameter antara 30-40 cm dengan bentuk segi duabelas dan enambelas, juga terdapat sebuah tiang sebagai tonggak macu yang terdapat di tengah-tengah berbentuk segi enambelas berdiameter 75 cm. Di dalam masjid terdapat sebuah lampu gantung kuno dan beberapa buah lampu dinding kuno yang terpasang pada tiang-tiang masjid. Hiasan ukiran terdapat pada tiang-tiang bagian atas dan pada balok pengikat antara satu tiang dengan tiang lainnya merupakan kekhasan Masjid Bingkudu. Menara Masjid Bingkudu berdiri pada tahun 1957, terletak di depan bangunan utama yang berbentuk segi delapan dengan atap kubah. Tinggi menara 11 m dan memiliki 21 anak tangga yang memutar ke arah kiri mengelilingi tiang utama yang terdapat di tengah-tengah. Menara tersebut merupakan menara pengganti (baru) yang sebelumnya terdapat terpisah di sebelah utara bangunan utama. Sedangkan menara lama dahulunya memiliki 100 anak tangga, karena tersambar petir, bangunan menara dipotong dan dinamai menara bulat dan difungsikan sebagai rumah garin dan tempat musyawarah tokoh masyarakat sekitarnya.<span lang="SV" style="font-family: Georgia;"> Tempat wudlu terdapat di selatan masjid berbentuk segi panjang dan tertutup. Selain itu, di sebelah selatan dan barat terdapat kolam. Sebuah makam yang terdapat di kompleks masjid adalah makam seorang ulama yang berpengaruh di daerah ini yaitu Syekh Ahmad Taher meninggal pada tanggal 13 Juli 1962.</span><span lang="SV" style="font-family: Georgia;"></span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-weight: bold;">Sumber Narasi</span> : dari wikimapia.com dan Kamus Minangkabau (2006)</span></div>Sumber : http://ulama-minang.blogspot.com/Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16754424138069059620noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9065781408641631635.post-71624619109798535802012-09-12T21:41:00.000+07:002012-09-12T21:41:23.870+07:00Masjid Tua dan Bersejarah di Minangkabau : Bagian 2<span style="font-size: 85%;">Hak Cipta : Tim Labor Sejarah FIBA-Adab IAIN Padang<br />
Diedit oleh : Muhammad Ilham</span><br />
<br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-weight: bold;">11. Masjid Tuo Kayu Jao</span></span><br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAs-U3DCuMI/AAAAAAAADDg/NtfVNL-G%20Mo/s1600/4.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479541899721357506" src="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAs-U3DCuMI/AAAAAAAADDg/NtfVNL-GjMo/s320/4.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 218px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><a href="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAs-Uv3dQkI/AAAAAAAADDY/QovMGVmWVjw/s1600/1.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479541897793716802" src="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAs-Uv3dQkI/AAAAAAAADDY/QovMGVmWVjw/s320/1.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 218px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><a href="http://4.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAs-UcL99UI/AAAAAAAADDQ/NcmToh74CVg/s1600/2.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479541892511036738" src="http://4.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAs-UcL99UI/AAAAAAAADDQ/NcmToh74CVg/s320/2.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 218px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><br />
<span style="font-size: 85%;">Agama Islam di Kabupaten Solok, Sumatra Barat, telah berkembang sejak abad ke-16. Fakta sejarah ini dibuktikan dengan berdirinya Masjid Tuo Kayu Jao, berusia 400 tahun. Meski bangunan bergaya Masjid Demak, Banten, ini sempat dipugar tapi sebagian besar bangunan masjid masih asli.</span></div><br />
<br />
<a href="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAs85li19kI/AAAAAAAADDA/cug19Bby3dQ/s1600/3.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479540331654805058" src="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAs85li19kI/AAAAAAAADDA/cug19Bby3dQ/s320/3.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 320px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 275px;" /></a><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 85%;"><span lang="SV" style="font-family: Georgia;">Atap masjid ini terbuat dari ijuk, ciri khas atap rumah adat Minang. Tiang penyangga masjid berjumlah 27 buah, melambangkan jumlah suku dan golongan yang ikut mendirikan masjid ini. Selain itu terdapat sebuah mihrab yang masih utuh dan bedug yang diperkirakan berusia sama dengan masjid. <span> </span>Hingga saat ini Masjid Tuo Kayu Jao masih menjadi tempat beribadah warga setempat. Pemerintah Provinsi Sumbar telah menetapkan masjid ini sebagai cagar budaya, bukti sejarah penyebaran agama Islam di Solok</span></span>.</div><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-weight: bold;">12. Masjid Buah Pauh Kubang Putih<br />
<br />
</span></span><a href="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAs-0bd69EI/AAAAAAAADDo/zVOMWtQ6DQA/s1600/Masjid+Kubang+putih+1.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479542442073715778" src="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAs-0bd69EI/AAAAAAAADDo/zVOMWtQ6DQA/s320/Masjid+Kubang+putih+1.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 225px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><span style="font-size: 85%;"><span style="font-weight: bold;"><br />
</span></span><a href="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAs-02kcA8I/AAAAAAAADDw/VwP6wKhQRpc/s1600/Masjid+Kubang+putih+2.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479542449348805570" src="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAs-02kcA8I/AAAAAAAADDw/VwP6wKhQRpc/s320/Masjid+Kubang+putih+2.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 219px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-weight: bold;">13. Masjid Limo Kaum<br />
</span></span><a href="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtABrFOa7I/AAAAAAAADEI/WNyst9FRH18/s1600/3.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479543769115028402" src="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtABrFOa7I/AAAAAAAADEI/WNyst9FRH18/s320/3.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 306px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><a href="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtACTnPKcI/AAAAAAAADEY/cFOaODfWfn8/s1600/5.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479543779995101634" src="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtACTnPKcI/AAAAAAAADEY/cFOaODfWfn8/s320/5.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 240px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><a href="http://4.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtACMoW45I/AAAAAAAADEQ/5mzpyRcqQZg/s1600/4.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479543778120754066" src="http://4.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtACMoW45I/AAAAAAAADEQ/5mzpyRcqQZg/s320/4.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 240px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><a href="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtABcqwfMI/AAAAAAAADEA/eomXYyTVoNE/s1600/2.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479543765245918402" src="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtABcqwfMI/AAAAAAAADEA/eomXYyTVoNE/s320/2.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 254px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-weight: bold;">14. Masjid Pincuran Gadang</span></span><span style="font-family: ";"><br />
<br />
</span><a href="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtBg7N5JRI/AAAAAAAADEg/sqDr3Rmn3b4/s1600/Untitled-2+copyb.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479545405533922578" src="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtBg7N5JRI/AAAAAAAADEg/sqDr3Rmn3b4/s320/Untitled-2+copyb.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 261px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: ";"><span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: georgia;">Terdapat </span></span></span><span style="font-family: ";"><span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: georgia;">di Matur Hilir</span></span></span><span style="font-family: ";"><span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: georgia;">, persisnya terletak di Pincuran Gadang. Disinilah kitab mulai dikembang, ajaran Islam mulai difatwakan keseluruh anak negeri disekitar penghujung abad ke XVII oleh beliau Tuanku Abdul Hamid.</span></span></span> </div><span style="font-size: 85%;"><span style="font-weight: bold;"><br />
</span></span><span style="font-size: 85%;"><span style="font-weight: bold;">15. Masjid Raja Siguntur</span></span><span lang="SV" style="font-family: Georgia;"><br />
</span><span style="font-family: ";"><br />
</span><a href="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtCO96KIdI/AAAAAAAADEo/JSQkJi3isgU/s1600/masjid+siguntur.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479546196530438610" src="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtCO96KIdI/AAAAAAAADEo/JSQkJi3isgU/s320/masjid+siguntur.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 282px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 85%;"><span lang="SV" style="font-family: Georgia;">Terletak di Dusun Ranah, Desa Siguntur, Kecamatan Sitiung, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat. Bangunan masjid berada dalam satu kompleks dengan makam Raja-raja Siguntur dan rumah adat Siguntur. Di sebelah barat masjid mengalir Sungai Batanghari yang terkenal dengan peninggalan purbakala di sepanjang alirannya. Masjid Siguntur berdiri di atas tanah berukuran 21,7 x 19 m. Bangunan berdenah persegi panjang berdinding batu kali di semen, atap susun tiga dari seng. Masjid dikelilingi pagar beton di bagian depan dan pagar kawat duri di bagian samping dan belakang. Pintu masuk halaman terdapat di bagian timur terbuat dari besi, sedangkan pintu masuk masjid hanya satu buah terdapat di sisi timur. Ruang utama masjid berukuran 15 x 10 m, berdinding batu kali setebal 40 cm diplester semen. Lantai yang semula berkolong dan terbuat dari papan kayu, sekarang telah diurug dan disemen tanpa kolong. Masuk ruang utama melalui sebuah pintu di sisi timur berukuran 12,5 x 1 m terbuat dari kayu yang berwarna krem. Pintu tersebut mempunyai dua daun dan berbentuk jalusi, masing-masing berukuran 2,15 x 0,50 m.<br />
<br />
Dalam ruang masjid juga terdapat delapan buah jendela berdaun dua terbuat dari kayu berwarna krem, berukuran 1,75 x 0,75 m. Setiap daun jendela berukuran 1,75 x 0,37 m. Bangunan masjid mempunyai lima tiang utama (sokoguru) berdiameter 0,40 m dan tinggi 7,85 m dari kayu ulin. Sedangkan tiang pembantu berjumlah 12 buah dengan bentuk berbagai segi setinggi 5 m. Selain itu, bangunan masih ditunjang oleh tiang semu (pilaster) berjumlah 12 buah dengan masing-masing sisi 3 buah yang berfungsi sebagai penahan beban atap. Bangunan mihrab menjorok keluar di sisi barat berukuran 1,22 x 2 m, terbagi dua dengan mimbar di sebelah kanan. Mimbar masjid Siguntur sekarang sudah tidak dimanfaatkan lagi karena dalam masjid ini tidak diselenggarakan sholat Jumat. Tempat wudlu (bangunan baru) terdapat di sebelah utara masjid berukuran 7 x 3 m yang terbagi dalam tiga ruangan. Bangunan terbuat dari batu semen. Dalam kompleks Masjid Siguntur terdapat makam Raja-raja Siguntur yang terdapat di sebelah utara bangunan masjid. Kompleks makam berdenah segi lima dengan ukuran panjang yang berbeda. Makam dibuat sangat sederhana, hanya ditandai dengan nisan dan jirat dari bata dan batu. Dari sekian banyak makam hanya enam makam yang diketahui, yaitu makam Sri Maharaja Diraja Ibnu bergelar Sultan Muhammad Syah bin Sora, Sultan Abdul Jalil bin Sultan Muhammad Syah Tuangku Bagindo Ratu II, Sultan Abdul Kadire Tuangku Bagindo Ratu III, Sultan Amirudin Tuangku Bagindo Ratu IV, Sultan Ali A. Tuangku Bagindo V dan Sultan Abu Bakar Tuangku Bagindo Ratu VI.</span></span> <span style="font-size: 85%;"><br />
</span></div><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-weight: bold;">16. Masjid Rao-Rao</span></span><span style="font-family: Georgia;"><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"></span></span><span style="font-size: 85%;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Georgia;"></span></span></span><span lang="SV" style="font-family: Georgia;"><br />
</span><a href="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtEjw2dQKI/AAAAAAAADEw/V9ZMJYMBCIw/s1600/1.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479548752825761954" src="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtEjw2dQKI/AAAAAAAADEw/V9ZMJYMBCIw/s320/1.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 240px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><span lang="SV" style="font-family: Georgia;"><br />
</span><a href="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtEkQLL4tI/AAAAAAAADFA/tkObkB43ogI/s1600/3.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479548761234203346" src="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtEkQLL4tI/AAAAAAAADFA/tkObkB43ogI/s320/3.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 240px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><a href="http://4.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtEk0IfOPI/AAAAAAAADFQ/PFTw16O8bhw/s1600/5.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479548770886564082" src="http://4.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtEk0IfOPI/AAAAAAAADFQ/PFTw16O8bhw/s320/5.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 240px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><a href="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtEko-fJxI/AAAAAAAADFI/0LkHFh2qcBY/s1600/4.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479548767891826450" src="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtEko-fJxI/AAAAAAAADFI/0LkHFh2qcBY/s320/4.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 240px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><a href="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtEkAfRHPI/AAAAAAAADE4/x-ehcJhKeqQ/s1600/2.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479548757023464690" src="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtEkAfRHPI/AAAAAAAADE4/x-ehcJhKeqQ/s320/2.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 240px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><span style="font-family: Georgia;"><span style="font-size: 85%;"><br />
