Rencana Ekonomi Berjuang (sambungan)
SI PACUL : Terangkan dulu, Dam!
SI GODAM : Oleh karena intan dan mas itu sedikit sekali ada di dunia ini dan susah pula mengerjakannya, maka harganya tinggi sekali. Selama air itu mengalir dari sumbernya terusmenerus, maka air itu di tempat itu hampir tak ada harganya. Tetapi alangkah tingginya harga air di gurun pasir. Ringkasnya politik monopoli ialah “hasil sedikit harga mahal”. Bertentangan dengan dalil profesornya yang mengatakan, bahwa cara penghasilan kapitalisme itu, dengan tujuan “mencari untung” ialah: “hasil banyak dan harga murah”.
SI PACUL : Sekarang rasanya kita sudah cukup jauh membicarakan apa yang kau sebutkan “Produksi Anarkis” itu, yakni: menghasilkan semau-maunya saja dengan tak ada perundingan dan perhitungan lebih dahulu satu sama lainnya. Jadi kulihat akibatnya “Produksi Anarkis” itu ialah PERSAINGAN hebat antara kapitalis dan kapitalis dalam satu negara.
MR. APAL : Selanjutnya ialah persaingan satu negara kapitalis dengan negara kapitalis yang lain. Tiap-tiap negara kapitalis berlomba-lomba menanam modal di negara yang lemah, memonopoli bahan di negeri lemah itu buat perindustrian Negara Induk dan monopoli pasar negara lemah buat penjualan barang industri Negara Induk.
SI GODAM : Perlombaan itulah yang dinamai imperialisme. Perlombaan imperialisme ini berakhir pada perang imperialisme, peperangan merebut jajahan buat dijadikan pasar bahan dan barang pabrik serta buat menanam modal.
SI PACUL : Memang kalau begitu produksi anarkis itu berakhir pada peperangan imperialisme. Tetapi dengan majunya monopoli, bukanlah perseorangan itu atau menghasilkan dan menjual semau-maunya seseorang anggota monopoli itu sendirinya terhenti? Bukankah aturan yang diikut oleh seseorang anggota monopoli itu: satu buat semua dan semua buat satu?
SI GODAM : Tepat, Cul! Pintar lu Cul! Memang dalam dirinya sendiri satu monopoli itu, anggotanya kerja bersama satu dengan yang lain. Tetapi perjuangan yang lebih hebat terjadi pula di antara satu monopoli dengan monopoli lain. Dalam satu negara seperti Amerika, satu monopoli yang berbentuk trust berjuang dengan trust lain dalam negara itu buat merebut pasar dalam negeri. Di antara negara dan negara berjuang pula satu Trust Raksasa lain. Begitulah kita kenal di sini perjuangan Kongsi Minyak Amerika Standard Oil dengan Gabungan Kongsi Minyak Belanda-Inggris, yakni Royal Dutch atau B.P.M. buat monopoli pasar di Indonesia ini.
SI PACUL : Kalau begitu produksi anarkisme itu berlaku dalam suasana yang lebih hebat lagi. Ringkasnya pada Kapitalisme itu melekat perseorangan, penghasilan anarkis, imperialisme, dan perang ...... buat mencari keuntungan.
IV. Rencana Ekonomi
SI GODAM : Sebenarnya aku mau pakai sebagai pokok perkara ini istilah Ekonomi Terkendali, bukan Rencana Ekonomi.
SI TOKE : Apa bedanya, Dam?
SI GODAM : Istilah Terkendali itu mau kupertentangkan dengan Anarkis yang berarti semau-maunya, jadi “tidak” terkendali. Tetapi sebab istilah Rencana Ekonomi ini sekarang sudah lazim dipakai, maka akupun turut memakainya. Tetapi janganlah dilupakan bahwa yang kumaksudkan dengan Rencana Ekonomi itu ialah Ekonomi yang dijalankan menurut rencana.
SI PACUL : Baik juga lebih dahulu kau jelaskan, Dam, apakah maknanya Ekonomi. Sampai sekarang buat aku perkataan Ekonomi masih kabur. Seboleh-bolehnya kau pakai sedikit perkataan saja.
SI GODAM : Ekonomi itu berurusan dengan produksi dan distribusi.
SI TOKE : Jitu, tepat, Dam, itulah yang terutama.
MR. APAL : Buku profesor borjuis menarik-narik lain perkataan lagi, seperti pengangkutan dan keuangan. Tetapi memang yang menjadi pokok perkaranya produksi dan distribusi itulah!
SI PACUL : Jadi tegasnya Rencana Ekonomi ialah usaha mengatur produksi dan distribusi. Atau dalam bahasa awak ialah: Usaha mengatur penghasilan dan pembagian hasil buat Negara. Dalam dunia Kapitalisme Ekonomi itu, penghasilan dan pembagian itu tak diatur, liar. Dalam masyarakat kapitalisme maka manusia itulah yang dikendalikan oleh ekonomi. Bukannya ekonomi itu yang dikendalikan oleh manusia.
DENMAS : Engkau ini rupa-rupanya darah ahli filsafat pula, Cul!
SI GODAM : Aku sudah bilang, pikirannya Pacul segar bugar seperti buah jeruk di desanya.
SI PACUL : Wah, bukan main!
SI TOKE : Sebelum melanjutkan percakapan kita ini, saya mau bertanya apakah yang mengacaukan perhitungan para kapitalis pada suatu KRISIS? Tentulah si kapitalis juga tidak sama sekali menerima pasif saja dalam usaha mencocokan hasil dengan pemakaian, produksi dengan konsumsi.
MR. APAL : Memang, Kek, mereka para kapitalis ada memakai perhitungan juga. Tetapi celaka 13, karena yang punya perusahaan itu banyak sekali orangnya dan berlain-lain pula kemauannya. Kata pepatah: Kepalanya saja sama berambut, tetapi pendapatnya berlain-lain. Lagipula menurut paham Sang Profesor tiap-tiap pembeli itu adalah satu mahluk yang “ekonomis”. Makna kasarnya ialah satu makhluk yang selalu bisa memilih apa yang patut dibeli menurut kekuatan membelinya dan apa yang tidak. Selalu si pembeli itu katanya bisa menghitung berapa dia bisa membelanjakan buat makanan atau barang yang terpenting itu. Buat pakaian dan lain-lain barang yang kurang penting itu. Buat kaus kaki ialah kemewahan sederhana. Buat palmbeach ialah kemewahan sedang. Buat auto sedan ialah kemewahan tuan besar. Dalam hal makanan pun beberapa tingkatnya pula keinginan itu. Bandingkan sajalah keinginan dan pembelanjaan uang buat nasi sama lombok, nasi sama perkedel, nasi sama corned-beef atau sardin. Nah, menurut Sang Profesor, si pembeli, sebagai mahluk yang ekonomis tahu benar menyelenggarakan belanjanya. Dengan begitu konsumsi itu bisa diketahui lebih dahulu. Tetapi dalam praktiknya si pembelanja itu sama anarkisnya dalam berbelanja dengan si kapitalis yang menghasilkan. Si pembelanja tak berembuk lebih dahulu dengan teman-temannya. Begitu pula si kapitalis mengurus hasil menurut perhitungan sendiri-sendiri saja.
SI PACUL : Jadi kalau begitu aku sekarang bisa menyimpulkan maksudnya Ekonomi Teratur atau Rencana Ekonomi itu.
DENMAS : Tampillah ke muka, Cul!
SI PACUL : Rencana Ekonomi ialah usaha merencanakan penghasilan, pembagian hasil, dan gaji. Kalau gaji tak direncanakan lebih dahulu bagaimana ahli rencana mencocokan dengan hasil. Lebih dahulu jumlah gaji sekalian buruh mestinya dicocokan dengan jumlah hasil. Satu liter beras hasil diadukan dehgan 5 sen gaji. Satu kilo kain hasil dicocokan pula dengan 15 sen, dsb. Kalau jumlah hasil dan jumlah gaji sudah cocok dalam perhitungan dalam rencana, barulah rencana tadi dipraktikkan.
SI TOKE : Bukankah perkara Hak-Milik dipecahkan lebih dahulu? Bagaimana bisa diadakan rencana sebelum semua pabrik, bengkel, tambang, kebun dan sebagainya lebih dahulu dikumpulkan?
