Published On:Selasa, 03 Januari 2012
Posted by Unknown
Berburu Babi di Padang Kandi
Seekor anjing cokelat gelisah duduk di sebelah tuannya. Dengan mata
liar dan lidah terjulur, ia seperti tak sabar ingin menyusul ribuan
anjing lain yang sudah masuk hutan.
Hendra Makmur
RASDI, sang tuan, menahan tali pengikat. "Sabar," katanya, sambil mengelus kepala anjing. Suara salakan dan agresivitas anjing lain agaknya memprovokasi anjing milik Rasdi. Itu hal yang biasa ketika berburu babi.
Rasdi adalah salah satu dari sekitar 10 ribu pemburu yang ikut berburu babi hutan di Jorong (Dusun) Padang Kandi, Nagari Tujuah Koto Talago, Kecamatan Guguak, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatra Barat (Sumbar), Minggu (11/4)."Berburu bagi saya untuk kepuasan batin. Begitu juga dengan pemburu yang lain. Makanya banyak yang datang dari berbagai daerah, dengan biaya sendiri. Padahal, kita berburu di sini juga membantu menghilangkan hama di daerah ini," kata Rasdi ketika berbincang dengan aktivis Nasional Demokrat (Nasdem) Sumbar Yul Akhyari Sastra di pinggir hutan.
Acara berburu babi tersebut memang digelar Persatuan Olah Raga Buru Babi (Porbi) Limapuluh Kota bekerja sama dengan Nasdem. "Nasdem terpanggil untuk ikut melestarikan tradisi yang hidup dalam masyarakat. Buru babi ini tradisi luar biasa. Selain berguna un-tuk pemberantasan hama babi yang mengganggu tanaman masyarakat, juga menjadi ajang silaturahim masyarakat Sumbar bahkan dari provinsi tetangga," kata Yul.Hal itu dibenarkan Ketua Porbi Limapuluh Kota Edi Goler. "Setidaknya ada 10 ribu pemburu yang mengikuti buru babi kali ini dengan membawa hampir 20 ribu anjing. Selain datang dari pelosok Sumbar, tamu juga datang dari Dumai, Duri, Pekanbaru (Riau), Jambi, dan bahkan Bengkulu," tuturnya.
Para pemburu sudah datang sejak Sabtu (10/4) malam ke Padang Kandi. Pemburu dari luar daerah rata-rata datang membawa anjing tiga ekor atau lebih dan mengendarai jip atau kendaraan bak terbuka. Malam Minggu itu, mereka disambut kesenian tradisi saluang, sambil menunggu pagi.Pemburu di kampung datang dengan motor, becak, dan bahkan berjalan kaki. Tak berapa lama setelah matahari terbit, mereka sudah berkumpul di tanah lapang. Setelah ada aba-aba dari para tuo buru (tetua pemburu), ketua buru membagi tugas koordinasi perburuan kepada belasan munak buru.Muncak buru adalah koordinator lapangan dalam berburu. Di masa lalu, mereka mestilah punya suara nyaring karena harus berteriak untuk mengoordinasikan ratusan hingga ribuan pemburu.
Masih ada sinyal
Saat ini, setiap muncak buru membawa pengeras suara sehingga mudah memberikan informasi kepada peserta.Bahkan, untuk perburuan di hutan yang masih bisa menerima sinyal, para muncak buru bisa berkoordinasi dengan telepon seluler. Koordinasi penting agar anjing dilepaskan pada saat yang tepat sehingga buruan tak lepas ke rimba. Koordinasi juga diperlukan antara tim pencari dan para pemburu yang biasanya menghadang di sisi yang berbeda."Tanggung jawab mencari dan menghalau babi merupakan tanggung jawab tuan rumah sebagai pihak yang mengerti medan dan tahu di mana sarang dan jalur babi," kata Anjang, salah satu muncak buru.
Dalam perburuan di Padang Kandi, pemburu Nagari Tujuah Koto Talago sebagai tuan rumah menurunkan tim pencari dengan kekuatan 50 anjing.Anjing yang diturunkan untuk mencari biasanya anjing kampung yang penciuman-nya lebih tajam dan mengerti medan.Tim pendahulu ini menyisir Bukit Bolak dan Bukit Balerong yang biasa menjadi sarang dan jalur babi. Babi yang kaget akan lari ke arah Bukit Tongah, Bukit Nyanda, dan Bukit Rao-Rao.Di tiga bukit hingga ke lem-bahnya, ribuan anjing sudah menanti. Mereka menunggu aba-aba dari muncak buru sebelum melepaskan anjing. Bila babi sudah lari ke kawasan itu, anjing pun dilepas.
Naluri berburu
Anjing yang terkenal jago menangkap buruan biasanya anjing jenis herder, boxer, bul-dog, atau peranakan luar negeri lainnya.Bila dikawin silang dengan anjing kampung, anjing jenis itu bisa punya kelebihan, selain jago mencari, lihai membunuh buruan. "Namun, dari seribu anjing paling-paling hanya dua ekor yang betul-betul bagus. Anjing berburu yang bagus tak bergantung pada jenisnya, tetapi karena memang punya naluri berburu yang tinggi," kata Anggib, tetua buru dari Padang Panjang.