</span></span><span style="font-family: Georgia;"><span style="font-size: 85%;">Mesjid ini berlokasi sekitar 5 km dari Batu Sangkar Kabupaten Tanah Datar ke arah Baso Kabupaten Agam. Diperkirakan </span></span><span style="font-size: 85%;"><span class="insertedphoto"><span style="font-family: Georgia;">dibangun pada tahun 1913. </span></span></span><br />
<br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-weight: bold;">17. Masjid Jami' Batang Piaman, Pariaman</span></span><br />
<br />
<br />
<a href="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtIlJ-1p6I/AAAAAAAADFY/0l0aTu7u9Uo/s1600/MasjidrayaBatangPiaman.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479553174798182306" src="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtIlJ-1p6I/AAAAAAAADFY/0l0aTu7u9Uo/s320/MasjidrayaBatangPiaman.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 320px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 220px;" /></a><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-weight: bold;">18. Masjid Raya Gantiang</span></span><span style="font-family: Georgia;"><br />
<span style="font-size: 85%;"></span></span><span style="font-family: Georgia;"> </span><br />
<br />
<a href="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtJWuoSvVI/AAAAAAAADFg/pn4_T1_yuRQ/s1600/Msjd+Ganting1.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479554026449321298" src="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtJWuoSvVI/AAAAAAAADFg/pn4_T1_yuRQ/s320/Msjd+Ganting1.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 211px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><span style="font-family: Georgia;"><span style="font-size: 85%;"><br />
Masjid Raya Gantiang berlokasi di jalan Gantiang Kecamatan Padang Timur Kota Padang, mulai dibangun pada 1805 atas prakarsa tiga tokoh masyarakat kota Padang yakni Angku Gapuak, Syekh Haji Uma, dan Syekh Kapalo Koto dan selesai pada 1810. </span></span><span style="font-size: 85%;"><span lang="SV" style="font-family: Georgia;">Bangunan Utama Mesjid memiliki luas 30 X 30 meter dengan baranda berukuran 4 meter di sekeliling mesjid. Di dalamnya terdapat 25 tiang segi enam berdiameter 50 cm. Masing-masing tiang terpasang kaligrafi nama nabi dan rasul. Mulai dari Adam hingga Muhammad. Mesjid Raya Gentiang memiliki 8 pintu masuk dan 8 jendela. Delapan pintu masuk konon berarti ajakan untuk sholat di Mesjid dengan niat masuk pintu sorga yang jumlahnya delapan. Dalam perjalanan sejarah Kota Padang, masjid banyak memberikan andil. Pada tahun 1918 Para Ulama Sumatera Barat pernah menjadikan mesjid raya Gantiang sebagai tempat musyawarah pertama untuk pengembangan agama Islam dan segala sesuatu yang berkenaan dengan kehidupan agama di Minangkabau. Pada zaman proklamasi dan revolusi 1945 Mesjid Raya Gantiang sering. dijadikan lokasi rapat pemuda pejuang. </span></span><span style="font-size: 85%;"><span style="font-size: 85%;"></span></span><span style="font-size: 85%;"><span lang="SV" style="font-family: Georgia;"><br />
<br />
</span></span><span style="font-size: 85%;"><span style="font-weight: bold;">19. Masjid Raya Pakandangan Pelok</span></span><span style="font-size: 85%;"><br />
<br />
Terletak di Nagari Pakandangan Kabupaten Padang Pariaman. Masjid yang sekarang dijadikan sebagai masjid nagari ini diperkirakan didirikan pada tahun 1865. </span><br />
<div class="MsoNormal"> <span style="font-size: 85%;"><span lang="SV" style="font-family: Georgia;"><br />
</span></span></div><span style="font-size: 85%;"><span style="font-weight: bold;"><br />
</span><span></span><span style="font-weight: bold;"><br />
</span></span> <div class="MsoNormal"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtKmXnZgKI/AAAAAAAADFo/RIv1ftvJaHE/s1600/Masjid+Pakandangan+pelok.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479555394661089442" src="http://4.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtKmXnZgKI/AAAAAAAADFo/RIv1ftvJaHE/s320/Masjid+Pakandangan+pelok.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 221px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a></div><br />
Sumber : http://ulama-minang.blogspot.com/Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16754424138069059620noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9065781408641631635.post-65563789981605129812012-09-12T21:40:00.002+07:002012-09-12T21:40:43.475+07:00Masjid Tua dan Bersejarah di Minangkabau : Bagian 1<span style="font-size: 85%;">Editor : Muhammad Ilham<span style="font-family: Georgia; font-size: 85%;"><br />
</span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479573062361125698" src="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtaqw7Vk0I/AAAAAAAADHg/ISBTT95IoKE/s320/1.jpg" style="float: left; height: 85px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 80px;" /><span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: Georgia;">Masjid-masjid di Minangkabau tidak jauh berbeda dengan mesjid-mesjid kuno di Indonesia, yang membedakan dengan mesjid luar Minangkabau adalah makna-makna dibalik simbol-simbol budaya yang diapresiasikan dalam bentuk arsitektur mesjid. Keberlanjutan budaya pra Islam sangat kental dilihat terhadap mesjid-mesjid kuno di Minangkabau. Material kultur pra Islam telah menjadi <i>living monument </i>(monument yang masih difungsikan) dalam kehidupan masyarakat Minangkabau karena budaya pra Islam tidak ditinggalkan tetapi diramu sedemikian rupa sehingga menghasilkan arsitektur yang mengagumkan. Menurut Sudarman (2006 & 2009), </span><b><span style="font-family: Georgia;"></span></b><span> </span>mesjid-mesjid kuno di Minangkabau memiliki arsitektur yang unik, setidak-tidaknya pengaruh arsitektur tradisional memiliki peran yang sangat signifikan dalam menentukan arak arsitektur mesjid. Ada dua tipe mesjid di Minangkabau : </span><span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: Georgia;">Mesjid yang arsitekturnya dipengaruhi oleh adat Bodi Chaniago yang lebih demokratis dari pada Koto Piliang, statement adat Bodi Caniago ”<i>membasuik dari bumi” </i><span> </span>dalam musyawarah kaum, kata akhir berada di kemanakan, <span> </span>suara rakyat yang paling menentukan. </span></span><span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: Georgia;"></span></span> <span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: Georgia;">Tipe Koto Piliang, arsitektur mesjidnya mengkombinasikan dengan arsitektur bagonjong sebagai khas arsitektur Rumah Gadang di Minangkabau. Dari segi bentuk pemerintahan, Koto Piliang bersifat aristokrasi yang disebut “ <i>titiek dari ateh”, </i>untuk mengambil suatu kesimpulan, kata putus atau kata akhir berada di tangan kepala suku atau penghulu. </span></span><span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: Georgia;"><br />
<br />
Seluruh mesjid kuno selalu bertumpang 3 sampai 5, semakin keatas semakin kecil sedangkan tingkatan yang paling atas berbentuk limas, jumlah atap tumpang selalu ganjil merupakan pengaruh Hindu, karena sebelum islam atap tumpang dipakai untuk kuil, bangunan suci agama Hindu. Atap tunpang sampai sekarang masih lazim dipakai di Bali, namanya meru, dan digunakan khusus mengatapi bangunan-bangunan suci di dalam pura. Pada relief-relief candi Jawa Timur juga terdapat atap tumpang, mungkin sekali untuk candi atau bangunan suci lainnya. </span></span><span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: Georgia;">Meskipun atap tumpang untuk candi tidak ada sisa-sisanya yang menjadi bukti (atap candi terbuat dari batu), namun dugaan kuat dapat diperoleh<span> </span>dari beberapa vandi, contohnya adalah candi Bayalagu (dekat Tulung Agung) bekas-bekas<span> </span>dari tubuh candi serta atapnya tidak ditemukan, tetapi lantainya dikelilingi arca induk terdapat sejumlah <i>umpuk </i>(batu pengalas tiang), maka tentunya candi in terbuat dari bahan-bahan kayu atau bamboo. Pada candi induk dari kelompok penataran tidak beratap batu melainkan beratap tumpang. Hanya tubuh candinya dibuat dari batu, sehingga atapnya berdiri diatas dinding-dinding bagian candi tersebut.</span></span><span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: Georgia;"><br />
<br />
Cikal bakal mesjid lima kaum berupa surau batu, tidak beratap dulunya dipergunakan tempat ibadah agama Hindu, kemudian di pindahkan ketempat bekas kuil di daerah Lima Kaum. Itu artinya pengaruh Hindu terhadap arsitektur mesjid memiliki peran signifikan. Karena memang arsitektur mesjid diambil dari arsitektur bangunan suci<span> </span>agama Hindu dan Budha. Pengaruh Hindu juga tercermin pada tiang macu dan tiang yang mengelilinginya, konsep mandala yang dipergunakan oleh agama hindu dalam membangun rumah ibadah, dunia atas dan dunia bawah merupakan symbol yang terdapat pada tiang macu dan tiang-tiang yang mengelilinginya. Secara kasar kebudayaan Indonesia bisa dibagi kepada tiga bagian, Pertama Kebudayaan Jawa agraris yang kehinduan. Kedua, kebudayaan Melayu ladang kelautan yang keislaman, ketiga kebudayaan Indonesia Timur ladang-kelautan yang kekristenan. Minangkabau termasuk dalam kebudayaan Melayu ladang-kelautan yang ke Islaman, itu artinya Islam telah menjadi warna tersendiri dalam kehidupan Minangkabau. Pergumulan Islam dengan kepercayaan dan adat istiadat setempat pada mulanya tidak mengalami pertentangan karena Islam masuk ke sel-sel inti kebudayaan Minangkabau. Pengaruh adat Minangkabau terhadap mesjid Kuno<span> </span>terlihat juga pada ornamen mesjid Raya Bingkudu yang beragam hias flora (tumbuh-tumbuhan). Mayoritas ragam hias Minangkabau mengambil bentuk-bentuk flora dan fauna. Ini mengisyaratkan bahwa kehidupan masyarakat Minangkabau sangat tergantung kepada alam yang berupa binatang dan tumbuh-tumbuhan. Bahkan dalam pepatah Minangkabau tercantum, ”<i>Alam Takambang Jadi Guru”</i>. <br />
<br />
Setiap ragam hias mengandung<span> </span>makna yang dalam dan melambangkan corak perilaku manusia. Lambang adalah pernyataan lahir dalam alam pikiran yang religious-magis. Semua lambang tak lepas dari masalah religi. Oleh<span> </span>karena itu, permulaan perkembangan lambang ada sangkut pautnya dengan bentuk-bentuk kepercayaan. Kemudian perubahan terjadi dan tingkat pemikiran bertambah maju. Lambang yang hanya menjadi wujud penyembahan berubah menjadi benda-benda kesenangan dan dikembangkan menjadi hasil karya seni. Salah satu contoh ragam hias yang ada di mesjid Raya Bingkudu adalah motif <i>Lumuik Anyuik</i> . Lumut jenis tumbuhan yang hidup di air dan biasa bergantung pada benda lain seperti batu atau batang kayu. Apabila lumut ini lepas dari tempat ia bergantung maka ia akan hanyut dibawa arus air yang mengalir. Motif ukiran <i>lumuik anyuik </i><span> </span>ini menggambarkan kehidupan seseorang yang tidak disukai oleh masyarakat lingkungannya yang biasanya dikiaskan pada orang yang durhaka, melanggar norma hukum, berbuat salah sehingga dikucilkan oleh masyarakat. Tidak ada yang mau menolongnya. Motif ini merupakan peringatan kepada masyarakat untuk tidak berbuat yang bertentangan dengan norma yang berlaku. <span> </span>Pengertian lain dari motif ini adalah orang yang mudah menyesuaikan diri di mana mereka berada. Tetapi pengertian ini memberikan kesan negative yaitu orang yang tidak punya pendirian. Orang yang mudah menyesuaikan diri dengan tidak punya pendirian akan mudah dipengaruhi oleh orang lain dan menjadi permainan orang lain. Dibawah ini, diposting beberapa foto Masjid/Surau historis di Minangkabau, beberapa diantaranya menjadi "bahagian signifikan" dari perjalanan sejarah pemikiran Islam di Minangkabau. </span></span> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;"></span></span><br />
</div><span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;"></span></span></div><span style="font-size: 85%; font-weight: bold;">1. Masjid Sa'adah</span><br />
<br />
<a href="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtM7EY7P0I/AAAAAAAADF4/NCV6nV8EFBc/s1600/2.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479557949300621122" src="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtM7EY7P0I/AAAAAAAADF4/NCV6nV8EFBc/s320/2.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 320px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 306px;" /></a><a href="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtM6m-T1YI/AAAAAAAADFw/cE8uoaoxrKA/s1600/1.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479557941404358018" src="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtM6m-T1YI/AAAAAAAADFw/cE8uoaoxrKA/s320/1.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 240px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><br />
<br />
<span style="font-size: 85%; font-weight: bold;">2. Masjid Tuanku Pamansiangan<br />
<br />
</span><a href="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtNRk6PIDI/AAAAAAAADGI/q1_GpchgtEM/s1600/masjid+tuanku+pamansiangan1.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479558335987392562" src="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtNRk6PIDI/AAAAAAAADGI/q1_GpchgtEM/s320/masjid+tuanku+pamansiangan1.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 320px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 286px;" /></a><a href="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtNQ-tlsVI/AAAAAAAADGA/VtWWTBzpFDY/s1600/91-MasjidPamansiangan.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479558325733798226" src="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtNQ-tlsVI/AAAAAAAADGA/VtWWTBzpFDY/s320/91-MasjidPamansiangan.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 320px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 230px;" /></a><br />
<br />
<br />
<span style="font-size: 85%; font-weight: bold;">3. Masjid Taluak<br />
<br />