SI GODAM : Memangnya semua mata pencaharian lebih dahulu seharusnya dijadikan harta bersama. Bolehkah saya pakai istilah saya sendiri buat menggambarkan usaha semacam itu?
MR. APAL : Kalau memang tepat-pendek, apa salahnya, Dam! Apakah istilah yang hendak kau pakai itu?
SI GODAM : Menyita dan memakai mata-pencaharian itu buat masyarakat, saya mau pendekan saja dengan istilah: memasyarakatkan.
DENMAS : Kalau begitu bukan saja mata-pencaharian, atau alatpenghasil yang mesti dimasyarakatkan lagi. Kehidupan sosial sendiri, bukankah mesti dimasyarakatkan pula. Bagaimana bisa diadakan rencana kalau tiap-tiap pembeli dan penghasil masih berdiri atas perseorangan?
SI GODAM : Tepat, Denmas. Jadi simpulan Sang Pacul tadi baik kita sempurnakan saja begini...
SI PACUL : Kenapa pula “Sang”, Dam? Bukankah Pacul saja sudah cukup? Tetapi aku tak akan ambil pusing sama gelaran yang dalam wayang diberikan pada Arjuna itu. Berilah saja simpulan yang sempurna buat Rencana Ekonomi itu.
SI GODAM : Rencana Ekonomi ialah daya-upaya memasyarakatkan Alat-Penghasil, Penghasilan, Pembagian Hasil, Gaji, dan Hidup Sosial.
SI TOKE : Jadi lima perkara ada terkandung di dalamnya.
DENMAS : Tepatlah kurasa penetapan Godam tentang Rencana Ekonomi itu! Tetapi aku mau tahu pula, bagaimanakah hubungan Negara dengan suatu Rencana itu.
MR. APAL : Memang Rencana Ekonomi itu sudah dijalankan di negara komunis, ialah Rusland. Kemudian di negara fasis, ialah Jerman dan Italia, pun di negara demokratis, seperti Amerika. Ekonomi Anarkis itu dicoba ditukar dengar Ekonomi (sedikit) Teratur, ialah dengan NEW DEAL-nya Roosevelt. Berhubung dengan derajat pemusatan kekuasaan di negara yang demokratis dan tidak demokratis, maka pemusatan kekuasaan buat mengukur ekonomi adalah bertinggi rendah pula. Di negara komunis semua mata pencaharian disita oleh Negara. Di Amerika dan negara fasis hak milik diakui terus.
SI PACUL : Terangkan bagaimana tinggi rendahnya kekuasaan mengatur Rencana itu?
MR. APAL : Di Negara Amerika Serikat itu pada lahirnya, ialah menurut undang-undang, maka hak dan kekuasaan itu memang dibagi-bagi: Pertama antara rakyat dan pemerintah, kedua antara tiga badan pemerintah, ialah kekuasaan membikin Undang-undang, menjalankan Undang-undang dan Pengawasan Undang-undang. Ketiga di antara masing-masing Staat (negara bagian) dan Amerika Serikat.
SI TOKE : Jadi di Amerika, kekuasaan itu tidak begitu terpusat pada pemerintah. Sebagian juga ada di tangan rakyat, terutama di tangan para hartawan.
MR. APAL : Begitulah dia! Itulah sebabnya maka di Amerika, pemerintah itu tak berani campur tangan langsung ke dalan urusan Rencana Ekonomi di sana. Para Kapitalis menerima usul Pemerintah Roosevelt, tetapi mereka kapitalislah yang mempraktikkan ekonomi itu. Simpulan Godam di atas tak berlaku buat Amerika. Di masyarakat fasis, kekuasaan itu terpaut pada pemerintahnya borjuis kecil. Pemerintah fasis memaksa kaum kapitalis menjalankan rencana yang dibikin oleh Pemerintah secara fasis. Di masyarakat fasis simpulan Godam di atas sedikit lebih berlaku daripada di Amerika. Di masyarakat sosialis, ialah Rusia, pemasyarakatan Alat Penghasil, Penghasilan, Pembagian Hasil, Gaji, dan Hidup Sosial memang cocok dengan yang dimaksudkan oleh Godam tadi.
SI TOKE : Baik juga Dam, kau uraikan serba sedikit Rencana Ekonomi di Negara Demokratis, Negara Fasis, dan Negara Komunis tadi.
A. NEW DEAL
SI GODAM : Baik kita tentukan lebih dahulu dalam suasana mana lahirnya NEW DEAL itu.
MR. APAL : Pada tahun 1929 Kapitalisme Dunia sampai pula ke puncak musim BAHAGIA-nya. Kita masih ingat bahwa dari masa penghabisan Perang Dunia ke I sampai kira-kira tahun 1923 Kapitalis Dunia menarik-narik napas. Dari tahun 1923 roda kapitalisme mulai berputar kencang kian kencang sampai ke tahun 1929. Sesudahnya tahun 1929 timbul lagi musim kemarau ialah KRISIS yang paling hebat buat Kapitalisme Dunia. Amerika Negara yang memiliki hampir 100% mas dunia, menghasilkan barang penting seperti besi baja mesin, minyak tanah, auto, gandum, rata-rata lebih dari 60% jumlah produksi seluruh dunia dan berpiutang kepada seluruh dunia tiadalah luput dari krisis. Sebelas juta buruh berkeliaran di jalan raya Amerika. Kalau seandainya tiap-tiap buruh mempunyai satu istri dan satu anak saja, maka lebih kurang 33 juta manusia terlantar. Artinya 25% dari seluruh penduduk. Di mana letaknya kemakmuran Amerika itu!
SI GODAM : Dalam keadaan semacam itu Amerika tak mempunyai partai Sosialis yang membahayakan. Persoalan dalam negeri ialah New Deal atau Old Deal. Kapitalisme didorong atau Kapitalisme lama dibiarkan.
DENMAS : Baru buat saya terjemahan semacam itu, Dam! Didorong bagaimana dan dibiarkan bagaimana? Bukankah New Deal itu satu Rencana Ekonomi?
SI GODAM : Memang satu rencana, tetapi rencana secara Amerika. Kapitalisme di sana memang tak bisa jalan. Tetapi belum lagi remuk. Seperti oto, mesinnya yang penting masih baik. Cuma bensinnya kebanyakan atau di sana-sini bagian yang rusak. Dia tidak bisa “start” sendirinya. Mesti didorong lebih dahulu, baru mesinnya kerja lagi ...
SI PACUL : Kalau kubiarkan, Dam, engkau terus menerus mengukir gambaranmu itu, aku nanti menjadi pusing. Kembalilah engkau kepada contoh yang nyata.
SI GODAM : Kita sudah rundingkan keadaan kapital dalam krisis. Semuanya hasil melimpah! Mesin pembikin mesin kebanyakan. Mesin pembikin barang-pakai kelebihan. Barangpakai melimpah. Dalam hal semua barang berlebih itu kaum buruh dalam kelaparan dan kebutuhan. Sebab dalam keadaan semua berlebih itu, harga barang turun, si majikan rugi, pabrik ditutup jadi kaum buruh diusir. “Seandainya” kalau 11.000.000 itu dulu menerima gaji pukul rata 5 dolar saja atau f 12,50 sehari, berapakah merosotnya jumlah gaji yang diterima kaum buruh Amerika dalam sehari?
SI PACUL : f 137.500.000,- Barangkali lebih dari itu.
SI GODAM : Hitunglah banyak barang yang dibeli dengan f 137.500.000,- sehari saja! Dengan begitu timbullah pertanyaan dalam pikirannya Presiden Roosevelt & Co.
l. Apakah mesti dibiarkan saja barang yang melimpah itu rusak sendirinya?
2. Atau apakah tidak baik dimasukkan uang kembali ke kantong kaum buruh sebanyak f 137.500,000,- sehari?
Kalau jalan pertama yang diturut, maka itu namanya “old deal”, jalan lama, peraturan lama. Biarkan saja mesin berlebih itu rusak atau lemparkan. Biarkan saja gandum, kain, kromofon rusak atau dirusakkan saja. Biarkan saja toko yang tak tahan lagi bangkrut. Carilah akhirnya barang baru yang bisa membangunkan pabrik baru, permintaan baru dan pembeli baru, seperti “lipstik”, “karet dimamah” dan sebagainya. Dengan adanya permintaan baru atas barang baru itu, satu atau dua pabrik baru bisa dibangun dan digerakkan. Roda ekonomi yang berhenti itu siapa tahu bisa bergerak lagi, bisa “start” lagi seperti oto kita tadi. Akhirnya diharap supaya roda ekonomi bisa berjalan seperti biasa.