Kekhasan perburuan babi di Minangkabau adalah menggunakan anjing sebagai senjata utama. Senapan, tombak, atau pisau hanya untuk berjaga-jaga bila anjing tak mampu mengatasi babi.Babi yang diburu adalah babi hutan yang di Minangkabau juga disebut dengan kondiak. Babi jenis itu sangat berbeda dengan babi ternak yang dikenal berwarna putih dan jinak. Selain memakan dan merusak tanaman padi, ubi, dan jagung di pinggir hutan, babi hutan dikenal cukup ganas dan bisa menyerang manusia.
Babi besar yang sudah bertaring adalah yang paling sulit diatasi anjing. Babi jenis itu yang biasanya juga menyerang balik dan melukai anjing.Namun, sebesar apa pun, babi takkan bisa berkutik bila sudah berhasil dijatuhkan. Babi yang jatuh berarti tamat karena ratusan anjing akan langsung menyerbu dan membuatnya tak bersisa dalam hitungan menit.
Berburu babi memang sudah menjadi tradisi sejak ratusan tahun di Minangkabau. Setelah kemerdekaan, buru babi dikemas menjadi semacam olahraga yang dikelola Porbi. Para pemburu biasa saling berkunjung ke daerah lain yang menggelar buru babi. Selain membantu memberantas hama tanaman, hobi tersalurkan, silaturahim pun tercipta.Di Sumbar, peminat olahraga tradisi itu diperkirakan lebih dari 500 ribu orang. Melintasi batas daerah, status sosial, politik, dan ekonomi. Besarnyapeminat buru babi disebabkan olahraga bisa disesuaikan dengan keadaan ekonomi masyarakat.
Untuk kalangan yang berada, anjing pemburu mendapat perlakuan istimewa dengan asupan makanan serta vitamin. "Untuk masyarakat di kampung, tak perlu perawatan mahal juga. Tergantung kemampuan mereka. Namun, biasanya menjelang berburu, anjing diberi telur, madu, dan saka (sejenis gula Jawa). Hal ini agar anjing lebih bertenaga," kata Edi.Tradisi olahraga rakyat yang melintasi sekat-sekat sosial dan politik, menurut Yul Akhyari, mesti terus dilestarikan. "Nasdem berkomitmen untuk ikut melestarikan tradisi ini."
(N-4)hendramakmur@ mediaindonesia.com
http://bataviase.co.id/
Hendra Makmur
RASDI, sang tuan, menahan tali pengikat. "Sabar," katanya, sambil mengelus kepala anjing. Suara salakan dan agresivitas anjing lain agaknya memprovokasi anjing milik Rasdi. Itu hal yang biasa ketika berburu babi.
Rasdi adalah salah satu dari sekitar 10 ribu pemburu yang ikut berburu babi hutan di Jorong (Dusun) Padang Kandi, Nagari Tujuah Koto Talago, Kecamatan Guguak, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatra Barat (Sumbar), Minggu (11/4)."Berburu bagi saya untuk kepuasan batin. Begitu juga dengan pemburu yang lain. Makanya banyak yang datang dari berbagai daerah, dengan biaya sendiri. Padahal, kita berburu di sini juga membantu menghilangkan hama di daerah ini," kata Rasdi ketika berbincang dengan aktivis Nasional Demokrat (Nasdem) Sumbar Yul Akhyari Sastra di pinggir hutan.
Acara berburu babi tersebut memang digelar Persatuan Olah Raga Buru Babi (Porbi) Limapuluh Kota bekerja sama dengan Nasdem. "Nasdem terpanggil untuk ikut melestarikan tradisi yang hidup dalam masyarakat. Buru babi ini tradisi luar biasa. Selain berguna un-tuk pemberantasan hama babi yang mengganggu tanaman masyarakat, juga menjadi ajang silaturahim masyarakat Sumbar bahkan dari provinsi tetangga," kata Yul.Hal itu dibenarkan Ketua Porbi Limapuluh Kota Edi Goler. "Setidaknya ada 10 ribu pemburu yang mengikuti buru babi kali ini dengan membawa hampir 20 ribu anjing. Selain datang dari pelosok Sumbar, tamu juga datang dari Dumai, Duri, Pekanbaru (Riau), Jambi, dan bahkan Bengkulu," tuturnya.
Para pemburu sudah datang sejak Sabtu (10/4) malam ke Padang Kandi. Pemburu dari luar daerah rata-rata datang membawa anjing tiga ekor atau lebih dan mengendarai jip atau kendaraan bak terbuka. Malam Minggu itu, mereka disambut kesenian tradisi saluang, sambil menunggu pagi.Pemburu di kampung datang dengan motor, becak, dan bahkan berjalan kaki. Tak berapa lama setelah matahari terbit, mereka sudah berkumpul di tanah lapang. Setelah ada aba-aba dari para tuo buru (tetua pemburu), ketua buru membagi tugas koordinasi perburuan kepada belasan munak buru.Muncak buru adalah koordinator lapangan dalam berburu. Di masa lalu, mereka mestilah punya suara nyaring karena harus berteriak untuk mengoordinasikan ratusan hingga ribuan pemburu.