</span><a href="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtNmgWOFWI/AAAAAAAADGQ/-N-mzq2EhVE/s1600/Masjid+tua+taluak.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479558695539840354" src="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtNmgWOFWI/AAAAAAAADGQ/-N-mzq2EhVE/s320/Masjid+tua+taluak.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 262px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><br />
<br />
<span style="font-size: 85%; font-weight: bold;">4. Masjid Tuo Koto Baru<br />
<br />
</span><a href="http://4.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtN34k_KNI/AAAAAAAADGY/bmemgLxqPfo/s1600/Masjid+Kotobaru+surabayo.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479558994102003922" src="http://4.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtN34k_KNI/AAAAAAAADGY/bmemgLxqPfo/s320/Masjid+Kotobaru+surabayo.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 220px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><br />
<br />
<br />
<span style="font-size: 85%; font-weight: bold;">5. Surau Atap Ijuk Sicincin<br />
</span><br />
<a href="http://4.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtOL0Z7u_I/AAAAAAAADGg/ufFpVDwYzIg/s1600/Surau+Ijuk+Sicincin.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479559336579283954" src="http://4.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtOL0Z7u_I/AAAAAAAADGg/ufFpVDwYzIg/s320/Surau+Ijuk+Sicincin.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 222px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><span style="font-size: 85%; font-weight: bold;"><br />
<br />
6. Surau Gadang Bintungan</span><span lang="IN" style="font-family: Georgia;"><br />
</span><span style="font-size: 85%; font-weight: bold;"><br />
</span><a href="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtQlnaD3eI/AAAAAAAADGo/Qt2UrhdlWtg/s1600/Surau+Bintungan+Tinggi.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479561978790010338" src="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtQlnaD3eI/AAAAAAAADGo/Qt2UrhdlWtg/s320/Surau+Bintungan+Tinggi.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 320px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 318px;" /></a><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 85%;"><span lang="IN" style="font-family: Georgia;">Bintungan Tinggi, sebuah daerah yang terletak di Nagari Padang Bintungan Kecamatan Nan Sabaris Kabupaten Padang Pariaman. Berbicara tentang keadaan geografis Bintungan Tinggi, maka kita tidak akan terlepas dari bahasan daerah Pariaman, karena memang Bintungan Tinggi adalah satu unit kecil daerah Pariaman. Seperti halnya muslim tradisional lain, maka masyarakat Bintungan Tinggi dalam ajarannya merupakan warisan dari Ulakan. Sebagaimana yang telah disebutkan oleh para Ahli, bahwa Ulakan sangat taat mengikuti mazhab Syafi’i, hal ini tercermin dari setiap amalan ibadah yang selalu berlandaskan konsep yurisprudensi Syafi’iyah. Begitupun dengan kitab-kitab yang diajarkan, merupakan referensi wajib mengunakan referensi dari ulama-ulama Syafi’iyyah. Surau Bintungan Tinggi sebagai sebuah lembaga intelektual Islam yang berpengaruh besar pada paruh abad ke-19 ini didirikan oleh seorang ‘alim besar, ulama yang kharismatik yaitu Syekh Abdurrahman atau yang lebih dikenal dengan Syekh Bintungan Tinggi. Sebagai seorang ulama berpengaruh, riwayat hidup beliau selalu diteladani pengikutnya, sebagai seorang guru sedangkan bagi kaum Muslimin umumnya, sebagai seorang ulama besar. Syekh Abdurrahman adalah anak kandung dari Syekh Ibnu Muttaqin dan ibu beliau bernama Pik Mande bersuku sikumbang asal Ganting Sungai Asam di Sicincin. Beliau lahir pada tahun 1243 H/ 1827 M dan berpulang ke <i>rahmatullah</i> pada hari senin, 17 rabi’ul awwal 1342 H/ 1923 M.</span><span lang="IN" style="font-family: Georgia;"></span></span> <span style="font-size: 85%;"><br />
</span></div><span style="font-size: 85%; font-weight: bold;"><br />
</span><span style="font-size: 85%; font-weight: bold;"><br />
7. Surau Gadang Syekh Burhanuddin Ulakan<br />
<br />
</span><a href="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtQ62gdN1I/AAAAAAAADGw/qJuolVmKiEU/s1600/Surau+Gadang+Burhanuddin.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479562343620622162" src="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtQ62gdN1I/AAAAAAAADGw/qJuolVmKiEU/s320/Surau+Gadang+Burhanuddin.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 222px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><span style="font-size: 85%;"><br />
</span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 85%;">Surau Syekh Burhanuddin terletak di desa Tanjung Medan, 6 km dari makam Ulakan. Lokasi surau agak masuk ke dalam dari jalan raya melalui jalan tanah yang cukup baik. Surau terletak di atas tanah yang datar dengan halaman yang luas. Tanah lokasi surau Syekh Burhanuddin adalah tanah yang dihadiahkan oleh Raja Ulakan bergelar Mangkuto Alam kepada Idris Majolelo atas jasanya semasa Syekh Burhanuddin belajar di Aceh. Surau, semacam pesantren, ialah bangunan tempat mengaji dan belajar ilmu agama Islam. Syekh Burhanuddin seorang ulama dan mubaligh, maka Surau Syekh Burhanuddin terdiri dari dua bangunan, yaitu:</span><br />
<span style="font-size: 85%;"></span></div><span style="font-size: 85%;"><br />
</span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 85%;">1) Bangunan serambi berdenah segi empat panjang sebagai bangunan tambahan yang dibuat kemudian. Bangunan ini beratap gonjong dan berfungsi sebagai entrance hall dan keseluruhan bangunan itu terbuka. Lantainya beralaskan plesteran semen dan bukan beralaskan papan sebagai halnya rumah gadang. Bangunan berdenah segi empat bujur sangkar yang terletak di belakang serambi. Pada prinsipnya bangunan ini dengan struktur konstruksi joglo, sebagaimana masjid kuno di Jawa, di antaranya masjid Demak. Namun sesuai dengan keadaan dan kebiasaan orang Minangkabau, bangunan ini dengan struktur berkolong (loteng dan panggung). Dengan struktur bangunan joglo ini, dalam surau terdapat empat tiang utama dikelilingi dua deretan anak tiang. Pada deretan pertama berjumlah 12 tiang dan pada deretan kedua 20 anak tiang. Dengan empat tiang utama atau tiang panjang (soko guru, Jawa) di tengah dengan dua deretan anak tiang disekelilingnya, maka struktur bangunan ini dengan atap bersusun tiga, dinding ruangan melekat pada deretan anak tiang kedua ( 20 tiang). Tiang sesamanya dihubungkan dengan kayu yang disambung dengan rotan yang disimpai.</span><br />
<span style="font-size: 85%;"></span></div><span style="font-size: 85%;"><br />
</span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 85%;">2) Atap surau Syekh Burhanuddin ada persamaannya dengan beberapa surau lainnya di Minangkabau, di antaranya surau Koto Nan Ampek di Payakumbuh dan surau Lima Kaum di Tanah Datar. Masih terlihat perkembangan arsiterktur konstruksi atap tumpang dengan bentuk berpuncak dengan hiasan mahkota, sama dengan masjid Demak yang dibangun dalam abad ke-16.</span><br />
<span style="font-size: 85%;"></span></div><span style="font-size: 85%;"><br />
</span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 85%;">3) Arsitektur surau Syekh Burhanuddin masih mempunyai persamaan dengan masjid di Kota Waringin lama di Kalimantan yang dibangun sekitar abad ke-17. Masyarakat setempat mengenalnya sebagai prototip masjid Demak. Dengan perbandingan tersebut, arsitektur surau Syekh Burhanuddin pembangunannya dalam abad ke-17. Hal ini diperkuat dengan mihrab tanpa atap tersendiri sebagaimana masjid Demak. Berbeda dengan mihrab masjid lainnya di Minangkabau yang selalu dengan atap tersendiri.</span><br />
<span style="font-size: 85%;"></span></div><span style="font-size: 85%;"><br />
</span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 85%;">4) Bahan bangunan Syekh Burhanuddin seluruhnya dari kayu, baik tiang maupun konstruksi atap dan dinding. Atapnya dulu terdiri dari ijuk yang kemudian diganti dengan atap seng pada tahun 1920. Struktur bangunan surau dikerjakan dengan kayu yang sederhana tanpa pengerjaan yang sempurna menurut ukuran sekarang. Masih terlihat bentuk asli kayu dengan lengkung-lengannya. Hal ini menunjukkan, bagaimana pekerjaan bangunan masa itu. Tiang utama terdiri dari kayu seutuhnya dengan sedikit dikerja mengambil bentuk segi-8, dan hubungan antara tiang dengan kayu lainnya diikat dengan rotan tanpa paku. Artinya bangunan ini tidak mempergunakan paku kayu.</span><br />
<span style="font-size: 85%;"></span></div><span style="font-size: 85%;"><br />
</span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 85%;">5) Tiang-tiang terletak di atas sandi dari batu umpak seutuhnya yang terletak di atas tanah yang ditinggikan. Pada beberapa bagian ada perbaikan yang sifatnya mencegah kerusakan, namun masih nampak keasliannya. Bangunan surau Syekh Burhanuddin belum pernah mengalami perubahan, selain penambahan serambi.</span><br />
<span style="font-size: 85%;"></span></div><br />
<span style="font-size: 85%; font-weight: bold;"><br />
8. Surau Latiah<br />
<br />
</span><a href="http://4.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtReQOhXDI/AAAAAAAADG4/sgi2lk5e6Os/s1600/Surau+Latiah2.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479562951820139570" src="http://4.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtReQOhXDI/AAAAAAAADG4/sgi2lk5e6Os/s320/Surau+Latiah2.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 213px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><br />
<br />
<span style="font-size: 85%; font-weight: bold;">9. Surau Raja Sontang</span><span lang="SV" style="font-family: Georgia;"><br />
</span><a href="http://4.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtXejfYHMI/AAAAAAAADHY/lT7H1v23p5M/s1600/rj+sontang+surau.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479569554060876994" src="http://4.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtXejfYHMI/AAAAAAAADHY/lT7H1v23p5M/s320/rj+sontang+surau.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 215px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><br />
<br />
<span style="font-size: 85%; font-weight: bold;">10. Surau Lubuk Bauk</span><span lang="SV" style="font-family: Georgia;"><br />
</span><span style="font-size: 85%; font-weight: bold;"><br />
</span><a href="http://4.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtUgtUolXI/AAAAAAAADHQ/ieMgYGTXIFA/s1600/3.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479566292525028722" src="http://4.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtUgtUolXI/AAAAAAAADHQ/ieMgYGTXIFA/s320/3.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 240px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><a href="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtUgYsq16I/AAAAAAAADHI/BwdfDr3fBQ0/s1600/2.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479566286988695458" src="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtUgYsq16I/AAAAAAAADHI/BwdfDr3fBQ0/s320/2.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 214px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><a href="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtUgLX3lEI/AAAAAAAADHA/scFUFjBxIF4/s1600/1.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479566283411788866" src="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TAtUgLX3lEI/AAAAAAAADHA/scFUFjBxIF4/s320/1.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 265px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><br />
<span style="font-size: 85%;"><span lang="SV" style="font-family: Georgia;">Surau Lubuk Bauk didirikan di atas tanah wakaf Datuk Bandaro Panjang, seorang yang berasal dari suku Jambak, Jurai Nan Ampek Suku. Dibangun oleh masyarakat Nagari Batipuh Baruh dibawah koordinasi para ninik mamak pada tahun 1896 dan dapat diselesaikan tahun 1901. Bangunan yang bercorak Koto Piliang yang tercermin pada susunan atap dan terdapatnya bangunan menara, sarat dengan perlambang dan falsafah hidup ini memiliki peran besar dalam melahirkan santri dan ulama yang selanjutnya menjadi tokoh pengembang agama Islam di Sumatera Barat. Surau Nagari Lubuk Bauk berdiri di pinggir jalan raya Batusangkar Padang. </span><span style="font-family: Georgia;">Secara administratif terletak Desa Lubuk Bauk,Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar,Provinsi Sumatera Barat.Bangunan surau terletak lebih rendah ± 1 m dari jalan raya berbatasan dengan jalan raya Batusangkar Padang di bagian utara, kolam dan masjid di bagian timur, kolam dan rumah penduduk di bagian selatan, dan rumah penduduk di bagian barat.</span><span style="font-family: Georgia;"><br />
<br />
Surau Lubuk Bauk berdenah bujur sangkar, terbuat dari kayu surian dengan luas 154 m2 dan tinggi bangunan sampai kemuncak ± 13 m. Bangunan dikelilingi pagar besi berbentuk panggung dengan tinggi kolong 1,40 m terdiri dari tiga lantai dan satu lantai berfungsi sebagai kubah/menara yang terletak di atas atap gonjong berbentuk segi delapan. Pintu gerbang terletak di timur menghadap ke selatan (jalan raya), sedangkan pintu masuk surau terletak di timur dan naik melalui enam buah anak tangga. Di atas pintu (ambang pintu) terdapat tulisan arab Bismillahirrahmanirrahim yang dibuat dengan teknik ukir dan di belakangnya ditutup dengan bilah papan. Di depan pintu terdapat tempat mengambil air wudlu.Atap bangunan terbuat dari seng, bersusun tiga. Atap pertama dan kedua berbentuk limasan, sedangkan atap ketiga yang juga berfungsi sebagai menara memiliki bentuk gonjong di keempat sisinya. </span><span lang="SV" style="font-family: Georgia;">Pada bagian puncak, atapnya membentuk kerucut dengan bentuk susunan buah labu/bola-bola.</span><span lang="SV" style="font-family: Georgia;"><br />
<br />