SI PACUL : Itu Old Deal. Itu jalan lama. Kalau jalan baru, New Deal, bagaimana?
SI GODAM : Kalau jalan baru? Seperti dibilang di atas. Masukkan kembali uang ke dalam kantong perusahaan yang menarik napas karena setengah bangkrut, dan persenkan uang pada kaum buruh.
SI PACUL : Benar persenkan uang begitu saja?
SI GODAM : Engkau tak dengar berapa uang dicetak, ketika Roosevelt baru diangkat jadi Presiden? Uang dikasihkan sama bankir yang hampir bangkrut, kepada industri yang berutang menarik-narik napas. Jadi si bankir yang hampir bangkrut dan industrialis yang setengah mati bisa hidup kembali. Aku lupa apakah dikasihkan dengan percuma atau dipinjamkan dengan tak pakai bunga. Tetapi sama saja, Roosevelt isi kantongnya bankir dan industrialis. Juga dia isi kantongnya tuan tanah yang berutang. Pula isi kantongnya proletar mesin dan tanah. Aku benar tak bisa tahu apakah semuanya dikasihkan dengan percuma. Tetapi aku tahu baik juga kalau dikasihkan dengan percuma. Yang aku pasti tahu, ialah Roosevelt membuka perusahaan baru, ada yang berupa industri buat barang-pakai. Tetapi terutama dia membuka bangunan baru. Presiden Roosevelt asyik membangun gedung ini dan gedung itu buat umum, jalan raya, terusan air, taman (tempat) buat ngaso dsb.
SI TOKE : Kalau begitu tiadakah, pertama, industri lama akan mendapat persaingan hebat dari industri baru, industri bikinan Roosevelt? Kedua, tiadakah nanti akan terlampau banyak gedung ini dan gedung itu, taman ini dan taman itu?
SI GODAM : Memang begitu, Kek! Sebentar saja sesudah Roosevelt bertindak, industrialis lama menjerit-jerit dan memprotes terhadap industri baru yang didirikan oleh Roosevelt. Bukankah perseorangan dan persaingan terus tetap walaupun Amerika sekarang mempunyai New Deal? Didesak oleh protes itu, sebagai “demokrat” dan dalam hakikatnya penganut kapitalisme maka Roosevelt mesti indahkan protes kaum industrialis itu. Aku tak tahu benar pada bagian industrialis mana sebenarnya Roosevelt memihak. Tetapi bagaimana juga ia tak mau bersaing terus dengan para industrialis yang terjepit oleh New Dealnya tadi! Dia makin lama makin lari kepada caranya uang, kepada bangunan ini bangunan itu, sampai gedung, jalan dan kebun yang dibikin itu akhirnya kebanyakan pula.
MR. APAL : Tetapi kapitalis tanah menyusutkan hasil dan meninggikan harga hasil. Pun industrialis mengadakan politik restriksi seperti sudah kita kenal juga di Indonesia dan semua negara yang ada monopoli. Jadi banyaknya kaum buruh direstriki, dibatasi pula. Dengan begitu maka jumlah gaji dan daya beli terbatas pula.
SI TOKE : Tetapi umumnya roda industri mulai bergerak lagi.
SI GODAM : Memang begitu! Tidak saja “start” tetapi terus jalan. Sesudah jalan maka si tukang dorong otoindustri tadi, yakni Roosevelt, berhenti. Bukankah ia cuma mendorong saja. Dorongannya tadi tak perlu diulang lagi karena ketika Perang Dunia Kedua ini pecah di tahun 1939 maka Perang Dunia itulah yang terus mendorong Kapitalisme Amerika itu.
SI PACUL : Nah, Dam! Sekarang engkau yang mendorong aku bertanya: “Dengan apa pula Perang Dunia Kedua itu mendorong industri Amerika?”
SI GODAM : Permintaan Amerika sendiri dan Negara Serikat seperti Inggris, Perancis, Tiongkok dan Rusia atas bahan makanan dan mesin seperti kapal terbang, oto, kapal perang, tank, meriam dsb, sekarang luar biasa besarnya. Permintaan sebesar itu buat perang disertai pula oleh keluarnya rakyat dewasa Amerika buat berperang di sekalian medan perang. Kaum menganggur sekarang semuanya dipakai. Malah mereka tiada lagi mencukupi. Industri Amerika terpaksa membawa perempuan ke dalam pabrik lebih dari yang sudah-sudah, didorong oleh besarnya permintaan dari semua penjuru.
SI PACUL : Rupanya engkau Dam, terus didorong oleh “Kapitalisme Didorong” atau New Deal itu! Hentikanlah menguraikan “Kapitalisme Didorong” itu! Baiklah engkau berikan pemandangan tentang Rencana Ekonomi fasis.
B. RENCANA EKONOMI FASIS
SI PACUL : Sebelum kudengarkan uraiannya Godam tentang Rencana Ekonomi fasis itu, aku sudah bisa terka perkara apa yang hendak diselidikinya lebih dahulu.
SI TOKE : Coba tuliskan di atas kertas saja! Gulung saja dahulu kertas itu! Nanti kita baca bersama-sama, Cul! Kalau-betul terkaanmu itu aku akan kasih gelar engkau ini “pawang”. Sekarang Dam, tuliskan apa perkara yang hendak kauselidiki lebih dahulu itu! Nanti kita bandingkan dengan apa yang dituliskan oleh Pacul!
DENMAS : Mari kubuka kedua kertas itu. Lho, sama sama tertulis: SUASANA.
SI TOKE : Cul, Pawang Pacul, engkau betul jempol!
SI PACUL : Cuma perkataan “pawang” itu tak sedap di telinga aku. Aku bukan menerka, lho. Aku selama ini mempelajari cara Godam berpikir.
MR. APAL : Perkara “suasana” di Jerman sesudah kalah di masa Perang Dunia Pertama dan sebelum Partai Fasis tahun 1932 naik memegang kendali pemerintah, kita semua masih ingat. Perkara kemelaratan Rakyat Jerman, tak perlu dikemukakan lagi kekacauan politik. Pernah malah partai komunis dan sosialis kalau digabungkan bisa mendapat suara lebih dalam parlemen Jerman. Bencana yang menimpa Jerman, terutama sekali menurut pahamku ialah karena kedua partai proletar itu tak bisa mengadakan persatuan yang kuat-jujur buat menentang musuh yang mengancam, yaitu kaum fasis. Partai Fasis di bawah Adolf Hitler akhirnya mendapat kesempatan buat memegang tampuk pemerintah Jerman pada tahun 1932. Tetapi baiklah Godam saja meneruskan uraian tentang Rencana Ekonomi Jerman Fasis, yaitu Jerman - Nazi.
DENMAS : Sebelum partai Nazi menjalankan rencananya, apakah “kesukaran” yang dihadapinya? Cobalah susun dalam satu atau dua kalimat saja, Dam!
SI GODAM : Kesukaran itu ialah “serba salah”, atau alternatif.
DENMAS : Memang di masa sebelum Pemerintah Nazi, pembayaran utang perang kepada Sekutu “serba-salah” buat Sekutu sendiri. Kalau Jerman tak dipaksa membayar utang, maka tentulah Jerman yang ditakuti itu bisa lekas bangun kerabali. Kalau Jerman dipaksa membayar, maka dijumpai perkara “serba-salah” pula.
SI TOKE : Apa pula serba-salahnya, kalau Jerman dipaksa membayar?
DENMAS : Apabila Jerman hendak membayar utangnya dengan uang, maka semua negara Sekutu menolak uang kertasnya Jerman yang merosot itu. Kalau Jerman membayar utangnya dengan hasil pabriknya maka Sekutu berteriak-teriak setinggi langit lantaran pagarnya dibanjiri barang Jerman yang lebih baik tetapi lebih murah dari barangnya Negara Sekutu sendiri.
SI PACUL : Celaka 13 buat Sekutu! Tetapi yang ditanyakan oleh Denmas tadi ialah apakah serba-salahnya kedudukan pemerintah Nazi sebelumnya partai Nazi naik memerintah?
