Published On:Jumat, 20 Januari 2012
Posted by Unknown
Motif Tradisonal Songket Silungkang "Pucuak Rabuang"
Motif pucuk rebung adalah salah satu motif sakral bagi masyarakat Minangkabau. Pada tenunan songket motif pucuk rebung terdapat pada kepala kain sarung, bagian bawah sarung dan pada ujung selendang/ sandang. Motif pucuk rebung lambang kehidupan berguna. Rebung adalah anak atau bambu muda, rebung dijadikan bahan sayuran atau gulai. Gulai rebung merupakan salah satu makanan adat yang selalu dijumpai pada kenduri adat di Minangkabau. Bambu yang sudah besar (dewasa) dinamakan betung (batuang), dan betung memiliki sifat yang lentur sehingga mudah dibentuk, diantaranya untuk kraf tangan yang dirancang untuk berbagai kelengkapan rumah tangga. Bambu yang sudah
tua dinamakan ruyung, ruyung banyak dipakai untuk sesuatu yang kuat atau penyangga yang dapat memberi kekuatan pada benda lain, seperti tiang, lantai dan dinding rumah.
Kehidupan bambu dari kecil sampai tua menggambarkan kehidupan berguna dan tidak sia-sia, yang dilambangkan dengan motif pucuk rebung. Dalam pepatah dikatakan: Dek ketek banamo, lah gadang bagala, dek ketek banamo rabuang, lah gadang banamo batuang, lah tuo banamo ruyuang, hiduik katiko mudo baguno, hiduik kutiko tuo tapakai (semasa kecil bernama, setelah besar bergelar, ketika kecil bernama rebung, setelah dewasa bernama betung, setelah tua bernama ruyung, hidup ketika muda berguna, hidup ketika tua terpakai).
Mempergunakan bahan material bambu disesuaikan dengan keadaan: Nan panjang kapambuluah, nan pendek kaparian, nan rabuang kapanggulai (yang panjang untuk saluran air, yang pendek untuk tempat air, yang rebung untuk digulai).
Sumber : Songket Minangkabau, Teknik dan Filosofi (Oleh: Agusti Efi Marthala)
Description: Motif Tradisonal Songket Silungkang "Pucuak Rabuang"
Reviewer: Unknown
ItemReviewed: Motif Tradisonal Songket Silungkang "Pucuak Rabuang"