Bangunan surau terdiri atas tiga lantai, yaitu lantai I, <span class="caps">II, </span>dan <span class="caps">III.</span> Denah lantai I berukuran 12 × 12 m. Lantai I merupakan ruang utama untuk sholat dan juga tempat belajar agama. Di sisi barat terdapat mihrab berukuran 4 × 2,50 m. Di ruang ini tidak terdapat mimbar. Ruang utama ini ditopang oleh 30 tiang kayu penyangga yang bertumpu di atas umpak batu sungai. Menurut keterangan masyarakat, jumlah tiang sebanyak itu sama dengan jumlah tiang rumah gadang menurut adat Minangkabau. Tiang-tiang tersebut berbentuk segi delapan dan tiang bagian tengah diberi ukiran di sebelah atas serta bagian bawahnya. Dinding dan lantai terbuat dari bilah papan, dan pada sisi utara, selatan, dan timur terdapat jendela yang diberi penutup. Di bagian luarnya terdapat ukir-ukiran berpola tanaman sulur-suluran. Ukiran diletakkan di bagian atas lengkungan-lengkungan yang menutupi kolong bangunan. </span><span lang="FI" style="font-family: Georgia;">Lantai II berukuran 10 × 7,50 m, lebih kecil dari lantai I. Untuk masuk ke lantai II melalui sebuah tangga kayu. Di dalam lantai II tiang utama (empat tonggak) juga diberi ukiran-ukiran yang berpola sama dengan tiang di lantai I. Lantai <span class="caps">III </span>berdenah bujur sangkar berukuran 3,50 × 3,50 m. Di tengah-tengah ruangan terdapat satu tiang dengan tangga melingkar untuk naik ke menara. </span><span style="font-family: Georgia;">Sedangkan bagian luar lantai <span class="caps">III </span>membentuk empat serambi dengan atap membentuk gonjong yang meman-tulkan ciri-ciri khas bangunan Minang yang menghadap ke arah empat mata angin. Dinding serambi yang menghadap luar penuh dengan ukiran yang diberi wama merah, kuning, dan hijau mengambil pola tumbuhan pakis seperti pola bias pada bangunan rumah seorang tokoh masyarakat atau pemerintahan. Di salah satu bidang hias, di setiap serambi terdapat dua ukiran bundar yang bagian tengahnya disamar oleh tumbuh-umbuhan. Ukiran tersebut mengmgatkan pada motif uang Belanda dan mahkota kerajaan. Menurut keterangan masyarakat, empat serambi melambangkan Jurai nan Ampek Suku, agama, dan lambang dan empat tokoh pemerintahan (Basa Empat Balai) kerajaan Pagarruyung. Sedangkan ukiran pakis di bagian luar serambi melambangkan kebijaksanaan, persatuan, dan kesatuan dalam nagari. </span><span lang="SV" style="font-family: Georgia;">Bangunan menara berdenah segi delapan berdinding kayu dengan jendela jendela semu yang diberi kaca di setiap sisinya. Pada bagian luar, terdapat ukiran sulur-suluran pada bagian bawah dan pada bagian atasnya terdapat hiasan dengan pola segi empat. Bagian atas menara diberi kemuncak yang terdiri dari bulatan-bulatan (labu-labu) yang makin ke atas semakin mengecil dan di akhiri oleh bagian yang runcing (gonjong).<br />
</span></span><span style="font-size: 85%;"><span style="font-weight: bold;">(c)</span> Tim Labor Sejarah FIBA-Adab IAIN Padang</span><br />
Sumber : http://ulama-minang.blogspot.com/Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16754424138069059620noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9065781408641631635.post-52667141437265091812012-09-12T21:39:00.002+07:002012-09-12T21:39:34.383+07:00Masjid Minangkabau dalam "Lanskap" Foto Zaman Kolonial Belanda<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name"><a href="http://ulama-minang.blogspot.com/2010/06/masjid-minangkabau-dalam-lanskap-foto.html"><br />
</a> </h3><div class="post-header"> </div><span style="font-size: 85%;">Editor : Muhammad Ilham<br />
</span><div style="text-align: justify;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TBxVMGPMrlI/AAAAAAAADQQ/yDvbDcNDwik/s1600/ilham3.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484352112551571026" src="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TBxVMGPMrlI/AAAAAAAADQQ/yDvbDcNDwik/s320/ilham3.jpg" style="cursor: pointer; float: left; height: 85px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 80px;" /></a><span style="font-size: 85%;">Salah satu keuntungan - untuk tidak mengatakan kelebihan - kolonial Belanda ketika menduduki Nusantara (termasuk Minangkabau) adalah arsip yang boleh dikatakan baik dan banyak, setidaknya untuk ukuran zaman itu. Sehingga tidaklah mengherankan apabila sejarah Minangkabau menjadi terselamatkan karena "kerja-kreatif" kolonial ini, mengabadikan event sejarah ataupun tinggalan-tinggalan dalam bentuk-bentuk catatan-text dan photography. Salah satu diantaranya adalah photo-photo masjid/surau Minangkabau yang eksis/memiliki fungsi sosial-kemasyarakatan pada masa-masa tahun 1900-an awal. Photo-photo ini diambil dari J. Bachir yang mendedikasikan dirinya untuk "mengupload" khazanah Minangkabau Tempoe Doeloe dalam bentuk photografy. Dari 20 photo yang diedit, hanya 11 buah photo yang diposting. Sejarah masing-masing masjid yang seharusnya dideskripsikan, masih dalam tahap identifikasi dan penelitian lebih lanjut.<br />
</span><span style="font-size: 85%;"><br />
</span><a href="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TBw9Na3B5EI/AAAAAAAADOg/Ca5S8AvYbOk/s1600/1.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484325746988147778" src="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TBw9Na3B5EI/AAAAAAAADOg/Ca5S8AvYbOk/s320/1.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 221px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><a href="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TBw9PaLW6DI/AAAAAAAADPA/Fb5Y1uuvxsc/s1600/5.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484325781164714034" src="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TBw9PaLW6DI/AAAAAAAADPA/Fb5Y1uuvxsc/s320/5.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 276px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><a href="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TBw9OsrJyvI/AAAAAAAADO4/Lx-eAMPwKNI/s1600/4.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484325768950041330" src="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TBw9OsrJyvI/AAAAAAAADO4/Lx-eAMPwKNI/s320/4.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 230px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><a href="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TBw9OZz26qI/AAAAAAAADOw/CKiNrL8HF2A/s1600/3.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484325763886279330" src="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TBw9OZz26qI/AAAAAAAADOw/CKiNrL8HF2A/s320/3.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 219px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><a href="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TBw9N0vT4FI/AAAAAAAADOo/YJGX_Ba2zM0/s1600/2.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484325753935093842" src="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TBw9N0vT4FI/AAAAAAAADOo/YJGX_Ba2zM0/s320/2.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 266px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><a href="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TBw92IwQXuI/AAAAAAAADPo/2H9Q6jhMvn0/s1600/10.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484326446502534882" src="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TBw92IwQXuI/AAAAAAAADPo/2H9Q6jhMvn0/s320/10.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 216px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><a href="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TBw91kueQvI/AAAAAAAADPg/mujgT9NUK4Q/s1600/9.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484326436831380210" src="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TBw91kueQvI/AAAAAAAADPg/mujgT9NUK4Q/s320/9.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 216px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><a href="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TBw902M3ZzI/AAAAAAAADPY/xacqtSEXK-c/s1600/8.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484326424342390578" src="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TBw902M3ZzI/AAAAAAAADPY/xacqtSEXK-c/s320/8.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 210px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><a href="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TBw90dFhbKI/AAAAAAAADPQ/2wuDBY4kkn4/s1600/7.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484326417600703650" src="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TBw90dFhbKI/AAAAAAAADPQ/2wuDBY4kkn4/s320/7.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 240px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><a href="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TBw-WSdlleI/AAAAAAAADP4/W1ODJQ_qkgk/s1600/12.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484326998864401890" src="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TBw-WSdlleI/AAAAAAAADP4/W1ODJQ_qkgk/s320/12.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 216px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><a href="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TBw-mXl3aJI/AAAAAAAADQI/IlcHwFQPDVY/s1600/11.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5484327275119208594" src="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TBw-mXl3aJI/AAAAAAAADQI/IlcHwFQPDVY/s320/11.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 216px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a></div>Sumber : http://ulama-minang.blogspot.com/Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16754424138069059620noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9065781408641631635.post-11425182403997131402012-09-12T21:38:00.002+07:002012-09-12T21:38:36.922+07:00Masjid Raya Ganting - Padang<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name"></h3><h3 class="post-title entry-title" itemprop="name"><br />
</h3><h3 class="post-title entry-title" itemprop="name"></h3><div class="post-header"> </div><span style="font-size: 85%;">Ditulis ulang : Muhammad Ilham<br />
</span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 85%;"><span style="font-weight: bold;">Sebagai salah satu kawasan yang menjadi pusat penyebaran agama Islam di tanah air, terutama di pesisir Barat Sumatera, wilayah Sumatera Barat (Sumbar) terhitung kaya dengan berbagai peninggalan sejarah Islam. </span><br />
</span><a href="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TN1M3HPu55I/AAAAAAAAEY4/gLpX2RnKMAc/s1600/images.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5538667626457130898" src="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TN1M3HPu55I/AAAAAAAAEY4/gLpX2RnKMAc/s320/images.jpg" style="cursor: pointer; float: left; height: 172px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 293px;" /></a><span style="font-size: 85%;">Selain beragam seni dan budaya Islam yang terus berkembang di daerah tersebut, sejumlah bangunan tua, seperti masjid-masjid, yang menjadi saksi perkembangan Islam di kawasan tersebut hingga kini masih dapat ditemui. Di samping Masjid Muhammadan di Pasa Batipuah, Kelurahan Pasa Gadang, Kecamatan Padang Selatan, Masjid Raya Ganting merupakan salah satu masjid tua di Kota Padang yang hingga kini masih berdiri dengan kokoh. Dibandingkan masjid Muhammadan, usia Masjid Raya Ganting jauh lebih tua. Arsitektur Masjid Ganting merupakan perpaduan dari berbagai corak arsitektur karena pengerjaannya melibatkan beragam etnis seperti Belanda, Persia, Timur Tengah, Cina, dan Minangkabau.<span class="fullpost"> Bahan-bahannya dipilih yang bermutu tinggi. Untuk bahan kayu didatangkan dari Bangkinang, Riau (kayu Ulin), Kayu Rasak dari Indrapura, Pesisir Selatan dan Kayu Kapur dari Pasaman. Sedangkan seng, ubin, semennya didatangkan dari Eropa.<br />
</span>Cikal bakal masjid ini adalah sebuah surau dari kayu yang terletak tidak di lokasi itu pada 1700-an. Surau ini dibongkar karena terkena proyek jalan ke Emmahaven (Pelabuhan Teluk Bayur) yang dibuat Kolonial Belanda. Pada 1805 tiga pimpinan setempat, masing-masing seorang ulama, saudagar, dan pimpinan kampung di Ganting memusyawarahkan pendirian masjid. Mereka meminta bantuan saudagar-saudagar di Pasar Gadang (Padang Kota Lama) dan ulama tak hanya di Sumatra Barat, tapi hingga ke Sumatera Barat dan Aceh. Bantuan datang tak hanya dalam bentuk uang, tapi juga tenaga tukang ahli dari pedalaman Sumatra Barat (Minangkabau). Selama lima tahun, masjid ini siap pada 1810 dengan bahan kayu, batu kali, bata, dengan pengikat kapur dicampur putih telur. Bangunan yang dibangun bangunan utama sekarang ini.<br />
<br />
Periode kedua pada 1900 hingga 1910 adalah periode pemasangan tegel yang didatangkan dari Belanda dengan semen, serta pembuatan bagian depan masjid yang mirip dengan benteng spanyol. Dalam pembangunan ini bantuan tenaga juga datang dari Komandan Zeni (Militer Belanda). Periode ketiga pembuatan menara kiri-kanan masjid hingga siap pada 1967. Sementara itu, etnis Cina di bawah komando Kapten Lou Chian Ko (Kapten 10) ikut mengerahkantukang-tukang Cina untuk mengerjakan atap kubah yang dibuat bersegi delapan mirip bangunan atap Vihara Cina. Begitu juga Mihrab tempat dimana Imam memimpin shalat dan menyampaikan khutbahnya juga dibuat ukuran kayu mirip ukiran Cina. Di bagian tengah masjid juga dibangun sebuah panggung segi empat dan kayu ukuran 4 yarm dan diberi ukiran Cina, tempat ini digunakan oleh bilal untuk mengulang aba-aba Imam sewaktu shalat berlangsung. Waktu itu, pengeras suara dan listrik belum dikenal. Hanya sayang kedua bangunan itu tahun 1974 dibongkar oleh pengurus masjid yang bertugas pada saat itu. Pada tahun 1803- 1819, ketika gerakan Ulama Padri mulai bangkit di Minangkabau, maka para ulama Padri juga mengambil peranan dalam pembangunan Masjid Raya Ganting kala itu. Peranan itu diberikan dalam bentuk pengiriman beberapa tukang ahli ukiran Minangkabau yang akan dibuatkan pada papan les plang atap masjid tersebut.<br />
<br />
Pada tahun 1833 terjadi gempa bumi di Padang dan menimbulkan gelombang tsunami yang merambah sebagian besar Kota Padang. Masjid Raya Ganting termasuk bangunan yang selamat dan hantaman gelombang tsunami, Namun lantai batu Mesjid terpaksa diganti dengan lantai campuran kapur kulit kerang dan batu apung. Kini, masjid tua yang eksotis ini terdiri atas dua bagian besar yakni bagian luar dan bagian dalam. Bagian luar Mesjid digunakan sebagai pelataran parkir, taman, perpustakaan masjid, ruangan wudhu, beduk, dan kamar tamir. Sementara, bagian dalam masjid berupa ruang lepas tempat shalat, mihrab di bagian barat sekaligus sebagai penentu arah kiblat, serta terdapat 25 tiang penyangga. Tiang sebanyak itu melambangkan 25 nabi atau rasul yang wajib diimani yang nama-namanya terukir indah dalam tulisan kaligrafi yang ada dalam masjid tersebut. Sedangkan pada bagian luarnya terdiri dari pelataran parkir yang memadai, taman, perpustakaan masjid, ruangan wudhu, beduk, dan kamar t’mir . Tiang-tiang ini berfungsi sebagai penyangga balok-balok kayu untuk penahan lantai bagian atas bangunan kayu yang mirip pagoda. Tiang-tiang yang juga terbuat dari bata merah dengan bahan perekat kapur dicampur putih telur ini sama sekali tidak menggunakan tulang besi. Bahkan balok-balok kayu hanya diletakkan di atasnya tanpa ikatan. Gempa 6,7 Scala Richter yang mengguncang Padang pada 10 April 2005 yang bersumber dari Kepulauan Mentawai meretakkan 15 tiang ini, bahkan satu di antaranya terjatuh sebagian puncaknya.<br />