SI GODAM : Perundingan kita memang sedikit menyimpang. Tetapi tiada merugikan sekali. Bahkan memberikan penerangan lebih baik tentang suasana Jerman, seperti negara yang kalah perang. Memang Jerman ketika mau merencanakan ekonomi dalam keadaan “serba-salah”. Kalau dia naikkan gaji kaum buruh Jerman, maka harga barangnya buat keluar (ekspor) menjadi mahal, akan kalah bersaing di pasar asing. Tetapi kalau dia turunkan gajinya, maka kekuatan beli rakyat Jerman di pasar dalam negeri akan merosot. Barang akan bertumpuk- tumpuk, pembeli menjadi kurang.
SI TOKE : Memang gaji kaum buruh itu perkara yang amat penting. Kita masih ingat perundingan kita yang sudah-sudah, bahwa jumlah gaji mestinya sama dengan jumlah harga barang bukan? Jadi, Dam, apa siasat yang dijalankan oleh Nazi? Ingin pula aku mengetahuinya.
SI GODAM : Terka saja, Kek! Partai Nazi itu terdiri dari chauvinis, orang mabuk kebangaaan, congkak terhadap bangsa lain. Mereka digenggam oleh kaum kapitalis seperti Tiesen & Co dan kaum Ningrat Maha Chauvinis seperti Herman Guring & Co. Mereka sudah terlampau banyak berdosa terhadap buruh Jerman. Mereka sudah bubarkan semua kumpulan dan rapat kaum buruh dengan senjata. Mereka berdendam kesumat terhadap Negara Menang, negara berjajahan.
SI PACUL : Dalam hal memilih, apakah gaji kaum buruh akan diturunkan atau dinaikan tentulah si Nazi takkan banyak ambil pusing. Tentulah gaji kaum buruh yang dalam politik itu dimusuhi, diturunkan..
SI GODAM : Memang diturunkan sampai rendah sekali.
SI TOKE : Tetapi kalau begitu kan kekuatan membeli kaum buruh Jerman merosot pula. Jadinya jumlah harganya barang kelebihan, karena jumlah gaji kekurangan.
SI GODAM : Itulah kecelakaan Rencana Nazi. Tetapi mereka mendapat jalan. Rupanya jalan itu pendek dan bertaburan intan pula. Tetapi jalan itu berujung di Neraka peperangan.
SI PACUL : Wah, Dam, gambaran lagi! Buka isi saja Dam, jangan dibungkus-bungkus begitu dong!
SI GODAM : Begini! Sebab naik atau turunnya gaji tadi serba-salah, maka ekonom Sang Nazi bikin barang banyak-banyak. Tetapi barang itu bukanlah buat dimakan atau dipakai, seperti kain, jarum, gunting, mesin jahit dll. Bahkan banyaknya barang semacam ini disusutkan. Jadi jumlah gaji yang disusutkan itu cocok dengan jumlah harga barang-pakai yang disusutkan itu pula.
DENMAS : Pintar sekali Nazi itu. Gampang, seperti “telur Columbus”, bukan?
SI TOKE : Tetapi kalau barang dipakai disusutkan membikinnya, bukankah banyak pabrik yang terpaksa ditutup pula? Kalau begitu partai Nazi itu tak akan mengurangi kaum penganggur yang berjuta-juta itu, melainkan menambah.
SI GODAM : Penganggur yang berjuta-juta itu dibawa masuk pabrik baru, pabrik membikin kapal terbang baru, seperti Stuka, pabrik pembikin tank baru, senapan baru, meriam baru, bom baru, pendeknya senjata baru buat memusnahkan sesama manusia.
SI PACUL : Saya mencium-cium Jawa “Baru” di sini, Jawa Jepang! Rupanya dan namanya juga semua baru, tetapi isinya kolot dan kontra-revolusioner, semuanya tindakan bersifat kemunduran. Bukankah pembikinan senjata itu menggemparkan dunia, menimbulkan kecurigaan di dunia lain dan mempertinggi hawa perang?
SI TOKE : Undang-undang ekonomi memang tak terlanggar. Karena jumlah gaji kaum buruh sama dengan jumlah harga barang dipakai.
SI PACUL : Memangnya meriam raksasa, tank raksasa, stuka dan bom raksasa itu tidak akan dipakai? Aku lihat Rencana Ekonomi fasis itu kontra-revolusioner terhadap kaum buruh di dalam negeri dan imperialis terhadap negara luar. Jerman Nazi pasti akan menerkam negara lain. Yang belum diketahui cuma siapa yang akan diterkamnya lebih dahulu!
SI GODAM : Itulah yang kumaksudkan dengan jalannya Rencana Nazi! Rupanya pendek dan bagus. Tetapi membawa ke medan peperangan.
MR. APAL : Bagaimana juga, perlulah kau terangkan, Dam, apa lagi dasar dan tindakan yang diambil oleh Jerman Nazi. Bukankah pertama pemerintah Nazi lebih banyak campur tangan dalam hal membereskan perekonomian terhadap kaum kapitalis Jerman daripada Roosevelt terhadap kaum kapitalis Amerika? Bukankah pula rakyat Jerman selama membikin alat senjata perang itu masih perlu makanan dan pakaian? Bukankah pula mereka perlu beli makanan dan pakaian lebih mahal kalau mereka mesti beli makanan dan pakaian yang dimasukkan dari luar negeri?
SI GODAM : Perkara pertama campur tangan terhadap kaum kapitalis, boleh jadi Hitler secara lahirnya, kelihatan saja lebih berkuasa daripada Roosevelt. Tetapi lahirnya saja juga Hitler terikat oleh kaum kapitalis walaupun kaum kapitalis itu dipaksa menanam modalnya dalam perindustrian perang. Bagaimana juga perekonomian Jerman tetap tinggal kapitalis. Tetapi tentang barang-pakai yang disebut Mr. Apal itu memang adalah salah satu kunci terpenting pula buat membuka rahasianya Rencana Nazi. Barang-pakai itu tidak bisa terbatas pada barang pembunuh sesama manusia saja. Barang-pakai seperti makanan dan pakaian terus perlu buat 70 juta rakyat Jerman itu. Kalau barang itu tak dibikin, maka rakyat Jerman terpaksa mendatangkan barang itu dari luar. Inilah yang mereka tak setujui. Politik Nazi kita kenal sebagai autarki, ialah menghasilkan barang atas dasar kekuatan (bahan dan tenaga) diri sendiri. Sebab tak ada getah tumbuh di Jerman, maka mereka carilah rumput yang zatnya bisa disaring dan dicampur dengan zat lain supaya menjadi karet. Karena Jerman amat kekurangan minyak, maka mereka saringlah minyak itu dari batu arang yang banyak didapat di Jerman. Kalau tak ada ulat sutera, maka mereka carilah pula tumbuhan yang bisa disaring dan dicampur zatnya dengan menjadikan sutera. Memang Jerman sudah terkenal sebagai Negara Jempol dalam hal membikin ERSATZ, ialah barang gantian itu. Rencana ekonomi Nazi memang dipusatkan ke Ersatz ini. Kalau Jerman Nazi bisa mengadakan barang-pakai itu, berupa ERSATZ, lebih murah dari barang luar yang dimasukkan, maka akan jayalah siasat Jerman Nazi.
SI TOKE : Jadi Rencana Ekonomi Nazi dipandang dari penjuru politik bersifat kontra-revolusioner ke dalam dan imperialistis ke luar. Inilah yang sudah dikatakan oleh Pacul tadi, bukan? Dari penjuru ekonomi, maka siasat Nazi rupanya berdasarkan penghasilan “senjata” dan Ersatz.
SI GODAM : Tepat, Kek, semuanya membawa Nazi ke medan perang, bukan?
DENMAS : Terang begitu, Dam! Rencana Nazi rupanya rencana perang! Rencana ini memang cocok dengan semangat JUNKER alias Ningrat Jerman. Rencana Nazi itu dalam garis besarnya memang jaya, bukan? Dunia hampir takluk pada Jerman Nazi. Kalau negara yang sudah rusak ekonominya di masa Perang Dunia 1914-1918 seperti Jerman, dan diremukkan pula selama 14 tahun sesudah perang itu oleh gencatan Sekutu, kalau Negara yang kurus kering macam itu, dalam lebih kurang 7 tahun saja bisa bangun dan mengancam seluruh dunia lainnya yang lebih kurang 30 kali besar penduduk Jerman, bukankah ini berarti Rencana Nazi itu jaya?
