Tuduhan
'pelit' kerap melekat pada orang-orang asal Sumatera Barat. Namun para
'tertuduh' ini, entah karena tak perduli atau bosan mendengarnya,
biasanya hanya tersenyum saja. Mereka memang terkenal jagoan dagang dan
jago juga mengatur uang, makanya jadi dikira pelit. Apa saja dagangannya
selain makanan Padang?
Selain alam yang indah dan tatanan
adat yang unik, bumi Minang tersohor pula akan beragam karya seninya.
Jika Anda menghadiri acara pernikahan adat Minang, simak detil
pelaminannya yang mewah dan meriah penuh warna, kilauan kain songket
serta aksesori perak dan emas yang dipakai oleh kedua mempelai, hingga
ukiran kayu yang dipajang di beberapa sudut. Sungguh memukau! Inilah
buah tangan para perajin Minang yang kian digemari sampai ke
mancanegara.
Perak Koto Gadang
Mantan Presiden Soekamo begitu terkesan dan pernah menulis, "Koto
Gadang, kotanja ketjil tetapi hatinja gadang." (Koto Gadang, kotanya
kecil tetapi hatinya besar - red.). Jika menelusuri sejarah, memang
nyata bahwa Koto Gadang merupakan pusat budayawan dan sastrawan.
Pendeknya, kota orang-orang pintar. Begitu banyak tokoh penting lahir
dari sini, dokter, politikus, duta besar, guru besar, seniman;
menyebabkan kehebatan cumber daya manusianya sulit ditandingi oleh kota
lain di negara ini. Tokoh pers Roehana Koeddoes, politikus dan tokoh
pergerakan Haji Agus Salim, ahli ekonomi dan mantan Menteri Lingkungan
Hidup Emil Salim, seniman lukis Oesman Effendi untuk menyebut sejumlah
nama, adalah orang Koto Gadang.
Tak heran jika kerajinan
peraknya pun memiliki brand image yang mendunia sejak 1911. Perhiasan,
aksesori pakaian, pajangan hingga miniatur rumah Minang yang terbuat
dari perak, tersedia di sini. Perak Koto Gadang bermotif lebih halus
dibanding perak buatan tanah Jawa. Warnanya pun tidak mengkilat,
melainkan berkesan `doff dalam nuansa putih susu yang elegan. Ringan dan
elok, sangat manic bila dipadukan dengan songket untuk menghadiri acara
resmi.
Benang Emas Pandai SikeK
Konon dahulu di sekitar daerah Padang Panjang, para wanita harus
memakai pakaian adat yang ditenun serta dihiasi benang emas. Kain tenun
bermotif halus dan berwarna cerah ini bahkan diberi nama-nama spesifik
untuk membedakan coraknya, seperti Cukie Barantai, Cukie Bungo Tanjuang,
Cukie Barayam Tali-Tali Buruang dan sebagainya. Songket Minangkabau,
begitu kini orang banyak mengenalnya. Sebuah kampung di Padang Panjang,
yaitu Pandai Sikek, sekarang terkenal sebagai pusat kerajinan tenun di
Sumatera Barat. Terletak di Kabupaten Tana Datar, Kecamatan Sepuluh
Koto, Desa Koto Baru, lokasinya tak sulit ditemui. Jika menuju
Bukittinggi dari Padang, tempatnya hanya sekitar 15 menit setelah Anda
melewati Lembah Anai.
Perhatikan baik-baik petunjuk jalan. Pandai Sikek ada di kiri jalan.
Susuri jalan itu sekitar 1 km untuk menemui sejumlah toko penjual kain
songket. Beberapa toko juga memiliki workshop di tempat yang sama bagi
Anda yang ingin melihat langsung prows pembuatannya. Motif yang rumit
dalam tenunan Pandai Sikek memang membutuhkan keahlian yang tinggi.
Untungnya keahlian ini tak pernah lenyap dimakan sang waktu karena
penduduk setempat masih mewariskan kepandaian ini kepada putri-putrinya.