<br />
Tatanan atap Masjid Ganting berupa atap susun berundak-undak sebanyak 5 tingkat. Tingkat pertama bercorak tradisional segi empat mirip atap rumah adat tanpa gonjong. Sedangkan tingkat 2-4 berbentuk segi delapan seperti kelenteng. Ada celah di tiap bagian atap untuk pencahayaan. Masjid ini mempunyai 8 pintu pada bagian dalam dan 17 buah jendela bergaya Persia. Dalam perjalanan sejarah Kota Padang, masjid turut memberikan andil. Selain lokasi pengembangan agama Islam di Sumatera, juga pernah dijadikan lokasi Jambore Hisbul Wathan se-Indonesia pada 1932, dijadikan lokasi rapat pemuda pejuang di zaman proklamasi dan revolusi 1945. Pada 1942, Ir. Soekarno, yang kelak menjadi presiden RI pertama pernah menginap di rumah di belakang masjid dan selalu shalat di masjid ini.</span></div><span style="font-size: 85%;"><span class="fullpost"><br />
Sumber : http://www.bogabi.com</span></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16754424138069059620noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9065781408641631635.post-14637382157031169212012-09-12T21:37:00.002+07:002012-09-12T21:37:27.360+07:00Peran Surau di Minangkabau <h3 class="post-title entry-title" itemprop="name"><br />
</h3><div class="post-header"> </div><span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: georgia;">Oleh : Ahmad Taufik Hidayat (Diedit : Muhammad Ilham)<br />
</span></span><span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: georgia;"><span style="font-weight: bold;">Secara tradisional, ada dua arena pembentukkan karakter masyarakat Minangkabau, Surau dan </span><i style="font-weight: bold;">lapau</i><span style="font-weight: bold;">. Keduanya sangat berpengaruh besar dalam perkembangan mental masyarakat ini. </span><br />
</span></span><a href="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TOeO_dIDOhI/AAAAAAAAEiE/ibDHRYVF4y8/s1600/images.jpeg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5541555087303981586" src="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TOeO_dIDOhI/AAAAAAAAEiE/ibDHRYVF4y8/s320/images.jpeg" style="cursor: pointer; float: left; height: 158px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 236px;" /></a><span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: georgia;">Surau adalah lambang kesakralan mencerminkan sikap relijius, sopan santun serta kepatuhan kepada Allah, sedangkan <i>lapau</i> mencerminkan aspek keduniawiyan (profan) yang mengandung kekerasan, keberanian. Kecendrungan perkembangan anak-anak suku Minangkabau ditentukan dari banyaknya porsi waktu yang mereka habiskan sebagai bagian hidupnya sehari-hari dari tempat ini. jika seorang anak lebih banyak berada di lapau tanpa pernah mengaji di Surau, maka orang menyebut mereka parewa. Sebaliknya, jika waktu yang dihabiskan oleh seseorang lebih banyak di Surau, maka orang itu disebut <i>urang siak</i> atau <i>pakiah</i>.<span> </span></span>Karena itu, dari aspek mental keagamaan, bagi masyarakat tradisional Minang, terutama kaum pria-nya, fungsi Surau jauh lebih penting dalam membentuk karakter mereka di kemudian hari. Selain untuk memperoleh informasi keagamaan, juga dijadikan ajang bersosialisasi. Semenjak berumur 6 tahun, kaum pria telah akrab dengan lingkungan Surau. Struktur bangunan rumah tradisional orang Minang yang dikenal dengan rumah gadang memang tidak menyediakan kamar bagi anak laki-laki. Karena itu, setelah berumur 6 tahun, anak laki-laki di Minangkabau seperti terusir dari rumah induk. Hanya pada maktu siang hari mereka boleh bertempat di rumah guna membantu keperluan sehari-hari. Sedangkan pada waktu malam, mereka harus menginap di Surau. Selain karena tidak disediakan tempat, mereka juga merasa risih untuk berkumpul dengan <i>urang sumando</i> (suami dari kakak/adik perempuan) dan mendapat ejekan dari orang-orang karena masih tidur dengan ibu. Dalam ucapan yang khas, <i>lalok di bawah katiak mande</i>. Di Surau mereka bukan sekedar menginap. Banyak aktifitas penting yang mereka lakukan di sana. Belajar silat, adat istiadat, <i>randai</i>, indang menyalin tambo dilaksanakan berbarengan dengan aktifitas keagamaan seperti belajar tarekat, mengaji, shalat, salawat, barzanji dan lainnya.<span> </span>Karakter pembentukan Islam tradisional sesungguhnya berangkat dari aktifitas seperti ini.<br />
<br />
Demikian besar fungsi Surau bagi perkembangan generasi muda Minang pada masa lalu. Karena itu sungguh sebuah ironi, bila lembaga yang demikian strategis akhirnya mengalah pada perubahan. Surau mewadahi proses lengkap dari sebuah regenerasi masyarakat Minang, sesuatu yang sulit dicari tandingannya dalam kultur manapun di dunia ini. Segala kebutuhan yang bersifat praktis, skill, kebijaksanaan, tutur kata dan tata krama yang diperlukan orang Minang pada masa dewasanya sebagian besar diperoleh di Surau. Adat budaya yang mengacu pada konsepsi <i>alam takambang jadi guru </i>yang melahirkan kebijkasanaan sehingga orang Minang harus tahu di nan-ampek (<i>kato mandaki</i>, <i>kato manurun</i>, <i>kato mandata</i> dan <i>kato malereang</i>), adalah bentuk kearifan yang diperoleh melalui pelatihan terpadu yang mengintegrasikan antara konsepsi ideologis dengan norma-norma budaya dan praktis lewat lembaga semacam Surau. Masyarakat tardisional yang di-<i>back up</i> oleh adat sangat kaya dengan prinsip-prinsip hidup semacam ini, sekedar menyebut contoh, misalnya untuk memberi i’tibar terhadap sikap tawadhu’ ada ungkapan ilmu padi, <i>makin barisi makin marunduak</i>.<br />
</span><a href="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TOePXeb6q5I/AAAAAAAAEiU/h5-Kp3k6bSw/s1600/images.jpeg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5541555499972602770" src="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TOePXeb6q5I/AAAAAAAAEiU/h5-Kp3k6bSw/s320/images.jpeg" style="cursor: pointer; float: right; height: 190px; margin: 0pt 0pt 10px 10px; width: 195px;" /></a><span style="font-size: 85%;">Seiring dengan berkembangnya Islam, Surau menjadi aset yang dapat dipergunakan untuk menyebarkan dan mengenalkan konsep-konsep dasar Islam. Kedatangan Syekh Burhanuddin di penghujung abad ke-17 dengan mendirikan Surau di daerah Ulakan Pariaman menjadi titik awal dari terbentuknya karakter tradisional Islam hampir di seluruh wilayah penyebaran maupun pengaruhnya. Hal itu disebabkan karena kemampuan Tarekat Syattariyah yang dibawa oleh Burhanuddin sangat mengakomodasi tradisi lokal. Aspek-aspek tasauf yang dikandung dalam ajaran ini—sebagaimana halnya dengan pengalama-pengalaman awal islamisasi di wilayah nusantara—memudahkan diterimanya Islam, karena memiliki kesamaan-kesamaan dengan ajaran Hindu/Budha yang telah terlebih dahulu dipraktekkan. Kedekatan emosional masyarakat Minang dengan Surau menjadi faktor kunci lestarinya pemahaman tradisional di ranah Minang dan buah dari sebuah interaksi antara dua kultur yang saling berdialog. Sudut pandang kelompok modernis terhadap Surau tradisional sesungguhnya melepaskan ikatan-ikatan kultural ini yang telah terjalin demikian lama sehingga memunculkan bentuk-bentuk Islam tradisi yang mapan di wilayah Minangkabau.<br />
<br />
Ada narasi sejarah yang terpenggal dari sudut pandang seperti ini, meskipun pada tataran kebutuhan praktis yang bersifat temporal, pembaharuan yang digaungkan <span>Islam modernis patut diapresiasi juga. Pemaksaan atas narasi besar Islam Arabia (ideologisasi Islam seolah-olah hanya tipikal Arab-lah yang benar) di gelanggang persemaian Islam kultural tentu sulit diterima, apapun alasannya. Ada sekian proses-proses penyesuaian dalam narasi kecil Islam nusantara yang tidak harus dinilai sebagai bid’ah, kafir, jumud dan seterusnya. Dengan demikian, Surau dalam kerangka demikian—meminjam sebutan yang digunakan Nurcholish Madjid untuk Pesantren di Jawa—tidak hanya identik dengan makna keislaman, namun juga mengandung keaslian (</span><i>indigenous</i><span>) yang berangkat dari kearifan lokal. Dengan kata lain, masyarakat Minangkabau juga memiliki kearifan tersendiri ketika Islam hadir dan mengidentifikasi diri terhadap unsur lokal. Kemampuan Tarekat Syattariyah melakukan pendekatan dengan cara sufistik terhadap membuat islamisasi yang terjadi di wilayah Minangkabau tidak mengancam fondasi dasar masyarakat Minang, bahkan memperkaya elemen-elemen kultural yang ada.</span><br />
</span><span style="font-size: 85%;">Dari perspektif ini,Taufik Abdullah melihat bahwa pembentukan tradisi—sebagai sesuatu yang dilestarikan dari masa lampau—lebih dari sekedar persoalan legitimasi, namun juga menyangkut persoalan otoritas dan kewenangan. Sesuatu yang disebutnya sebagai paradigma kultural untuk melihat dan memberi makna terhadap kenyataan, yang tumbuh dari proses seleksi, dimana harapan berbenturan dengan kenyataan, dan kebebasan ekspresi harus mencari bentuk terbaik dengan keharusan-keharusan sturktural. Pada saaat itu, tradisi dapat dianggap sebagai seperangkat nilai dan sistem pengetahuan yang mengarahkan sifat dan corak komunitas. Dengan kata lain, menurut Abdullah, tradisi telah memberi kesadaran identitas serta rasa keterkaitan dengan sesuatu yang dianggap lebih awal. Mengikatkan diri kepada sumber atau person-person masa lalu adalah sebuah keharusan bagi tarekat Syattariyah bila ingin memperkenalkan Islam dalam struktur adat yang sudah terbentuk. Bukankah terbentang jarak yang sangat jauh antara wilayah Minangkabau dengan pusat Islam di Timur Tengah? Dan disepakati oleh para ahli sejarah bahwa pengenalan Islam ke wilayah ini bukan dengan wajah kekerasan. Lalu bagaimana Islam mengidentifikasi diri jika tidak dengan melakukan penyesuaian pada taraf tertentu terhadap tradisi yang diyakini secara kolektif oleh masyarakat lokal, sebagaimana ia harus mengidentifikasi diri sebagai bagian otentik dari dunia Islam meskipun terpencil ?<span> </span>Sebagai kelanjutan dari menguatnya posisi agama dalam struktur adat Minangkabau, maka berakibat pula pada menguatnya kedudukan ulama dan guru-guru agama. Di bawah pengelolaan ulama-ulama tradisional, Surau-Surau melanjutkan peran-peran lamanya sebagai pusat pencerdasan masyarakat dengan warna<span> </span>tradisional yang kental.<br />
</span><span style="font-size: 85%;">:: Tulisan lengkap yang merupakan ringkasan dari <span style="font-style: italic;">Disertasi </span>A. Taufik Hidayat diterbitkan dalam <span style="font-style: italic; font-weight: bold;">Jurnal </span><span style="font-style: italic; font-weight: bold;">Tabuah </span> Edisi Januari-Juni 2011 (Redaktur : Muhammad Ilham) </span><br />
<br />
<br />
Sumber : http://ulama-minang.blogspot.com/Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16754424138069059620noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9065781408641631635.post-13757427541476536722012-09-12T21:36:00.000+07:002012-09-12T21:36:29.485+07:00Surau Sebagai Skriptorium Naskah Minangkabau <h3 class="post-title entry-title" itemprop="name"><br />
</h3><div class="post-header"> </div><span style="font-size: 85%;">Oleh : A. Taufik Hidayat (diedit : Muhammad Ilham)<span lang="DE"> </span><span lang="DE"><br />
</span></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 85%;"><span lang="DE" style="font-weight: bold;">Penelitian lebih awal mengatakan bahwa sebagian surau di Minangkabau diduga kuat pernah difungsikan sebagai skriptorium.</span><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=7413728137120037400&postID=2220303273243858165#_ftn1" name="_ftnref1" style="font-weight: bold;" title=""></a><span lang="DE"><span style="font-weight: bold;"> Pengertian skriptorium di sini merujuk pada sebuah tempat penyalinan manuskrip. </span><br />
</span></span><a href="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TOSiXhZ9hvI/AAAAAAAAEgM/U1kFcz-GUI0/s1600/images.jpeg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5540731966560503538" src="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TOSiXhZ9hvI/AAAAAAAAEgM/U1kFcz-GUI0/s320/images.jpeg" style="cursor: pointer; float: left; height: 208px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 242px;" /></a><span style="font-size: 85%;"><span lang="DE">Skriptorium adalah sebuah ruangan yang luas atau terdiri atas ruang-ruang kecil yang difungsikan untuk menyalin naskah dengan berbagai aturan ketat yang harus dipatuhi. Segala peralatan yang diperlukan di dalam skriptorium disediakan oleh seorang petugas khusus. Para petugas yang menyalin naskah tidak diperbolehkan mengubah sesuatu di dalam teks, walaupun ada kesalahan di dalam teks yang dihadapinya.</span><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=7413728137120037400&postID=2220303273243858165#_ftn2" name="_ftnref2" title=""></a><span lang="DE"> Pengertian yang diajukan Rujiati merujuk pada bentuk-bentuk skriptorium pada masa lalu, terutama yang berkembang pada kurun awal abad Masehi di Yunani, dimana aktifitas penyalinan manuskrip giat dilakukan.</span> <span lang="DE">Pastinya sulit menemukan bentuk konkrit dari model skriptorium yang disebut Rudjiati, namun bukannya tidak mungkin pula bangunan Surau di Minangkabau pernah berfungsi sebagai dimaksud. Dalam hal ini, menarik untuk ditelusuri lebih jauh guna memperkuat dugaan-dugaan di atas, melalui telaah terhadap sebuah model Surau yang terdapat di Koto Tangah, Surau Paseban.<span> </span>Surau ini dipilih sebagai objek karena alasan adanya koleksi manuskrip yang relatif banyak dan menjelaskan adanya kontinuitas sebuah tradisi menyangkut skriptorium. Penting diajukan di sini bagaimana sesungguhnya sejarah sebuah skriptorium institusi keagamaan tradisional lokal yang memiliki banyak koleksi manuskrip.</span> Bersamaan dengan proses pemapanan Islam di wilayah ini pada abad ke-17 dan ke-18, Surau diduga digunakan oleh para ulama dan murid-muridnya sebagai skriptorium.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=7413728137120037400&postID=2220303273243858165#_ftn1" name="_ftnref1" title=""></a> Dengan demikian, di Surau-Surau-lah seharusnya para penulis menuangkan dan menyebarluaskan gagasan-gagasan keagamaan, terutama yang terkait dengan ajaran-ajaran mendasar Islam. Dalam konteks demikian, manuskrip adalah wujud nyata dari karya penulis dan menjadi media pembelajaran yang sangat efektif, terutama dilihat dari proses isalmisasi di Minangkabau. Berkaitan dengan ini, harus diakui bahwa sebagai institusi yang mengemban tugas pendidikan sekaligus penyebaran ajaran-ajaran keislaman, yang sumber-sumber ajarannya ditulis dengan bahasa Arab, <i>Surau</i> beserta orang-orang yang mengajar dan belajar di dalamnya adalah mereka yang terlebih dahulu mahir mengolah aksara, dalam hal ini aksara Arab.<br />