SI PACUL : Engkau ini bersabda seperti Zarathustra sendiri, Denmas! Friedrich Nietzsche akan senyum menerima engkau seperti “übermensch” di Indonesia. Dan Von Berhardi sendiri akan bangkit dari kuburnya memberi selamat kepada engkau! Bukankah begitu Raden Mas Panji Singodimedjo? Tetapi untung pula di atas meja saja! Saingannya sudah tak ada lagi dan kukunya sudah tumpul pula! Ditumpulkan imperialisme Belanda selama 350 tahun...... Paling banyak juga bisa menangkap cerutunya Van Mock saja!!
DENMAS : Bukan bermaksud Indonesia hendaknya kumau berperang, Cul...... Jangan bicara begitu, Cul ..... !
SI TOKE : Tetapi Rencana Nazi memang berdasarkan kontrarevolusioner ke dalam dan imperialis ke luar! Akibatnya ialah peperangan. Sesungguhnya peperangan tak bisa dihindarkan oleh Rencana yang semacam itu ...... Tetapi bagaimana Rencana Ekonomi fasis Italia?
SI GODAM : Rencana fasis Italia yang dipastikan buat sekian tahun (5 atau 3 tahun) seperti di Rusia dan Jerman tak kukenal. Tetapi pasti Mussolini, bapanya aliran fasisme dunia campur tangan dalam urusan dalamnya kaum kapitalis Italia. Lagipula perekonomian Italia juga berupa kontrarevolusioner ke dalam dan imperialis ke luar. Ingatlah saja semua kumpulan dan rapat buruh yang dibubarkan oleh Mussolini dengan senjata. Betul perindustrian perang Italia tak mengejutkan dan menakutkan dunia seperti perindustrian Jerman. Tetapi Mussolini juga memusatkan perhatiannya kepada alat perang seperti kapal terbang yang lebih cepat dan lebih tangkas berjuang. Tampaknya pula kaum kapitalis Italia dan kaum ningrat Italia lebih terkendali oleh Mussolini daripada kaum kapitalis dan ningrat Jerman oleh Hitler. Tetapi politik dan perekonomian Italia, ber- atau tak berencana menuju dan tiba pada Perang Dunia juga. Demikianlah politik ekonominya Jerman Nazi, seperti juga politik ekonominya Italia, yang didasarkan atas kontra- revolusioner ke dalam dan imperialisme ke luar itu berakhir dengan keruntuhan!
SI PACUL : Sekarang kita sampai kepada Rencana Ekonomi Sosialis!
SI GODAM : Baiklah dibicarakan dalam pasal khusus.
C. RENCANA EKONOMI SOSIALIS
DENMAS : Sudah sampai kita sekarang ke Rencana Ekonomi berdasarkan Sosialisme.
MR. APAL : Seperti biasa tentulah lebih dahulu kita mesti selidiki dalam suasana bagaimana Rencana Sosialis itu dijalankan. Pada suasana itulah tergantungnya KEKUASAAN dan CARA menjalankan rencana itu.
SI PACUL : Suasana itu tentulah berhubungan dengan keadaan ekonomi dan politik, bukan?
MR. APAL : Benar keadaan sosial dan lain-lain tentulah terbawa oleh keadaan ekonomi dan politik itu pula. Di Inggris sekarang keadaan politik-ekonomi itu berlainan daripada di Rusia tahun 1927, ketika Pemerintah Soviet hendak menjalankan rencana ekonomi itu. Inggris mempunyai Parlemen yang tertua di dunia. Sedangkan Soviet Rusia tahun 1927 itu belum mengenal pemerintahan secara parlementer itu. Baru saja 10 tahun Rusia lepas dari pemerintah Tsar yang sewenang-wenang itu. Inggris mempunyai kelas-tengah yang sadar dan akan menghalang-halangi suatu tindakan sosialis. Rusia tak mempunyai kelas-tengah yang kuat seperti di Inggris itu. Inggris mempunyai Industri Berat dan Mesin-Induk, yakni mesin pembikin mesin yang sempurna buat abad ke 20 ini. Rusia tahun 1927 mesti mulai mengadakan Industri Berat dan Mesin-Induk itu.
SI PACUL : Ringkasnya Inggris sekarang mempunyai Parlemen, Rusia tahun 1927 tak mengenal Parlemen. Inggris sekarang punya kelas-tengah, ialah kontra-revolusioner tersembunyi. Rusia tidak atau sedikit mempunyai, kalau dibandingkan dengan Inggris. Inggris punya Mesin-Induk yang sempurna, Rusia tahun 1927 sama sekali tidak.
SI TOKE : Ya, kalau begitu Inggris tak bisa menyusun Rencana Ekonomi itu secara langsung, terpusat dan menjalankan rencana itu dengan cepat, yakni kalau kaum borjuis Inggris yang insaf dan kuat itu mengizinkan rencana sosialistis itu. Rusia (1927) bisa menyusun dan menjalankan rencana itu dengan tersusun, terpusat pada satu kekuasaan, ialah kekuasaan Proletar.
MR. APAL : Inggris mesti membagi-bagi kekuasaan itu di antara borjuis-ningrat atau ningrat-borjuis dengan kaum-tengah dan kaum-buruh. Jadi di sana “seandainya” Rencana itu disetujui rakyat, maka Parlemen mesti mempunyai sebagian kekuasaan. Kementerian sebagian pula, Pakbon sebagian lagi. Serikat-tani, para-pembeli (konsumen) dan serikat kapitalis tak pula boleh ketinggalan. Maklumlah di negara demokratis itu semua golongan dan sekalian yang berkepentingan tak boleh dilampaui. Semuanya mesti dirembukkan lebih dahulu dan dimufakati lebih dahulu. Di Soviet Rusia tahun 1927 kaum modal dan ningrat itu sudah lenyap sama sekali. Kaum-tengah, ahli dalam mengomong dan mengkritik itu sudah tak ada pula kekuasaannya. Partai Komunis yang memeluk semua kekuasaan dan kekayaan negara dengan lekas dan secara praktis bisa menyusun rencana sosialistis, menjalankan dengan cepat dan mengawasi serta memperbaiki jalannya itu menurut kepentingan satu kelas saja, ialah kelas pekerja.
SI TOKE : Kalau Inggris sudah melakukan revolusi-sosialnya, apakah kelak KEKUASAAN dan CARA menjalankan Rencana Ekonomi tak akan sama dengan di Rusia tahun 1927?
SI GODAM : Juga tidak! Sejarah yang sudah dilalui rakyat dari suatu negara itu terus mempengaruhi jiwa dan tindakannya rakyat itu. Sejarah politik Inggris akan terus mempengaruhinya. Tiadalah orang Inggris akan sama sekali lepas dari pengaruh sejarahnya yang berhubungan dengan iklim negaranya, suasana politik, ekonomi, sosial dan kebudayaannya di zaman lampau. Memang sejarah dan suasana itu mengubah pula jiwa dan lakunya rakyat itu. Tetapi karena suasana pada suatu tempat akan terus berlawanan dari tempat lain, umpamanya karena berlainan iklim saja, maka jiwa dan lakunya manusia di lain-lain tempat itu akan tetap mempunyai corak sendirinya pula. Dalam garis besarnya Jiwa dan Lakunya atau watak manusia itu memang sama di seluruh muka bumi ini. Tetapi dalam garis kecilnya ada berlainan. Perhatikan sajalah Jiwa dan Lakunya turunan berlainan bangsa itu bersamaan atau hampir bersamaan hak dan kewajibannya.
SI PACUL : Wah, Dam, rupanya engkau ini lari kencang lagi menurun ke lembah filsafat. Aku mesti tangkap lengan bajumu dan bawa kembali engkau ke perbandingan Inggris dan Amerika dalam ekonomi dan politik. Engkau sudah majukan perbedaan dalam hal bentuknya kekuasaan yang akan menjalankan rencana itu di Inggris dan Rusia. Tetapi kekuasaan tetap kekuasaan, bukan? Jadi mesti ada pula persamaan isinya pada ke dua Negara tadi, maka keduanya bisa dinamakan kekuasaan.
SI GODAM : Memang ada! Kekuasaan atas Rencana Ekonomi Sosialis di kedua negara tersebut sama-sama mengandung tiga kewajiban atau jabatan.
SI PACUL : Apakah jabatan yang tiga itu?
SI GODAM : Pertama, jabatan menyusun rencana. Kedua, mengadakan rencana. Ketiga, mengawasi rencana.