Masih ada sinyal
Saat ini, setiap muncak buru membawa pengeras suara sehingga mudah memberikan informasi kepada peserta.Bahkan, untuk perburuan di hutan yang masih bisa menerima sinyal, para muncak buru bisa berkoordinasi dengan telepon seluler. Koordinasi penting agar anjing dilepaskan pada saat yang tepat sehingga buruan tak lepas ke rimba. Koordinasi juga diperlukan antara tim pencari dan para pemburu yang biasanya menghadang di sisi yang berbeda."Tanggung jawab mencari dan menghalau babi merupakan tanggung jawab tuan rumah sebagai pihak yang mengerti medan dan tahu di mana sarang dan jalur babi," kata Anjang, salah satu muncak buru.
Dalam perburuan di Padang Kandi, pemburu Nagari Tujuah Koto Talago sebagai tuan rumah menurunkan tim pencari dengan kekuatan 50 anjing.Anjing yang diturunkan untuk mencari biasanya anjing kampung yang penciuman-nya lebih tajam dan mengerti medan.Tim pendahulu ini menyisir Bukit Bolak dan Bukit Balerong yang biasa menjadi sarang dan jalur babi. Babi yang kaget akan lari ke arah Bukit Tongah, Bukit Nyanda, dan Bukit Rao-Rao.Di tiga bukit hingga ke lem-bahnya, ribuan anjing sudah menanti. Mereka menunggu aba-aba dari muncak buru sebelum melepaskan anjing. Bila babi sudah lari ke kawasan itu, anjing pun dilepas.
Naluri berburu
Anjing yang terkenal jago menangkap buruan biasanya anjing jenis herder, boxer, bul-dog, atau peranakan luar negeri lainnya.Bila dikawin silang dengan anjing kampung, anjing jenis itu bisa punya kelebihan, selain jago mencari, lihai membunuh buruan. "Namun, dari seribu anjing paling-paling hanya dua ekor yang betul-betul bagus. Anjing berburu yang bagus tak bergantung pada jenisnya, tetapi karena memang punya naluri berburu yang tinggi," kata Anggib, tetua buru dari Padang Panjang.
Kekhasan perburuan babi di Minangkabau adalah menggunakan anjing sebagai senjata utama. Senapan, tombak, atau pisau hanya untuk berjaga-jaga bila anjing tak mampu mengatasi babi.Babi yang diburu adalah babi hutan yang di Minangkabau juga disebut dengan kondiak. Babi jenis itu sangat berbeda dengan babi ternak yang dikenal berwarna putih dan jinak. Selain memakan dan merusak tanaman padi, ubi, dan jagung di pinggir hutan, babi hutan dikenal cukup ganas dan bisa menyerang manusia.
Babi besar yang sudah bertaring adalah yang paling sulit diatasi anjing. Babi jenis itu yang biasanya juga menyerang balik dan melukai anjing.Namun, sebesar apa pun, babi takkan bisa berkutik bila sudah berhasil dijatuhkan. Babi yang jatuh berarti tamat karena ratusan anjing akan langsung menyerbu dan membuatnya tak bersisa dalam hitungan menit.
Berburu babi memang sudah menjadi tradisi sejak ratusan tahun di Minangkabau. Setelah kemerdekaan, buru babi dikemas menjadi semacam olahraga yang dikelola Porbi. Para pemburu biasa saling berkunjung ke daerah lain yang menggelar buru babi. Selain membantu memberantas hama tanaman, hobi tersalurkan, silaturahim pun tercipta.Di Sumbar, peminat olahraga tradisi itu diperkirakan lebih dari 500 ribu orang. Melintasi batas daerah, status sosial, politik, dan ekonomi. Besarnyapeminat buru babi disebabkan olahraga bisa disesuaikan dengan keadaan ekonomi masyarakat.
Untuk kalangan yang berada, anjing pemburu mendapat perlakuan istimewa dengan asupan makanan serta vitamin. "Untuk masyarakat di kampung, tak perlu perawatan mahal juga. Tergantung kemampuan mereka. Namun, biasanya menjelang berburu, anjing diberi telur, madu, dan saka (sejenis gula Jawa). Hal ini agar anjing lebih bertenaga," kata Edi.Tradisi olahraga rakyat yang melintasi sekat-sekat sosial dan politik, menurut Yul Akhyari, mesti terus dilestarikan. "Nasdem berkomitmen untuk ikut melestarikan tradisi ini."
(N-4)hendramakmur@ mediaindonesia.com
Description: Berburu Babi di Padang Kandi
Reviewer: Unknown
ItemReviewed: Berburu Babi di Padang Kandi