<br />
Penggunaan aksara Arab dalam aktifitas tulis-menulis disebabkan terutama sekali karena masyarakat Minang termasuk dalam sebagian besar suku-suku di nusantara yang tidak memiliki sistem aksara.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=7413728137120037400&postID=2220303273243858165#_ftn2" name="_ftnref2" title=""></a> Kebudayaan Hindu yang meninggalkan sejumlah prasasti di wilayah ini memang dapat dijadikan bukti bahwa masyarakat Minangkabau telah tersentuh oleh budaya tulis baca sebelum Islam. Meskipun kebudayaan Hindu tetap bertahan hingga abad ke-15, tetapi tidak mewariskan budaya tulis terhadap masyarakat Minang dalam pengertian yang luas. Aksara Hindu hanya dipakai dan digunakan dalam lingkungan yang amat terbatas, yakni lingkungan elit kerajaan saja. Berbeda dengan aksara Arab yang dibawa Islam. Jauh sebelum keterlibatan ulama Surau dalam aktifitas tulis menulis, aksara ini telah diperkenalkan oleh pedagang-pedagang dan sekaligus pendakwah muslim melalui kitab suci al-Quran, kitab-kitab hadis maupun naskah-naskah keagamaan. Dan setelah dilakukan penulisan maupun penyalinan ulang oleh ulama-ulama Surau, masyarakat telah familiar dengan aksara ini, meskipun aksara tersebut dipakai untuk bahasa yang dikenal oleh masyarakat,<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=7413728137120037400&postID=2220303273243858165#_ftn3" name="_ftnref3" title=""></a> yakni Melayu atau bahasa lokal dengan modifikasi tertentu dikarenakan ketidaksamaan ejaan antara bahasa Arab dan bahasa lokal.<br />
<br />
Dengan pola kedekatan demikian, fungsi aksara Arab bagi masyarakat Minang menjadi demikian luas dan dinamis. Naskah-naskah yang termasuk ke dalam kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab sebagai bacaan keagamaan dalam konteks dakwah dan pendidikan Islam, termasuk dalam hal ini al-Quran, jelas dimaksudkan untuk disebarluaskan, diajarkan dan dibacakan kepada masyarakat yang tersentuh oleh dakwah Islam. Sedangkan naskah-naskah berbahasa Melayu atau berbahasa lokal tetapi menggunakan aksara Arab sebagai sistem kodenya, telah menjembatani antara kearifan lokal dengan nilai-nilai keislaman dalam karya tertulis. Karena itu, tidak mengherankan secara bertahap namun pasti, aksara Arab pada akhirnya menggeser aksara Hindu sebagai sebuah kebudayaan yang tidak sempat berkembang di wilayah ini. Kemampuan yang mereka miliki dalam hal ini turut membawa dampak bagi kesusasteraan lokal non-keagamaan yang sebelumnya—kecuali <i>hikayat</i><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=7413728137120037400&postID=2220303273243858165#_ftn4" name="_ftnref4" title=""></a>—ditradisikan melalui lisan. Sebagai konsekuensinya, tradisi lokal ini pun pada akhirnya tidak terlepas dari pengaruh Islam, tidak saja terlihat dari aspek aksara yang digunakan, tetapi juga dari perubahan karakter tokoh-tokoh yang diceriterakan, alur cerita serta penambahan materi yang sesuai dengan keinginan penulis.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=7413728137120037400&postID=2220303273243858165#_ftn5" name="_ftnref5" title=""></a><span lang="DE">Kata “tradisional” pada aspek tertentu mengandung penegasan adanya transmisi literatur keagamaan dari generasi ke generasi. </span>Dalam hal ini, Surau-Surau berbasis tarekat Syattariyah yang melaksanakan penulisan manuskrip-manuskrip keagamaan pada masa lalu mengemban proses ini. Fathurahman menegaskan bahwa, Tarekat Syattariyah di nusantara dengan persebaran manuskrip-manuskripnya dapat menjelaskan matarantai keilmuan dan saling keterhubungan guru dan murid komunitas ini.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=7413728137120037400&postID=2220303273243858165#_ftn6" name="_ftnref6" title=""></a>dalam konteks itu, demikian Fathurahman, Surau Paseban tergolong produktif melahirkan manuskrip.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=7413728137120037400&postID=2220303273243858165#_ftn7" name="_ftnref7" title=""></a> Pada saat sekarang jejak-jejak produktifitas Surau Paseban dalam melahirkan naskah masih terlihat. Berdasarkan pendataan di lokasi dugaan-dugaan tersebut terlihat realistis. Terdapat 29 manuskrip dengan berbagai kondisi. Jumlah ini merupakan sebagian saja dari keseluruhan naskah yang pernah ada di Surau itu. Menurut salah satu sumber dari Surau Paseban menyebut angka 40. Konon, menurut informasi sumber tersebut, banyak diantara murid ataupun kerabat yang membawa serta diantara manuskrip-manuskrip itu meskipun tidak ada izin dari Syekh Paseban sendiri. Akibat dari pelanggaran demikian, orang yang membawa manuskrip-manuskrip itu mengalami berbagai musibah.<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=7413728137120037400&postID=2220303273243858165#_ftn8" name="_ftnref8" title=""></a> Diluar konteks magis seperti itu, keterangan ini sedikit menjelaskan harga sebuah manuskrip bagi komunitas Surau ini pada masa lalu dalam kehidupan sosial keagamaan mereka.<br />
</span><a href="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TOShXu4l6jI/AAAAAAAAEgE/lp6UPsuQDeI/s1600/images.jpeg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5540730870667012658" src="http://2.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TOShXu4l6jI/AAAAAAAAEgE/lp6UPsuQDeI/s320/images.jpeg" style="cursor: pointer; float: right; height: 225px; margin: 0pt 0pt 10px 10px; width: 224px;" /></a><span style="font-size: 85%;">Adanya dugaan bahwa Surau Paseban dijadikan sebagai tempat menulis naskah boleh jadi benar. Beberapa petunjuk dari hasil pengamatan langsung, agaknya memperkuat dugaan itu. Namun batasannya tidak terlalu kaku, terutama terkait dengan tokoh, tempat dan waktu penulisan atau penyalinan naskah. Biasanya informasi mengenai hal-hal itu diperoleh dari kolofon, namun sayangnya tidak semua penyalin menyertakan kolofon dalam kitab yang mereka tulis. Dari keseluruhan koleksi manuskrip yang ditemukan di Surau Paseban, terlihat adanya perbedaan dari segi karakter huruf dan jenis kertas. Petunjuk ini sedikit mengarahkan adanya sejumlah orang yang terlibat dalam aktifitas penulisan. Menurut informasi yang berkembang di lokasi, secara garis besar koleksi yang terdapat di Surau Paseban dapat dipilah menjadi tiga bagian. <i>Pertama</i>, manuskrip-manuskrip yang dibawa oleh Syekh Paseban dari Surau-Surau tempat beliau mengajar. <i>Kedua</i>, manuskrip-manuskrip karangan Syekh Paseban sendiri ataupun salinan dari kitab-kitab terdahulu, dan <i>ketiga</i>, manuskrip-manuskrip yang dikarang atau disalin ulang oleh para murid, baik ketika menetap di Surau, maupun setelah tamat belajar di Surau dan mendirikan Surau di tempat masing-masing. Keterangan dari pewaris Surau dan guru-guru dari generasi sekarang hanya menyebut bahwa sebagian manuskrip-manuskrip itu dibawa oleh Syekh Paseban dari Surau Padang Gantiang dan Surau Pakandangan tempat dimana Syekh Paseban pernah menimba ilmu. Sebagian lain, menurut asumsi ini tentu ditulis oleh Syekh Paseban dan murid-muridnya di Surau Paseban sendiri. Sebagaimana maksud dari penelitian ini, keterangan atau asumsi ini akan ditinjau lebih jauh lewat telaah kodikologis.<br />
<br />
Surau Paseban yang dijadikan sebagai studi kasus, diketahui memiliki sedikitnya 29 manuskrip dalam berbagai cabang keilmuan. Melalui pembacaan fisik naskah diperoleh kesimpulan bahwa keberadaan manuskrip di Surau merupakan bukti adanya aktifitas penyalinan dan distribusi kitab yang menjadi salah satu model transmisi ajaran-ajaran keislaman pada masa lalu, terutama memasuki awal abad XX. Sedikitnya hal itu mengindikasikan bahwa Surau tersebut pernah dijadikan sebagai skriptorium pada masa lalu. Hal itu didukung pula oleh adanya kesamaan beberapa manuskrip dari aspek tulisan dengan manuskrip yang memuat nama penyalin. Oleh karena itu, di sini dapat digagas bahwa Surau Paseban memang pernah dijadikan sebagai tempat menyalin naskah. Dari studi ini dapat pula diketahui kontinuitas dari sebuah mazhab melalui identifikasi nama-nama pengarang yang terdapat di dalam manuskrip-manuskrip tersebut.<br />
<br />
Berdasarkan penelitian ini, Surau Paseban telah memainkan peran penting dalam proses transmisi ini dengan secara aktif memainkan peran penghubung Islam tradisional pada awal abad XX dengan masa-masa sebelumnya melalui pengadaan manuskrip dan sekaligus pengajarannya di Surau. Berangkat dari hal tersebut, koleksi manuskrip yang ada di Surau Paseban merupakan gambaran tidak langsung dari penguasaan materi-materi keagamaan yang dimiliki oleh seorang Syekh. Hasil<span> </span>penting lainnya dari penelitian terhadap fisik naskah adalah keterangan yang dperoleh dari cap air kertas. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa manuskrip-manuskrip yang terdapat di Surau Paseban berusia cukup tua, antara 1632-1808 M.<span> </span></span> Secara lebih spesifik, penulisan dan penyalinan manuskrip di Surau erat kaitannya dengan pewarisan sumber-sumber rujukan kalangan tradisi.<br />
<br />
<a href="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TP9E4wNcWAI/AAAAAAAAEvk/ZAN9CZTtW_8/s1600/image001.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5548229007748388866" src="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TP9E4wNcWAI/AAAAAAAAEvk/ZAN9CZTtW_8/s320/image001.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 234px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><a href="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TP9E4mMDcNI/AAAAAAAAEvc/YekpiD_J33Y/s1600/1.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5548229005058207954" src="http://3.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TP9E4mMDcNI/AAAAAAAAEvc/YekpiD_J33Y/s320/1.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 224px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a></div><a href="http://4.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TP9F_DO6qAI/AAAAAAAAEvs/5qO9UpSDTj8/s1600/image002.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5548230215445686274" src="http://4.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TP9F_DO6qAI/AAAAAAAAEvs/5qO9UpSDTj8/s320/image002.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 273px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><span style="font-size: 85%;"><br />
:: Tulisan lengkap yang merupakan ringkasan dari <span style="font-style: italic;">Disertasi </span>A. Taufik Hidayat diterbitkan dalam <span style="font-style: italic; font-weight: bold;">Jurnal Internasional Fikr wa Adab</span> Edisi Januari-Juni 2011 (Redaktur : Muhammad Ilham) </span><br />
<br />
<br />
Sumber : http://ulama-minang.blogspot.com/Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16754424138069059620noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9065781408641631635.post-80855432098836976112012-09-12T21:33:00.003+07:002012-09-12T21:33:59.982+07:00Masjid Tuo Kayu Jao<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: Georgia;">Masjid-masjid di Minangkabau tidak jauh berbeda dengan mesjid-mesjid kuno di Indonesia, yang membedakan dengan mesjid luar Minangkabau adalah makna-makna dibalik simbol-simbol budaya yang diapresiasikan dalam bentuk arsitektur mesjid. Keberlanjutan budaya pra Islam sangat kental dilihat terhadap mesjid-mesjid kuno di Minangkabau. Material kultur pra Islam telah menjadi <i>living monument </i>(monument yang masih difungsikan) dalam kehidupan masyarakat Minangkabau karena budaya pra Islam tidak ditinggalkan tetapi diramu sedemikian rupa sehingga menghasilkan arsitektur yang mengagumkan (Sudarman : 2006 & 2009)</span></span>. Agama Islam di Kabupaten Solok, Sumatra Barat, telah berkembang sejak abad ke-16. Fakta sejarah ini dibuktikan dengan berdirinya Masjid Tuo Kayu Jao, berusia 400 tahun. Meski bangunan bergaya Masjid Demak, Banten, ini sempat dipugar tapi sebagian besar bangunan masjid masih asli.<br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 85%;"><br />
</span><a href="http://4.bp.blogspot.com/-zGIYrk8QPJA/TrfuLNKuncI/AAAAAAAAGw0/L2C9AJ9dlEI/s1600/dr%2Bsisi%2Bbarat%2B%252798.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672264131977059778" src="http://4.bp.blogspot.com/-zGIYrk8QPJA/TrfuLNKuncI/AAAAAAAAGw0/L2C9AJ9dlEI/s400/dr%2Bsisi%2Bbarat%2B%252798.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 272px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a><br />
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-WzcD57w8RMM/TrfuKw1UkMI/AAAAAAAAGws/TtZ_YPvmSOI/s1600/atap%2B%252798.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672264124371079362" src="http://1.bp.blogspot.com/-WzcD57w8RMM/TrfuKw1UkMI/AAAAAAAAGws/TtZ_YPvmSOI/s400/atap%2B%252798.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 272px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a><br />
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-tP4phNO-sE4/TrfuLLeIgQI/AAAAAAAAGxI/TyqoTkEYDM0/s1600/MKJ%2B%252798.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672264131521577218" src="http://2.bp.blogspot.com/-tP4phNO-sE4/TrfuLLeIgQI/AAAAAAAAGxI/TyqoTkEYDM0/s400/MKJ%2B%252798.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 270px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a><br />
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-LeNs6Z0yGvc/TrfuL6ooy2I/AAAAAAAAGxQ/oPGC1hsqneo/s1600/MKJ%2B%252799.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672264144182102882" src="http://1.bp.blogspot.com/-LeNs6Z0yGvc/TrfuL6ooy2I/AAAAAAAAGxQ/oPGC1hsqneo/s400/MKJ%2B%252799.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 270px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a><br />
