Published On:Rabu, 04 Januari 2012
Posted by Unknown
wisata kuliner sumatra barat
Salah satu hobi kami (saya dan isteri) yang tidak pernah kami lewatkan semenjak menikah adalah wisata kuliner, minimal sekali seminggu ada saja rumah makan yang kami kunjungi untuk berwisata kuliner. Apa saja rumah makan yang di rekomendasikan orang ataupun yang banyak orang berkunjung ke sana kami usahakan untuk minimalnya sekali makan di sana untuk merasakan ciri khas masakan tersebut.
Isteri saya adalah seorang koki yang sangat pandai memasak masakan padang (ini bukan pengakuan saya saja, akan tetapi juga pengakuan keluarga besarnya dan keluarga besar saya, tapi juga pengakuan tamu-tamu yang pernah saya ajak makan di rumah). Sementara saya adalah orang yang sangat rewel terhadap rasa masakan. Jika rasa masakan tersebut tidak sesuai dengan lidah, jangan harap akan bisa tertelan.
Selain itu isteri juga penilai masakan yang hebat. Dia menilai masakan tersebut dari 4 kriteria; yang pertama dari segi rasa, yang kedua dari segi kebersihan, yang ketiga dari segi pelayanan yang keempat dari segi harga. Apabila sebuah masakan tidak memenuhi salah satu keriteria, maka secara otomatis akan mengurangi nilai dari masakan tersebut. Yang paling tidak bisa dimaafkan dari sebuah masakan/rumah makan adalah kurang dari segi kebersihan. Kalau lah dari segi kebersihan tidak memenuhi syarat, betapapun lezatnya masakan di rumah makan tersebut kami tidak akan pernah lagi pergi makan ke sana.
Mencari rumah makan yang benar-benar sempurna memang sulit, paling banyak sebuah rumah makan Cuma memenuhi 2 atau 3 kriteria, jarang yang bisa memenuhi criteria secara keseluruhannya. Dari segi selerapun kami berbeda. Kalau saya suka makan di rumah makan selamat karena racikan bumbu masaknya yang masih tradisional banget, tapi isteri tidak terlalu suka makan di sana, sebab di rumah makan selamat sangat miskin dengan sayur-nya. Beliau sangat suka makan di rumah makan bahagia dan ampera ampalu raya, sebab sayur-sayurannya cukup lengkap. Tapi di banding dengan kedua rumah makan ini saya lebih suka dengan rumah makan selamat, sebab kedua rumah makan ini rasanya sudah nasional alias cabenya sudah kurang pedas.
Pernah suatu kali, ketika saya makan di sebuah rumah makan favorit. Rumah makan ini adalah salah satu rumah makan langganan saya kalau isteri lagi di pekanbaru. Ketika nasi hampir habis di piring, saya melihat sesuatu yang bergulung-gulung, mula-mula saya menduga itu adalah gelang karet, tapi setelah di amati benar ternyata adalah cacing, langsung saja selera makan jadi hilang. Untuk sesaat saya duduk saja di meja makan sambil menunggu orang agak sunyi, untuk memberi tahu ke kasir kalau di dalam sayurannya terdapat cacing. Jangankan tambah sunyi, orang malah tambah antri untuk makan di sana.
Karena tidak mau membuat malu rumah makan tersebut akhirnya saya putuskan untuk pergi saja setelah membayar. Ketika saya ceritakan tentang pengalaman saya di rumah makan tersebut, isteripun mengaku kalau dia juga pernah menemukan kecoa dalam masakan di rumah makan tersebut, tapi karena tidak ingin saya kehilangan selera, dia singkirkan saja kecoa tersebut dan tidak memberitahu saya. Sejak saat itu kami berdua tidak pernah lagi makan di rumah makan tersebut.
Pernah Juga kami di rekomendasikan untuk makan di sebuah rumah makan karena gulai kambingnya yang lezat. Ketika mencicipi rasa masakannya memang terasa lezat, tapi ketika saya pergi ke toilet nya untuk buang air, ternyata toilet rumah makan tersebut sangat kotor, hal ini langsung membuat saya kehilangan selera, waktu itu saya bilang ke isteri untuk segera mengakhiri makannya. Bagaimana seseorang bisa menjaga kebersihan makanannya sedangkan menjaga kebersihan diri sendiri saja tidak bisa.
Apakah semakin mahal harga sebuah masakan atau semakin elit tempat makan menandakan masakan tersebut semakin enak, Tidak juga. Pernah ketika kami liburan dan singgah di sebuah hotel yang terkenal di bukittinggi. Untuk menghilangkan dahaga, saya memesan 4 gelas jus jeruk untuk saya, isteri dan anak-anak. Ketika pesanan datang, ternyata yang di bikin Cuma 1 gelas.
Waktu itu saya ingin protes tapi oleh isteri di suruh cobain dulu rasa jus yang satu gelas itu. Ketika membayar harga jus tersebut, betapa terperanjatnya kami sebab 1 gelas jus tersebut harganya Rp. 25.000. ketika itu harga jus serupa di rumah makan biasa harganya sekitar Rp. 5.000,- . Tapi yang lebih membuat kami bingung ternyata rasa jus nya tidak sepadan dengan harga yang mereka berikan. Dalam hati saya ngomong kalau rasa yang seperti ini mah di kasi gratis saya ga bakal mau. Dalam hati yang terdalam pun saya merasa kasihan dengan orang-orang kaya yang menginap di hotel ini, sebab yang mereka beli Cuma merek hotel, bukan rasa masakan hotel tersebut.
Description: wisata kuliner sumatra barat
Reviewer: Unknown
ItemReviewed: wisata kuliner sumatra barat