SI TOKE : Di negara demokratis sudahlah tentu tiga jabatan itu dipisah-pisahkan pula.
SI GODAM : Memang begitu. Di negara sosialis seperti Rusia yang diperintahi oleh satu partai saja betul tiga jabatan itu dibedakan, tetapi tiada dipisah-pisah seperti di negara demokratis kapitalis itu.
DENMAS : Jadi yang membikin, menjalankan, dan mengawasi orang itu juga. Jadi umpamanya kalau si A, B, C, D yang menyusun maka si A, B. C, D pulalah yang menjalankan dan mengawasinya? Akibatnya tiadakah seperti di zaman yang selalu dicela itu, di mana kekuasaan menangkap, memeriksa perkara, menghukum, dan menjatuhkan hukuman di tangan satu orang itu juga, atau beberapa biji orang “sekonco”?
SI GODAM : Dalam partai Komunis itu bukannya ada 1 atau 4 orang saja, Denmas. Di dalam partai itu semua orang tentulah sama-sama berpaham komunis. Tetapi tidak satu saja pikiran, kemauan, dan perasaan ribuan komunis dalam partai sebesar itu! Lagipula kalau saya tak salah maka di Rusia pun dipisahkan jabatan menyusun rencana itu dengan jabatan menjalankan dan mengawasi.
SI PACUL : Bagaimana memisahkannya?
SI GODAM : Saya kurang mendapat keterangan dan banyak kelupaan. Tetapi saya pikir rencana itu disusun di pusat. Tetapi pengawasan di daerah. Walaupun dipisahkan, bukanlah pemisahan berlaku seperti di negara kapitalis. Baik di pusat ataupun daerah yang berkuasa itu ialah satu kelas ialah kelas proletar. Kepentingan mereka adalah satu, ialah kepentingan kaum proletar. Paham yang dijunjung pun cuma satu saja ialah komunisme atau sosialisme. Jadi kepentingan sama dan tujuan sama.
SI TOKE : Sekarang sudah sedikit terang bagiku apa badan kekuasaan dan jabatan (fungsi) masing-masing kekuasaan. Kalau aku tak salah maka jabatan menyusun rencana itu berbentuk satu Panitia atau Komisi. Jabatan menjalankan rencana itu berbentuk satu Kementerian. Akhirnya jabatan mengawasi rencana itu berbentuk satu penyelidikan.
SI GODAM : Benarlah begitu!
DENMAS : Kalau jabatan menyusun itu berbentuk satu Panitia, maka Panitia semacam ini mesti diberi kekuasaan penuh buat mencari keterangan yang berhubungan, bukan? Terutama pula yang berhubungan dengan Ekonomi. Pekerjaan menyusun atau lebih tegas, pekerjaan menakar ini mestinya pekerjaan ahli.
SI PACUL : Tetapi kalau Jabatan atau Panitia Penyusun sudah membikin suatu Rencana, siapakah yang mesti memutuskan betul atau tidaknya taksiran Panitia itu?
DENMAS : Tentulah para ahli tadi bersama-sama dengan pengurus industri.
MR. APAL : Pemerintah dan Dewan Perwakilan bukankah mesti ikut pula merundingkan dan memutuskan benar atau tidaknya Panitia itu?
SI GODAM : Para ahli, para pengurus industri, Kementerian beserta Dewan Perwakilan Rakyat memang mesti ikut berunding dan memutuskan. Tetapi juga tak boleh lupa wakil kaum pekerja yang tersusun dalam berbagai Pakbon. Apalagi wakil kaum pemakai (konsumen) yang jutaan itu tak boleh pula ditinggalkan. Kebanyakan mereka yang disebut di belakangan ini sudah tersusun dalam koperasi. Ajaklah pula wakil koperasi itu berunding dan memutus! Ingat bahwa Rencana itu ialah buat masyarakat seluruhnya. Bukanlah buat satu golongan saja, berapapun besarnya golongan itu.
MR. APAL : Akhirnya Jabatan Pengawas itu mestilah mempunyai penyelidik yang bepergian ke sana-sini.
SI GODAM : Mestinya begitu.
DENMAS : Sekarang sudahlah terang bagiku Kekuasaan atas Rencana Ekonomi itu. Nanti akan dirundingkan pula Cara menjalankan rencana itu. Tetapi sebelum itu baik juga kau berikan sekali lagi ketetapan (definisi) Rencana itu.
MR. APAL : Dulu sudah ditetapkan bahwa Rencana Ekonomi ialah daya upaya memasyarakatkan Alat-Penghasil, Penghasilan, Pembagian Hasil, Gaji, dan Hidup Sosial.
SI GODAM : Benar, definisi ini memang sudah cukup. Tetapi ada definisi yang lebih penuh dan lebih cocok dipakai menaksir.
SI PACUL : Cobalah sebutkan!
SI GODAM : Rencana Ekonomi ialah urusan perekonomian yang teratur dengan maksud supaya produksi cocok dengan konsumsi, serta berdasarkan hidup sama-rata dan tolong bertolong.
SI PACUL : Betul, ekonomi itu mestinya teratur, bukan lagi anarkis seperti di zaman kapitalisme. Produksi mesti diimbangkan dengan konsumsi. Dengan begitu maka krisis itu terhindar. Dasarnya ialah sama-rata dan tolong bertolong. Memang ini dasar sosialisme.
MR. APAL : Kurasa definisi di belakang ini memang lebih praktis, lebih enteng kalau dipakai buat menaksir! Bukankah yang terutama sekali ialah hasil mesti lebih dahulu disamakan dengan pemakaian?
SI TOKE : Terang semuanya buat aku. Sekarang CARANYA hitung menghitung dalam pekerjaan mencocokkan hasil dan pemakaian itu.
SI GODAM : Cara yang gampang dan pasti tentulah tak ada. Rencana yang berarti juga satu taksiran itu mengandung kesilapan. Sedangkan menaksir banyak telur yang akan menetas saja bukan satu perkara yang selalu bisa dilakukan dengan tepat. Apalagi menaksir banyaknya hasil yang mesti tak lebih dan tak kurang dari pemakaian dalam suatu negara. Menaksir dalam hal ini selalu berarti mencoba menghitung lebih dahulu.
SI PACUL : Teruskan Dam! Tetapi hendaknya lebih mengenai bukti yang nyata.
SI GODAM : Belum bisa aku berbicara nyata-pasti, Cul. Ada lagi satu perkara yang mesti kukemukakan sebagai petunjuk buat suatu Rencana, Cul.
SI PACUL : Petunjuk apapula lagi, Dam?
SI GODAM : Lebih gampang pekerjaan taksir-menaksir buat satu negara yang agak kecil tetapi mempunyai bahan lengkap, daripada satu negara besar yang penduduknya rapat dan takaran hidupnya rendah. Gajinya rendah, persaingan antara tenaga dan tenaga amat hebat.
SI PACUL : Belum kulihat seluruhnya arti kalimat itu. Tetapi sudah kurasa. Bukankah gaji itu perlu buat membeli hasil? Jumlah harga hasil mesti sama dengan jumlah gaji. Makin tinggi gaji makin bisa ditinggikan hasil, makin rendah gaji makin susah meninggikan hasil, bukan?
SI GODAM : Sampai sekian benar, Cul. Simpulan ini boleh kita pakai sebagai pedoman. Simpulan yang kedua: Sebelum cukup banyaknya industri enteng, susahlah kita menimbulkan industri berat, Industri-Induk.
SI TOKE : Ini aku bisa tangkap artinya. Sebelum cukup banyak pabrik (pabrik kina, pabrik kain, obat-obatan, minum dsb), sebelum itu, tentu susah buat mengadakan Mesin-Induk yang mesti bikin mesin buat pabrik teh, kina, kain, obatobatan, minuman dan lain-lain itu. Bukankah pula hasil Pabrik-Induk mesti seimbang dengan hasil yang berupa mesin buat industri ringan?
SI GODAM : Tepat, Kek! Petunjuk yang ketiga ialah industrialisasi, atau rencana menukar Negara-Pertanian menjadi Negara- Perindustrian. Lambat jalannya pada permulaan, tetapi semakin lama semakin cepat.
SI TOKE : Mestinya begitu Dam. Tak bisa dilakukan sekali jalan saja. Apa lagi petunjuk yang perlu diperhatikan? Cobalah sebutkan.