Ya, pekerjaan menenun di sini memang hanya dilakukan oleh kaum wanita.
Ada tiga jenis tenunan, yaitu benang satu, benang dua dan benang empat.
Kain songket benang satu justru paling mahal karena waktu untuk
menenunnya lebih lama, sekitar satu bulan hanya untuk menyelesaikan
sebuah selendang. Hasilnya lebih halus dan lentur dibandingkan yang
berbenang dua atau empat. Selendang benang dua bisa diselesaikan dalam
tiga minggu dan cuma dua minggu untuk selendang benang empat.
Harga songket benang satu bisa mencapai Rp. 350.000,- untuk satu
selendang, belum termasuk kain bawahannya. Jika membeli satu set
selendang dan kain, harganya bisa sampai Rp. I juta. Sedangkan satu set
songket benang dua dihargai sekitar Rp. 850.000,- dan yang benang empat
bisa didapatkan dengan Rp. 500.000,- saja. Namun harga ini sangat
sebanding dengan keindahan dan kehalusan tekstur yang Anda dapatkan dari
songket khas Minang ini. Bahkan perancang busana kawakan, Edward
Hutabarat, cukup sering menggunakan songket dalam rancangannya. Tak
hanya itu,hiasan dinding dari kain songket juga tersedia dengan harga
sekitar Rp. 100.000,-. Lengkapi dengan frame dari ukiran Pandai Sikek
juga dan jadilah hiasan yang cantik.
Torehan Kayu Surian
Jika para perempuan Pandai Sikek sibuk menenun songket, maka para
laki-laki sibuk mengukir. Seni ukir cukup berkembang di Sumatera Barat,
terutama di kawasan Pandai Sikek ini. Berbahan baku kayu surian atau
kayu suren, ukiran Minang memerlukan ketelitian dan kecermatan para
pengukir dalam menorehkan motif motif khas yang penuh warna. Hasilnya
sungguh menawan!
Seperti seni tenun, seluk beluk teknik
ukiran di sini adalah ilmu `warisan' dan hingga kini masih diturunkan
kepada kaum muda oleh 'guru-guru besar' seni ukir yang biasa dipanggil
Pak Tuo. Kerajinan ukiran dan tenun songket yang awalnya merupakan
aktifitas budaya, sekarang berubah menjadi profesi untuk meraih rupiah.
Kaya budaya dan sekaligus kaya raya, kan?
Oleh-Oleh
Namun kalau Anda tak punya cukup waktu mengunjungi pusatpusat kerajinan
di kotanya masing-masing, pergi saja ke toko souvenir setempat yang
dijamin pasti menjual segala hal yang Anda inginkan, misalnya saja di
Silungkang Art Center di Padang. Untuk cemilan khas Minang, kunjungi
Toko Ayu, tak jauh dari Silungkang Art Center. Sedangkan di Bukittinggi,
tempat belanja oleh-oleh (sekaligus shopping barang-barang yang lebih
`modern') bisa ditemui di sepanjang Jalan Minangkabau atau saat Anda
mengunjungi daerah wisata seperti Panorama Ngarai Sianok dan Gua Jepang.
Di Jalan Minangkabau, toko-toko berjajar persis di Pasar Baru
Jakarta dan menjual berbagai kebutuhan, oleh-oleh serta kerajinan
tangan khas Sumatera Barat. Atau bagi Anda yang gemar menawar, di ujung
jalan ini terdapat sebuah pasar yang dinamakan Pasar Atas. Inilah pasar
yang menjual ratusan barangbarang kelontong dan keperluan rumah tangga
lainnya, selain juga tentunya oleh-oleh dan produk kriya. Tapi jangan
berharap untuk bisa menawar dengan harga serendah mungkin, apalagi kalau
Anda tak mahir bahasa Padang. Jangan lupa... Anda berhadapan dengan
para jagoan dagang! (rin) |
|
|