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-1IkYCh7qU7U/TrfueYwis_I/AAAAAAAAGyA/ylVJvWNBCsU/s1600/Masjid%2BKayu%2BJao3.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672264461505967090" src="http://1.bp.blogspot.com/-1IkYCh7qU7U/TrfueYwis_I/AAAAAAAAGyA/ylVJvWNBCsU/s400/Masjid%2BKayu%2BJao3.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 275px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a><br />
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-8089PTPtfSo/TrfuewYIqfI/AAAAAAAAGyQ/ahGQCAVRNLc/s1600/Masjid%2BKayu%2BJao4.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672264467846048242" src="http://1.bp.blogspot.com/-8089PTPtfSo/TrfuewYIqfI/AAAAAAAAGyQ/ahGQCAVRNLc/s400/Masjid%2BKayu%2BJao4.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 265px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a><br />
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-NkvJcNgGXwc/TrfuL-kokLI/AAAAAAAAGxY/HuLBuu2tMGI/s1600/MKJ%2B%252799b.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672264145239052466" src="http://1.bp.blogspot.com/-NkvJcNgGXwc/TrfuL-kokLI/AAAAAAAAGxY/HuLBuu2tMGI/s400/MKJ%2B%252799b.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 400px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 343px;" /></a><br />
<div style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-YyObs1YVINU/Trfufmm_O-I/AAAAAAAAGyY/gD6ONWAzCf0/s1600/kayu%2Bjao%2B3.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672264482403859426" src="http://3.bp.blogspot.com/-YyObs1YVINU/Trfufmm_O-I/AAAAAAAAGyY/gD6ONWAzCf0/s400/kayu%2Bjao%2B3.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 400px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 258px;" /></a><a href="http://1.bp.blogspot.com/-KTIMEeTuMlg/TrfueK-HpzI/AAAAAAAAGxw/xOjFAee9dqM/s1600/kayu%2Bjao%2B2.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672264457804818226" src="http://1.bp.blogspot.com/-KTIMEeTuMlg/TrfueK-HpzI/AAAAAAAAGxw/xOjFAee9dqM/s400/kayu%2Bjao%2B2.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 400px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 256px;" /></a><a href="http://3.bp.blogspot.com/-oZ8nURvLVrk/TrfueDuJgnI/AAAAAAAAGxo/4NPyI80QZTU/s1600/kayu%2Bjao%2B1.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672264455858782834" src="http://3.bp.blogspot.com/-oZ8nURvLVrk/TrfueDuJgnI/AAAAAAAAGxo/4NPyI80QZTU/s400/kayu%2Bjao%2B1.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 400px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 251px;" /></a><span style="font-family: arial; font-size: 85%; font-weight: bold;">Foto (c) Labor Sejarah FIBA IAIN Padang</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: arial; font-size: 85%; font-weight: bold;"> </span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: arial; font-size: 85%; font-weight: bold;"> </span><span style="font-family: arial; font-size: 85%;"><br />
</span></div></div>r : http://ulama-minang.blogspot.com/Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16754424138069059620noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9065781408641631635.post-46505047691568982572012-09-12T21:33:00.000+07:002012-09-12T21:33:03.475+07:00Masjid Limo Kaum <div class="post-header"> </div><span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: Georgia;">Masjid-masjid di Minangkabau tidak jauh berbeda dengan mesjid-mesjid kuno di Indonesia, yang membedakan dengan mesjid luar Minangkabau adalah makna-makna dibalik simbol-simbol budaya yang diapresiasikan dalam bentuk arsitektur mesjid. Keberlanjutan budaya pra Islam sangat kental dilihat terhadap mesjid-mesjid kuno di Minangkabau. Material kultur pra Islam telah menjadi <i>living monument </i>(monument yang masih difungsikan) dalam kehidupan masyarakat Minangkabau karena budaya pra Islam tidak ditinggalkan tetapi diramu sedemikian rupa sehingga menghasilkan arsitektur yang mengagumkan (Sudarman : 2006 & 2009)</span></span><span style="font-size: 85%;">.</span><div class="post-body entry-content" id="post-body-8970184881604649745" itemprop="articleBody"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-d3GeQ2MXMrg/TrfzrcVOOEI/AAAAAAAAG2I/l65eXOTBZ8M/s1600/DSCN1190.JPG"><br />
</a><br />
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-pk_S9oj4AMY/TrfzKfD333I/AAAAAAAAG0c/zDbiG02yV_8/s1600/DSCN1192.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672269617158414194" src="http://2.bp.blogspot.com/-pk_S9oj4AMY/TrfzKfD333I/AAAAAAAAG0c/zDbiG02yV_8/s400/DSCN1192.JPG" style="cursor: pointer; display: block; height: 300px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a><br />
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-w289-BPx1JI/Trfzqsgi79I/AAAAAAAAG1w/Azl983Fv66g/s1600/DSCN1216.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672270170524151762" src="http://2.bp.blogspot.com/-w289-BPx1JI/Trfzqsgi79I/AAAAAAAAG1w/Azl983Fv66g/s400/DSCN1216.JPG" style="cursor: pointer; display: block; height: 300px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a><br />
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-1F4NEW49AGs/TrfzqQB8ypI/AAAAAAAAG1k/7JPWqYw7y6M/s1600/DSCN1215.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672270162879629970" src="http://3.bp.blogspot.com/-1F4NEW49AGs/TrfzqQB8ypI/AAAAAAAAG1k/7JPWqYw7y6M/s400/DSCN1215.JPG" style="cursor: pointer; display: block; height: 300px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a><br />
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-oskT1Euez24/TrfzqJsSzSI/AAAAAAAAG1c/4L78ZPbWv4M/s1600/DSCN1213.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672270161178184994" src="http://4.bp.blogspot.com/-oskT1Euez24/TrfzqJsSzSI/AAAAAAAAG1c/4L78ZPbWv4M/s400/DSCN1213.JPG" style="cursor: pointer; display: block; height: 300px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a><br />
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-gVtLteDM7Tc/TrfzLXaDWqI/AAAAAAAAG1I/GzeSRhTy9A0/s1600/DSCN1205.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672269632283826850" src="http://2.bp.blogspot.com/-gVtLteDM7Tc/TrfzLXaDWqI/AAAAAAAAG1I/GzeSRhTy9A0/s400/DSCN1205.JPG" style="cursor: pointer; display: block; height: 300px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a><br />
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-Zaa9hytPUSE/TrfzLTE_M5I/AAAAAAAAG1A/0KT79yQiGFY/s1600/DSCN1206.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672269631121732498" src="http://2.bp.blogspot.com/-Zaa9hytPUSE/TrfzLTE_M5I/AAAAAAAAG1A/0KT79yQiGFY/s400/DSCN1206.JPG" style="cursor: pointer; display: block; height: 300px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a><br />
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-vQQ9mayCnGs/TrfzKhYckPI/AAAAAAAAG04/SIn7zx7Ivt4/s1600/DSCN1201.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672269617781575922" src="http://4.bp.blogspot.com/-vQQ9mayCnGs/TrfzKhYckPI/AAAAAAAAG04/SIn7zx7Ivt4/s400/DSCN1201.JPG" style="cursor: pointer; display: block; height: 300px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a><br />
<a href="http://4.bp.blogspot.com/--VnHNjP2eTs/TrfzKQ7JeOI/AAAAAAAAG0k/gttNTSJ902I/s1600/DSCN1199.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672269613363722466" src="http://4.bp.blogspot.com/--VnHNjP2eTs/TrfzKQ7JeOI/AAAAAAAAG0k/gttNTSJ902I/s400/DSCN1199.JPG" style="cursor: pointer; display: block; height: 300px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a><br />
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-uZL13JFpFF8/Trf0EDcTxlI/AAAAAAAAG24/CYpxUc8_eYs/s1600/Masjid%2BRaya%2BLimakaum-b.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672270606177125970" src="http://1.bp.blogspot.com/-uZL13JFpFF8/Trf0EDcTxlI/AAAAAAAAG24/CYpxUc8_eYs/s400/Masjid%2BRaya%2BLimakaum-b.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 400px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 274px;" /></a><br />
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-bZ-0Q5LrsuQ/Trf0Dd4L5ZI/AAAAAAAAG2w/s-UDcz6DHIo/s1600/DSCN1218.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672270596093502866" src="http://2.bp.blogspot.com/-bZ-0Q5LrsuQ/Trf0Dd4L5ZI/AAAAAAAAG2w/s-UDcz6DHIo/s400/DSCN1218.JPG" style="cursor: pointer; display: block; height: 400px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 300px;" /></a><br />
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-4BcgF1-h7HU/Trf0DAvAnJI/AAAAAAAAG2g/b3eM4W2mLHM/s1600/DSCN1204.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672270588270386322" src="http://2.bp.blogspot.com/-4BcgF1-h7HU/Trf0DAvAnJI/AAAAAAAAG2g/b3eM4W2mLHM/s400/DSCN1204.JPG" style="cursor: pointer; display: block; height: 400px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 300px;" /></a><br />
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-q2t0lOxVUEA/Trf0DDchfAI/AAAAAAAAG2U/eY4JgdWDueY/s1600/DSCN1194.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672270588998155266" src="http://3.bp.blogspot.com/-q2t0lOxVUEA/Trf0DDchfAI/AAAAAAAAG2U/eY4JgdWDueY/s400/DSCN1194.JPG" style="cursor: pointer; display: block; height: 400px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 300px;" /></a><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: Georgia;"></span></span><span style="font-size: 85%;"><br />
</span><a href="http://1.bp.blogspot.com/-d3GeQ2MXMrg/TrfzrcVOOEI/AAAAAAAAG2I/l65eXOTBZ8M/s1600/DSCN1190.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672270183361558594" src="http://1.bp.blogspot.com/-d3GeQ2MXMrg/TrfzrcVOOEI/AAAAAAAAG2I/l65eXOTBZ8M/s400/DSCN1190.JPG" style="cursor: pointer; display: block; height: 400px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 300px;" /></a><br />
<div style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-DIMOlZUh16c/Trfzq0N-fXI/AAAAAAAAG18/ypUxQ8KfIkE/s1600/DSCN1188.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672270172593749362" src="http://3.bp.blogspot.com/-DIMOlZUh16c/Trfzq0N-fXI/AAAAAAAAG18/ypUxQ8KfIkE/s400/DSCN1188.JPG" style="cursor: pointer; display: block; height: 400px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 300px;" /></a><span style="font-size: 85%; font-weight: bold;"><span style="font-family: arial;">Foto (c) Labor Sejarah FIBA IAIN Padang</span></span></div></div></div><br />
Sumber : http://ulama-minang.blogspot.com/Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16754424138069059620noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9065781408641631635.post-55663928374558442102012-09-12T21:31:00.002+07:002012-09-12T21:31:55.735+07:00Surau Lubuk Bauk<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name">Eksotisme Kultural Surau Lubuk Bauk </h3><div class="post-header"> </div><div class="post-body entry-content" id="post-body-469800673130875405" itemprop="articleBody"><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 85%;"><span lang="SV" style="font-family: Georgia;">Edit : Muhammad Ilham<br />
<br />
Surau Lubuk Bauk didirikan di atas tanah wakaf Datuk Bandaro Panjang, seorang yang berasal dari suku Jambak, Jurai Nan Ampek Suku. Dibangun oleh masyarakat Nagari Batipuh Baruh dibawah koordinasi para ninik mamak pada tahun 1896 dan dapat diselesaikan tahun 1901. Bangunan yang bercorak Koto Piliang yang tercermin pada susunan atap dan terdapatnya bangunan menara, sarat dengan perlambang dan falsafah hidup ini memiliki peran besar dalam melahirkan santri dan ulama yang selanjutnya menjadi tokoh pengembang agama Islam di Sumatera Barat. Surau Nagari Lubuk Bauk berdiri di pinggir jalan raya Batusangkar Padang. </span><span style="font-family: Georgia;">Secara administratif terletak Desa Lubuk Bauk, Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Bangunan surau terletak lebih rendah ± 1 m dari jalan raya berbatasan dengan jalan raya Batusangkar Padang di bagian utara, kolam dan masjid di bagian timur, kolam dan rumah penduduk di bagian selatan, dan rumah penduduk di bagian barat.</span></span></div><span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: Georgia;"><br />
</span></span> <div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: Georgia;">Surau Lubuk Bauk berdenah bujur sangkar, terbuat dari kayu surian dengan luas 154 m2 dan tinggi bangunan sampai kemuncak ± 13 m. Bangunan dikelilingi pagar besi berbentuk panggung dengan tinggi kolong 1,40 m terdiri dari tiga lantai dan satu lantai berfungsi sebagai kubah/menara yang terletak di atas atap gonjong berbentuk segi delapan. Pintu gerbang terletak di timur menghadap ke selatan (jalan raya), sedangkan pintu masuk surau terletak di timur dan naik melalui enam buah anak tangga. Di atas pintu (ambang pintu) terdapat tulisan arab Bismillahirrahmanirrahim yang dibuat dengan teknik ukir dan di belakangnya ditutup dengan bilah papan. Di depan pintu terdapat tempat mengambil air wudlu. Atap bangunan terbuat dari seng, bersusun tiga. Atap pertama dan kedua berbentuk limasan, sedangkan atap ketiga yang juga berfungsi sebagai menara memiliki bentuk gonjong di keempat sisinya. </span><span lang="SV" style="font-family: Georgia;">Pada bagian puncak, atapnya membentuk kerucut dengan bentuk susunan buah labu/bola-bola.</span></span></div><span style="font-size: 85%;"><span lang="SV" style="font-family: Georgia;"><br />
