Published On:Rabu, 12 September 2012
Posted by Unknown
Surau Lubuk Bauk
Eksotisme Kultural Surau Lubuk Bauk
Edit :  Muhammad Ilham
Surau Lubuk Bauk didirikan di atas tanah wakaf Datuk Bandaro Panjang, seorang yang berasal dari suku Jambak, Jurai Nan Ampek Suku. Dibangun oleh masyarakat Nagari Batipuh Baruh dibawah koordinasi para ninik mamak pada tahun 1896 dan dapat diselesaikan tahun 1901. Bangunan yang bercorak Koto Piliang yang tercermin pada susunan atap dan terdapatnya bangunan menara, sarat dengan perlambang dan falsafah hidup ini memiliki peran besar dalam melahirkan santri dan ulama yang selanjutnya menjadi tokoh pengembang agama Islam di Sumatera Barat. Surau Nagari Lubuk Bauk berdiri di pinggir jalan raya Batusangkar Padang. Secara administratif terletak Desa Lubuk Bauk, Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Bangunan surau terletak lebih rendah ± 1 m dari jalan raya berbatasan dengan jalan raya Batusangkar Padang di bagian utara, kolam dan masjid di bagian timur, kolam dan rumah penduduk di bagian selatan, dan rumah penduduk di bagian barat.
Surau Lubuk Bauk didirikan di atas tanah wakaf Datuk Bandaro Panjang, seorang yang berasal dari suku Jambak, Jurai Nan Ampek Suku. Dibangun oleh masyarakat Nagari Batipuh Baruh dibawah koordinasi para ninik mamak pada tahun 1896 dan dapat diselesaikan tahun 1901. Bangunan yang bercorak Koto Piliang yang tercermin pada susunan atap dan terdapatnya bangunan menara, sarat dengan perlambang dan falsafah hidup ini memiliki peran besar dalam melahirkan santri dan ulama yang selanjutnya menjadi tokoh pengembang agama Islam di Sumatera Barat. Surau Nagari Lubuk Bauk berdiri di pinggir jalan raya Batusangkar Padang. Secara administratif terletak Desa Lubuk Bauk, Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Bangunan surau terletak lebih rendah ± 1 m dari jalan raya berbatasan dengan jalan raya Batusangkar Padang di bagian utara, kolam dan masjid di bagian timur, kolam dan rumah penduduk di bagian selatan, dan rumah penduduk di bagian barat.
Surau     Lubuk Bauk berdenah bujur sangkar, terbuat dari kayu surian dengan    luas  154 m2  dan tinggi bangunan sampai kemuncak ± 13 m. Bangunan     dikelilingi pagar besi  berbentuk panggung dengan tinggi kolong 1,40 m     terdiri dari tiga lantai dan satu  lantai berfungsi sebagai   kubah/menara   yang terletak di atas atap gonjong  berbentuk segi   delapan. Pintu   gerbang terletak di timur menghadap ke selatan  (jalan   raya), sedangkan   pintu masuk surau terletak di timur dan naik melalui    enam buah anak   tangga. Di atas pintu (ambang pintu) terdapat  tulisan  arab   Bismillahirrahmanirrahim yang dibuat dengan teknik ukir  dan di     belakangnya ditutup dengan bilah papan. Di depan pintu  terdapat tempat    mengambil air wudlu. Atap bangunan terbuat dari seng,  bersusun tiga.  Atap   pertama dan  kedua berbentuk limasan, sedangkan  atap ketiga yang  juga   berfungsi sebagai  menara memiliki bentuk  gonjong di keempat  sisinya. Pada bagian puncak, atapnya membentuk kerucut dengan bentuk susunan buah labu/bola-bola.
Bangunan surau terdiri atas tiga lantai, yaitu lantai I, II, dan III.     Denah lantai I  berukuran 12 × 12 m. Lantai I merupakan ruang utama     untuk sholat dan juga tempat  belajar agama. Di sisi barat terdapat     mihrab berukuran 4 × 2,50 m. Di ruang ini  tidak terdapat mimbar.  Ruang    utama ini ditopang oleh 30 tiang kayu penyangga  yang bertumpu  di atas    umpak batu sungai. Menurut keterangan masyarakat,  jumlah  tiang   sebanyak  itu sama dengan jumlah tiang rumah gadang menurut adat     Minangkabau.  Tiang-tiang tersebut berbentuk segi delapan dan tiang    bagian tengah  diberi ukiran di sebelah atas serta bagian bawahnya.    Dinding dan lantai  terbuat dari  bilah papan, dan pada sisi utara,    selatan, dan timur  terdapat jendela yang  diberi penutup. Di bagian    luarnya terdapat  ukir-ukiran berpola tanaman  sulur-suluran. Ukiran    diletakkan di bagian  atas lengkungan-lengkungan yang menutupi  kolong    bangunan. Lantai   II  berukuran 10   × 7,50 m, lebih kecil dari lantai I. Untuk masuk ke   lantai II melalui   sebuah tangga kayu. Di dalam lantai II tiang utama    (empat tonggak)   juga diberi ukiran-ukiran yang berpola sama dengan  tiang  di  lantai I.   Lantai III berdenah  bujur  sangkar berukuran   3,50 ×  3,50 m. Di tengah-tengah ruangan  terdapat satu  tiang dengan   tangga melingkar untuk  naik ke menara. Sedangkan bagian luar  lantai III membentuk     empat serambi dengan  atap membentuk gonjong yang meman-tulkan     ciri-ciri khas bangunan Minang yang menghadap ke arah  empat mata angin.     Dinding serambi yang menghadap luar penuh dengan ukiran yang  diberi     wama merah, kuning, dan hijau mengambil pola tumbuhan pakis seperti   pola    bias pada bangunan rumah seorang tokoh masyarakat atau   pemerintahan.   Di salah  satu bidang hias, di setiap serambi terdapat   dua ukiran  bundar  yang bagian  tengahnya disamar oleh tumbuh-umbuhan.   Ukiran  tersebut  mengmgatkan pada motif uang Belanda dan mahkota   kerajaan.  Menurut  keterangan masyarakat, empat  serambi melambangkan   Jurai nan  Ampek Suku,  agama, dan lambang dan empat tokoh pemerintahan   (Basa Empat  Balai)  kerajaan Pagaruyung. Sedangkan ukiran  pakis di   bagian luar  serambi  melambangkan kebijaksanaan, persatuan, dan   kesatuan  dalam  nagari. Bangunan    menara berdenah  segi delapan berdinding kayu dengan jendela jendela    semu  yang diberi  kaca di setiap sisinya. Pada bagian luar, terdapat    ukiran   sulur-suluran pada bagian bawah dan pada bagian atasnya   terdapat  hiasan  dengan pola  segi empat. Bagian atas menara diberi   kemuncak yang   terdiri dari  bulatan-bulatan (labu-labu) yang makin ke   atas semakin   mengecil dan di akhiri oleh  bagian yang runcing   (gonjong).





Foto (c) Labor Sejarah FIBA IAIN Padang
Description: Surau Lubuk Bauk
Reviewer: Unknown
ItemReviewed: Surau Lubuk Bauk