SI GODAM : Penting pula artinya buat Indonesia ialah: negara kecil tak bisa mengadakan rencana yang sempurna, terpisah dari negara besar. Jadi buat negara kecil susahlah kalau tak mustahil mengadakan Ekonomi Teratur itu.
SI TOKE : Gampang dimengerti Dam! Bagaimana negara kecil bisa memakai Mesin Raksasa, mesin modern yang hasilnya melambung cepat dan tinggi, kalau rakyatnya sedikit! Bukankah rakyatnya yang pertama mesti jadi pembeli? Negara asing tak selalu bisa diharapkan. Negara asing berhak dan mungkin menutup pintu pagarnya sewaktu-waktu. Satu Rencana Penghasilan yang pasti mesti didasarkan pula atas pembelian, ialah pemakaian yang pasti. Terlampau kurang pembeli kalutlah Rencana yang semolekmoleknya di atas kertas itu.
SI PACUL : Kulihat dalam hal jual beli memang engkau jempol juga, Kek. Tidak percuma rupanya engkau ini bekas-toke!
SI TOKE : Perkara dulu tinggal dulu, Cul! Bukankah aku bangkrut sebab ikut-ikut Godam pula dalam pergerakan?
SI PACUL : Tak apa bangkrut itu, Kek. Nanti kuusulkan engkau jadi Menteri Rencana Ekonomi!
SI TOKE : Memangnya aku ini bergerak buat cari pangkat, Cul! Jangan begitu Cul!
MR. APAL : Semua petunjuk itu memang perlu. Sekarang cobalah bentangkan teknik MENAKSIR itu, yakni menyusun rencana itu.
SI GODAM : Berat rasanya, Pal. Terlampau banyak yang mesti dirundingkan!
SI PACUL : Ambil sari perkara saja, atau perkara sari saja.
SI TOKE : La! Lihat, si Pacul jadi ahli filsafat pula.
SI GODAM : Karena sari Rencana itu ialah menaksir hasil yang cocok dengan pemakaian, maka perlulah direncanakan:
l. Industri umumnya;
2. Mesin khususnya. Keduanya mesti dicocokkan dengan:
3. Gaji, dan
4. Perdagangan masuk dan keluar Negara.
SI TOKE : Mudah kumengerti kalau kau susun begitu, Dam! Mestinyalah yang l) yaitu industri itu (termasuk juga pertanian), yang tentunya bergantung pada kekuatan 2) mesin itu, diimbangkan, dicocokan dengan 3) yakni gaji. Bukankah jumlah harga hasil mesti sama dengan jumlah gaji? Dalam hal kekurangan mesin maka hendaklah kita periksa hasil atau barang bahan yang bisa dijual di luar negara (ekspor), buat memasukkan barang-mesin yang kurang buat dibeli (impor). Ringkasnya kita cocokan dengan 4).
SI PACUL : Sekarang laksanakanlah penaksiran itu, Dam!
SI GODAM : Pertama, periksalah industri yang ada, pun periksalah lebih dahulu apakah suatu pabrik bisa ditukar menghasilkan barang yang lain. Bukankah pabrik oto itu kalau sedikit ditukar bisa menjadi pabrik mesin kapal terbang? Periksalah lagi apakah satu cabang industri awak menghasilkan lebih atau kurang buat keperluan Negara. Apakah harga itu yang dijual dalam negeri. Kalau hasil itu memang lebih murah dan melebihi keperluan Negara, maka hasil lebih itu boleh dijual di luar negeri buat membeli barang yang kurang.
SI TOKE : Pendeknya ukurlah kekuatan industri awak. Kalau hasilnya bisa lebih dari keperluan dan harganya cukup murah, maka keluarkanlah hasil lebih itu buat pembeli yang kurang, mesin atau barang-pakai. Kalau perlu buat dipakai sendiri atau dijual di luar negeri tukarlah kalau bisa satu pabrik buat barang ini menjadi pabrik buat menghasilkan barang lain.
SI GODAM : Sesudah ditinjau kekuatan industri awak ini, cocokkanlah jumlah pekerja dengan jumlah industri yang ada atau akan diadakan. Kemudian periksalah pula apakah ada pabrik lapuk. Yang saya maksudkan dengan pabrik lapuk itu ialah pabrik yang lebih banyak memakan ongkos kalau dipakai daripada merusakkan pabrik itu sama sekali. Yang lapuk itu baik diruntuhkan saja. Anggaran ongkos pabrik lapuk itu buat mengadakan hasil baik dipakai saja buat mendirikan pabrik baru.
DENMAS : Sebutkanlah juga semua industri yang terutama, Dam, supaya kita sedikit mendapat pemandangan.
SI GODAM : Aku susun saja begini: Pabrik buat bangunan rumah, gedung, jembatan dll. Pabrik buat perhiasan rumah, tikar, cat dinding dsb, jam, makanan, minuman dsb. Pabrik buat kain, benang, pencelupan dll. Pabrik buat pengangkutan, kereta, oto, kapal air dan udara, baja, besi dll. Tambang arang, minyak, besi, timah, tembaga, bauksit dsb. Pabrik obat-obatan dll. Di Indonesia juga pabrik teh, kina, kopi, gula, karet dll.
SI TOKE : Cukuplah rasanya kita meninjau kekuatan industri awak. Jadi pabrik yang kurang ditambah dan pabrik yang menghasilkan lebih dijual hasil lebihnya itu buat pembeli pabrik yang kurang. Sekarang tinjaulah permintaan (demand) berhubung. Dengan keperluan pembeli.
SI GODAM : Ingatlah bahwa keperluan itu bertukar kalau takaran hidup itu bertukar pula.
SI PACUL : Pastikan Dam!
SI GODAM : Kalau seandainya gaji seseorang cuma f 0,50 sehari, bukankah yang dipikirkannya cuma makanan saja? Kalau gajinya menjadi f 2 barulah dipikirkannya membeli kain. Kalau takaran hidupnya bertambah pula barulah dia memikirkan membeli vulpen, sepeda, radio oto dsb. Sepadan dengan naiknya takaran hidup setingkat demi setingkat bertukarlah pula keinginan dan keperluan si pembeli.
SI TOKE : Memang, bermula sekali dipikirkan oleh si pembeli ialah barang yang paling dibutuhi. Kemudian baru dipikirkan membeli barang buat setengah kemewahan. Akhirnya barang buat kemewahan semata-mata.
SI GODAM : Cuma ada satu lagi peninjauan ialah meninjau apakah barang yang dihasilkan industri awak itu cukup ataukah tidak buat kita?
SI TOKE : Kalau tak cukup bagaimana?
SI GODAM : Jika perbedaan ongkos suatu barang yang awak bikin dengan harga pasar barang itu tetapi dimasukkan dari luar lebih besar dari perbedaan ongkos awak dengan harga barang itu di pasar awak, maka baiklah barang itu dibikin di negara awak, walaupun ongkos pada permulaan membikinnya sedikit besar.
SI PACUL : Tegaskan dengan angka, Dam! Amat tinggi tergantung kalau kau susun begitu!
SI GODAM : Kalau ongkos barang awak umpamanya 18 sen dan jualan barang asing semacam itu juga di pasar awak 25 sen, jadi perbedaannya adalah 7 sen. Kalau ongkos barang awak itu 18 sen juga, tetapi jualan di pasar awak cuma 20 sen, jadi bedanya cuma 2 sen, walaupun sudah membikinnya dan ongkos awalnya lebih mahal.
SI TOKE : Semua permulaan itu susah sekali. Lambat betul membikin sesuatu pada semua permulaan itu. Lagipula banyak barang bahan dibuang-buang. “Waste”, istilah yang dipakai dalam ekonomi! Sebab itulah ongkosnya tinggi pula. Dengan bertambah lama pengalaman berkuranglah barang terbuang-buang (waste) tadi. Jadi kalau diteruskan membikin barang semacam itu besarlah pengharapan kita lambat laun akan mendapatkan cabang industri nasional, baru, yang baik dan murah hasilnya. Tetapi bagaimana kalau perbedaan harga tadi sebaliknya?
SI GODAM : Ya, baik kau jawab sendiri, Kek!
SI TOKE : Kalau sebaliknya, bukankah ini berarti barang-barang itu, lantaran bermacam-macam sebab, tak mengandung harapan akan bisa kita bikin lebih murah dari barang asing, walaupun pengalaman diperbanyak. Barangkali lantaran bahannya susah didapat, atau lain-lain sebab. Dalam hal ini, aku pikir baiklah barang semacam itu kita datangkan dari luar negeri saja! Toh tak ada salahnya bertindak begitu asal saja cocok dengan undang-undang ekonomi?