</span></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 85%;"><span lang="SV" style="font-family: Georgia;">Bangunan surau terdiri atas tiga lantai, yaitu lantai I, <span class="caps">II, </span>dan <span class="caps">III.</span> Denah lantai I berukuran 12 × 12 m. Lantai I merupakan ruang utama untuk sholat dan juga tempat belajar agama. Di sisi barat terdapat mihrab berukuran 4 × 2,50 m. Di ruang ini tidak terdapat mimbar. Ruang utama ini ditopang oleh 30 tiang kayu penyangga yang bertumpu di atas umpak batu sungai. Menurut keterangan masyarakat, jumlah tiang sebanyak itu sama dengan jumlah tiang rumah gadang menurut adat Minangkabau. Tiang-tiang tersebut berbentuk segi delapan dan tiang bagian tengah diberi ukiran di sebelah atas serta bagian bawahnya. Dinding dan lantai terbuat dari bilah papan, dan pada sisi utara, selatan, dan timur terdapat jendela yang diberi penutup. Di bagian luarnya terdapat ukir-ukiran berpola tanaman sulur-suluran. Ukiran diletakkan di bagian atas lengkungan-lengkungan yang menutupi kolong bangunan. </span><span lang="FI" style="font-family: Georgia;">Lantai II berukuran 10 × 7,50 m, lebih kecil dari lantai I. Untuk masuk ke lantai II melalui sebuah tangga kayu. Di dalam lantai II tiang utama (empat tonggak) juga diberi ukiran-ukiran yang berpola sama dengan tiang di lantai I. Lantai <span class="caps">III </span>berdenah bujur sangkar berukuran 3,50 × 3,50 m. Di tengah-tengah ruangan terdapat satu tiang dengan tangga melingkar untuk naik ke menara. </span><span style="font-family: Georgia;">Sedangkan bagian luar lantai <span class="caps">III </span>membentuk empat serambi dengan atap membentuk gonjong yang meman-tulkan ciri-ciri khas bangunan Minang yang menghadap ke arah empat mata angin. Dinding serambi yang menghadap luar penuh dengan ukiran yang diberi wama merah, kuning, dan hijau mengambil pola tumbuhan pakis seperti pola bias pada bangunan rumah seorang tokoh masyarakat atau pemerintahan. Di salah satu bidang hias, di setiap serambi terdapat dua ukiran bundar yang bagian tengahnya disamar oleh tumbuh-umbuhan. Ukiran tersebut mengmgatkan pada motif uang Belanda dan mahkota kerajaan. Menurut keterangan masyarakat, empat serambi melambangkan Jurai nan Ampek Suku, agama, dan lambang dan empat tokoh pemerintahan (Basa Empat Balai) kerajaan Pagaruyung. Sedangkan ukiran pakis di bagian luar serambi melambangkan kebijaksanaan, persatuan, dan kesatuan dalam nagari. </span><span lang="SV" style="font-family: Georgia;">Bangunan menara berdenah segi delapan berdinding kayu dengan jendela jendela semu yang diberi kaca di setiap sisinya. Pada bagian luar, terdapat ukiran sulur-suluran pada bagian bawah dan pada bagian atasnya terdapat hiasan dengan pola segi empat. Bagian atas menara diberi kemuncak yang terdiri dari bulatan-bulatan (labu-labu) yang makin ke atas semakin mengecil dan di akhiri oleh bagian yang runcing (gonjong).</span></span><br />
<br />
<br />
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-OsH6MOhGxZk/TrfxACgU1II/AAAAAAAAGzg/-8BuNKDVEPU/s1600/DSCN3239.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672267238671176834" src="http://2.bp.blogspot.com/-OsH6MOhGxZk/TrfxACgU1II/AAAAAAAAGzg/-8BuNKDVEPU/s400/DSCN3239.JPG" style="cursor: pointer; display: block; height: 300px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a><br />
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-f6TxSFeU_Ck/Trfwqc9Gd8I/AAAAAAAAGzU/QD85jCPo8iY/s1600/DSC00620.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672266867814070210" src="http://1.bp.blogspot.com/-f6TxSFeU_Ck/Trfwqc9Gd8I/AAAAAAAAGzU/QD85jCPo8iY/s400/DSC00620.JPG" style="cursor: pointer; display: block; height: 300px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a><br />
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-eHUKUMCMg4g/TrfwoyxlWSI/AAAAAAAAGyk/i3Yi3j4DgOQ/s1600/DSC00611.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672266839311604002" src="http://2.bp.blogspot.com/-eHUKUMCMg4g/TrfwoyxlWSI/AAAAAAAAGyk/i3Yi3j4DgOQ/s400/DSC00611.JPG" style="cursor: pointer; display: block; height: 300px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a><a href="http://4.bp.blogspot.com/-KXfMOrOIByw/TrfxAVuZ0uI/AAAAAAAAGz8/bPz7acpC5Yg/s1600/slbk5%2Bgedhe.jpg"><br />
</a><br />
</div><br />
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-3W-bJ-2n6kM/TrfxA5p4idI/AAAAAAAAG0E/kFtJTgOY4f0/s1600/Surau%2BLubuk%2BBauk.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672267253475215826" src="http://1.bp.blogspot.com/-3W-bJ-2n6kM/TrfxA5p4idI/AAAAAAAAG0E/kFtJTgOY4f0/s400/Surau%2BLubuk%2BBauk.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 400px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 326px;" /></a><br />
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-pcVF7KFLgtE/TrfwqIM90PI/AAAAAAAAGzE/agm69JNmP6o/s1600/DSC00617.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672266862243467506" src="http://3.bp.blogspot.com/-pcVF7KFLgtE/TrfwqIM90PI/AAAAAAAAGzE/agm69JNmP6o/s400/DSC00617.JPG" style="cursor: pointer; display: block; height: 400px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 300px;" /></a><br />
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-87TuIV6arts/Trfwp9vI0yI/AAAAAAAAGy8/i8-S8qbcuIA/s1600/DSC00615.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672266859434005282" src="http://1.bp.blogspot.com/-87TuIV6arts/Trfwp9vI0yI/AAAAAAAAGy8/i8-S8qbcuIA/s400/DSC00615.JPG" style="cursor: pointer; display: block; height: 400px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 300px;" /></a><br />
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-LDqzWhDCTL8/TrfwpLtnxyI/AAAAAAAAGy0/OpbGRd_tbAY/s1600/DSC00612.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672266846005872418" src="http://1.bp.blogspot.com/-LDqzWhDCTL8/TrfwpLtnxyI/AAAAAAAAGy0/OpbGRd_tbAY/s400/DSC00612.JPG" style="cursor: pointer; display: block; height: 400px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 300px;" /></a><br />
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-91J46TtLNsI/TrfxBKbj4XI/AAAAAAAAG0Q/gv3hBdaBgbk/s1600/surau%2BLB.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672267257978544498" src="http://1.bp.blogspot.com/-91J46TtLNsI/TrfxBKbj4XI/AAAAAAAAG0Q/gv3hBdaBgbk/s400/surau%2BLB.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 400px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 194px;" /></a><br />
<div style="text-align: center;"><span style="font-size: 85%; font-weight: bold;"><span style="font-family: arial;">Foto (c) Labor Sejarah FIBA IAIN Padang</span></span></div></div><div class="post-footer-line post-footer-line-1"><span class="post-author vcard"> Diposkan oleh <span class="fn"> IFA dan MALIKA ILHAM </span></span><span class="post-timestamp"></span></div>Sumber : http://ulama-minang.blogspot.com/Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16754424138069059620noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9065781408641631635.post-224599337304151662012-09-12T21:28:00.000+07:002012-09-12T21:28:19.620+07:00Muhammad Jamil Jaho<div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 13pt;">MUHAMMAD JAMIL JAHO, Syekh (…..-1360 H/1875-1941 M)</span></b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://encrypted-tbn3.google.com/images?q=tbn:ANd9GcTZryj9e1GTOqA2VG3Cyswf62aXrmgi7MaTv-xmz6L8oh-TYrNK" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://encrypted-tbn3.google.com/images?q=tbn:ANd9GcTZryj9e1GTOqA2VG3Cyswf62aXrmgi7MaTv-xmz6L8oh-TYrNK" width="240" /></a></div><span style="font-size: 13pt;"> Syekh Muhammad Jamil Jaho yang kerap dipanggil dengan sebutan Buya Jaho, atau Inyiak Jaho, atau Angku Jaho, lahir pada tahun 1875 M, di Jaho, sebuah daerah kecil yang terletak di bukit Tambangan, antara wilayah perbatasan Aceh, Padang Panjang, dan Tanah Datar, Sumatra Barat. Ayahnya bergelar Datuk Garang berasal dari Negeri Tambangan, Padang Panjang, yang pernah menjabat sebagai Qadhi Tambangan. Sementara ibunya, Umbuik, adalah seorang perempuan yang disegani di tengah-tengah masyarakat.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 13pt;"> Ia termasuk anak yang cerdas, pada usia 13 tahun, ia telah hafal Alqur'an. Pendidikan, pada mulanya ia belajar kepada ayahnya sendiri, kemudian kepada Syekh Aljufri. Setelah itu pada tahun 1893 M, Ia berguru kepada seorang ulama fikih terkenal, Syeikh al-Ayyubi di Tanjung Bungo, Padang Ganting (selama 6 tahun). Di sinilah ia berteman dengan Sulaiman ar-Rusuli, yang kelak menjadi seorang ulama terkenal dari tanah Minang. Kemudian keduanya belajar ke Biaro Kota Tuo, yang pada masa itu merupakan tempat berkumpulnya para ulama besar Minang. Dan pada tahun 1899M, keduanya belajar kepada Syeikh Abdullah Halaban, seorang ulama Minang yang terkenal mahir dalam ilmu fikih dan ushul fikih. Di sini ia dipercaya menjadi pengajar (ustadz) dan asisten pribadi Syeikh Halaban. Karena itu ia kerap dibawa serta ke pengajian-pengajian keliling negeri Minang oleh gurunya. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 13pt;"> Tahun 1908, ia pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus menuntut ilmu agama. Sebelum berangkat ia dipersuntingkan dengan gadis Tambangan yang bernama Saidah, yang kelak mengaruniai dua orang puteri bernama Samsiyyah dan Syafiah. Saat di Makkah, ia berguru kepada Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau, seorang ulama Minang yang menjadi imam, dan khatib di Masjidil Haram. Di tanah suci ini ia berteman dengan Syeikh Abdul Karim Amrullah (ayah Buya Hamka). Keduanya menjadi murid kesayangan Syeikh Ahmad Khatib, dan diberi kehormatan untuk mengajar murid-murid yang lain.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 13pt;"> Ia belajar di Makkah selama 10 tahun. Selama itu ia memperoleh tiga ijazah dari tiga orang ulama besar di Makkah pada zamannya, yaitu Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau (guru besar madzhab Syafi’i), Syeikh Alwi al-Maliki (guru besar madzhab Maliki), dan Syeikh Mukhtar al-Affani (guru besar madzhab Hanbali).</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 13pt;"> Setelah bermukim 10 tahun lamanya di Makkah, ia kembali ke Padang Panjang, da menjadi ulama terkenal dan disegani karena kedalaman ilmunya dan kesolehan pribadinya. Ia mengajar di Jaho dan di beberapa daerah di Minangkabau.</span></div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 13pt;"> </span></b><span style="font-size: 13pt;">Pada tahun 1922, bersama-sama Syeikh Sulaiman ar-Rusuli dan Syeikh Abdul Karim Amrullah, beliau mendirikan Persatuan Ulama Minangkabau dan perguruan Islam Thawalib. Di kampung halamannya Jaho, pada tahun 1924 ia mendirikan surau dan membuka halaqah pengajian. Muridnya beragam yang datang. Ada dari Aceh, Jambi, Sumatra Utara, dan Lampung.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 13pt;"> Halaqah yang didirikannya ini kelak berkembang menjadi Madrasah Tarbiyah Islamiyah Jaho, setelah bergabung dengan Syeikh Sulaiman ar-Rusuli, kedua tokoh ini sepaham dalam menolak ijtihad dan menolak meninggalkan taqlid pada ulama. Namun dalam soal tarekat keduanya berbeda paham.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 13pt;"> Bersama-sama dengan Syeikh ar-Rusuli, beliau mengembangkan Madrasah Tarbiyah Islamiyah ini menjadi sebuah gerakan organisasi Islam dengan nama Persatuan Tarbiyah Islamiyah. Duet Syeikh Muhammad Jamil Jaho dan Syeikh Sulaiman ar-Rusuli menjadi simbol utama ulama tradisional pada masa itu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 13pt;"> Di kalangan masyarakat Minang saat itu, Syeikh Jamil Jaho dikenal memiliki sikap netral dalam menghadapi perbedaan pendapat antara kaum tua dengan kaum muda soal pembaharuan Islam di Minangkabau. Pola penyebaran dakwah yang beliau terapkan merupakan cara yang dipakai oleh Syeikh Jamil Jambek, yakni dengan mendatangi kampung-kampung untuk menyampaikan risalah Islam.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 13pt;"> Selain aktif mengajar dan berdakwah, semasa hidupnya ia juga gemar menulis dan banyak meninggalkan karya tulis. </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><img alt="Mengenal Syekh Muhammad Jamil Jaho, Ulama Pembaru dari Minang" height="205" src="file:///C:/Users/Pro/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg" width="285" /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;">Syekh Muhammad Jamil Jaho (duduk kedua dari kiri)</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 13pt;">Peran & Pemikiran</span></b></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 13pt;"> Di kalangan ulama Minang pada masa itu, ia termasuk ulama yang berpaham pembaharu, tetepi menolak pola ijtihad, sekaligus bersikap menerima taqlid kepada ulama-ulama terdahulu. Sebuah cara berpikir yang bertolak belakang dengan trend berpikir yang digandrungi oleh ulama muda di masa itu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 13pt;"> Ia dikenal sebagai orang yang memiliki peran besar dalam kiprah Muhammadiyah di tanah Minangkabau. Hadirnya Muhammadiyah di Minangkabau, dan berkembang sampai di Batipuh tidak lepas dari kepedulian Syeikh Muhammad Jamil Jaho bersama Syeikh Muhammad Zain Simabur.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 13pt;"> Syeikh Muhammad Jamil Jaho mengikuti cara berpikir Syeikh Yusuf Nabhani, yang dikenal anti kepada pemikiran Muhammad Abduh, Jamaluddin al-Afghani dan Rasyid Ridha yang kala itu banyak diikuti oleh para ulama muda di seluruh penjuru dunia Islam.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 13pt;">Karya</span></b></div><div style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 13pt;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><i><span style="font-size: 13pt;">Tadzkiratul Qulub fil Muraqabah 'Allamul Ghuyub, </span></i></div><div style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 13pt;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><i><span style="font-size: 13pt;">Nujumul Hidayah, </span></i></div><div style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 13pt;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><i><span style="font-size: 13pt;">as-Syamsul Lami'ah, </span></i></div><div style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 13pt;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><i><span style="font-size: 13pt;">fil 'Aqidah wa Diyanah,</span></i></div><div style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 13pt;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><i><span style="font-size: 13pt;">Hujjatul Balighah, </span></i></div><div style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 13pt;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><i><span style="font-size: 13pt;">al-Maqalah ar-Radhiyah,</span></i></div><div style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 13pt;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><i><span style="font-size: 13pt;">Kasyful Awsiyah.</span></i></div><div style="text-align: justify;"> Sumber :</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/16754424138069059620noreply@blogger.com0