SI GODAM : Memang begitu, Kek. Manfaatnya juga banyak buat hubungan baik antara satu negara dengan negara lain. Perdagangan itu adalah satu perkara yang merapatkan bangsa dengan bangsa, negara dengan negara. Tak perlu semua barang itu kita sendiri yang membikin. Asal Industri-Induk sempurna di tangan kita, tak ada salahnya kalau hasil barang industri enteng kita datangkan dari luar. Yaitu kalau ongkos membikinnya sendiri akan terlampau tinggi dibanding dengan ongkos luar negeri. Tetapi baiklah jangan kita lanjutkan persoalan ini. Baiklah kita rundingkan sekarang perkara CARA membagikan gaji. Penting bukan?
SI PACUL : Tentulah penting sekali!
SI GODAM : Awalnya pembagian gaji itu boleh dijalankan atas dua macam. Pertama pada tingkat sosialisme yang sudah sampai ke tingkat komunisme. Kedua pada tingkat sosialisme itu sendiri. Pada tingkat komunisme tiap-tiap orang itu bekerja menurut kecakapannya dan mengambil hasil usahanya. Inilah tingkat tertinggi dan belum tampak kapan akan tercapainya tingkat ini. Tetapi sebagai pedoman hidup, maka ideal atau idaman pembagian secara komunis itu perlu senantiasa dipercermin.
SI PACUL : Apakah cara pembagian di tingkat kedua?
SI GODAM : Tingkat ini kita capai apabila kita sampai ke tingkat sosialisme, ialah apabila semua alat penghasilan dalam kapitalisme sudah dimiliki oleh masyarakat. Pada tingkat ini mungkin dipakai uang, dan gaji dibayar “menurut kecakapan si Pekerja”. Jadi si Pekerja masih menerima gaji. Tetapi mungkin pula pemberian itu sebagian berupa gaji menurut kecakapan, dan sebagian lagi berupa “bagian-sosial”. Yang terakhir ini berarti bahwa pembagian itu rata buat orang dewasa serta rata pula buat kanak-kanak. Bagian ini ialah bagian tiap-tiap anggota masyarakat yang kerja. Ini misalnya saja! Tiap-tiap negara sosialis dalam keadaan istimewa boleh pula mengambil tindakan istimewa. Asal saja kita jangan lupa akan pedoman komunisme di atas.
SI TOKE : Kita andaikan saja kita memakai sistem kembar, yakni sebagian dibayar sebagai gaji dan sebagian “bagiansosial”. Barangkali ini cocok dengan tingkat pertengahan (kompromis). Tetapi bagaimana menaksirnya?
SI GODAM : Agak susah sedikit menerangkannya dengan pendek. Tetapi perlu juga diberikan garis kasarnya pembagian hartapencaharian Negara berdasarkan sosialisme pada tingkat pertengahan itu. Misalkan satu negara! Andaikan dalam Negara itu ada 25.000.000 keluarga, terdiri dari ibu-bapak dan 2 anak belum baligh.
Andaikan jumlah pencaharian Negara itu setahun 4.500.000.000
Andaikan “bagian-sosial” jumlahnya seharga 2.000.000.000
Andaikan buat kelunturan mesin setahun 500.000.000
Andaikan bunga uang dan sewa dihapuskan jadi 0
Untung yang dibagikan pada kapitalis sudah dihapuskan pula 0
JADI SISA BUAT GAJI 2000.000.000
Yang 2000.000.000 itulah yang akan dibagikan kepada pekerja menurut kecakapan, kepada 25.000.000 keluarga tadi.
SI TOKE : Jadi gaji itu masih bertinggi berendah menurut kecakapan, bukan? Memang kalau tak begitu yang rajin jadi malas, sebab manusia sekarang masih mempunyai semangat perseorangan. Tetapi kalau hasil sudah melambung dan didikan sosialisme sudah lebih mendalam, maka sistem gaji ini bisa dihapuskan sama sekali. Jadi nanti tiap-tiap pekerja akan menerima “bagian sosial”-nya. Bukan begitu, Dam? Tetapi bagaimana rupanya bagian sosial itu?
SI GODAM : Apabila tiap-tiap orang sudah menjalankan kewajibannya sebagai anggota masyarakat,
maka ibu-bapak mendapat umpamanya 2 x f 4,- (seminggu) = f 8,-
anaknya 2 orang mendapat 2 x f 4,- (seminggu) = f 8,-
bapaknya kerja istimewa f 4,- = f 4,-
JUMLAH(seminggu) = f 20,-
Jadi satu bulan 1 keluarga tadi mendapat f 80,- misalnya saja. Bagian setiap keluarga tentunya mesti berhubungan dengan banyaknya penduduk pula, jumlah hasil negara, takaran hidup dsb. Ini garis besarnya saja, sebagai contoh. Ada banyak perkara lain yang bersangkutan. Tetapi bukankah aku menulis brosur lagi kalau kuteruskan?
SI TOKE : Jadi sebagai cermin saja! Bagaimanakah keadaannya Rencana Ekonomi Indonesia?
SI PACUL : Tunggu dulu, Kek! Engkau ini pada perundingan ini kulihat terlampau giat. Kalah kegiatan Mr. Apal, Denmas, dan aku dikumpul menjadi satu. Rupanya engkau tertarik betul oleh Rencana Ekonomi ini. Tetapi mesin sekalipun membutuhkan bensin. Apalagi Godam, yang tak berhentinya diserang oleh pertanyaan dari kanan kiri.
V. RENCANA EKONOMI UNTUK INDONESIA
SI PACUL : Sekarang kita sudah sampai ke langkah penghabisan. Tibalah waktuaya buat kita memeriksa semua kemungkinan untuk melaksanakan Rencana Ekonomi itu di kepulauan Indonesia ini. Baiklah Mr. Apal saja membentangkan suasana politik, ekonomi dan sosial di Negara ini.
SI TOKE : Cul! Tadi aku kau tuduh aku terlampau giat! Memang kuakui bahwa semangatku masih meluap. Semua syarat buat menceraikan suasana itu masih segar-bugar dalam ingatanku. Izinkanlah aku mencoba membentangkannya.
SI PACUL : Benarlah pula usulmu itu, Kek. Bukankah kita ini calon guru kaum proletar yang sebagian besar itu belum lagi sadar?
SI TOKE : Tentang suasana itu banyak kulihat persamaan Indonesia ini dengan Rusia. Pertama Rusia tak mempusakai sistem parlementer. Indonesia juga tidak. Kedua, Rusia tidak mempunyai kelas-tengah yang kuat buat menghalanghalangi tindakan sosialistis. Pun Indonesia tidak mempunyai. Rusia boleh dikatakan tak mempunyai Mesin-Induk, demikian juga Indonesia.
MR. APAL : Memang semua persamaan yang kau sebutkan itu benar. Tetapi ada perbedaan besar yang juga berhubungan dengan suasana itu. Pada tahun 1928 (?) ketika Rusia menjalankan rencana 5 tahun, dia sudah lebih kurang 10 tahun mempunyai Pemerintah Komunis. Semua kekuasaan ada di tangan kaum proletar. Bagaimana Indonesia sekarang (27 November '45)? Surabaya, kota perindustrian terbesar di Indonesia sedang dihancurkan Inggris-Nica dengan pelor dan bom, dari darat, laut dan udara. Kita sedang membela kemerdekaan kita dengan senjata yang belum sampai 1% dari senjata musuh banyaknya dan kualitetnya. Bagaimana bisa kita menyusun dan menjalankan Rencana Ekonomi yang sempurna buat kita?
MR. APAL : Mulanya aku sendiri mau mengusulkan Rencana waktu kita diserang dengan hebat itu. Tetapi di belakangnya aku mengerti bahwa aku terlampau banyak dipengaruhi “buku”. Sesudah kucoba berhubungan dengan keadaan yang sebenarnya, maka barulah aku insyaf bahwa aku terlampau tinggi melayang di awang-awang.
SI PACUL : Kalau kuingat perundingan lampau tentang dasar dan tekniknya Rencana itu, sebenarnyalah suatu maksud mengadakan Rencana yang sempurna atau setengah sempurna adalah impian belaka. Kalau ada Rencana dan memang mestinya ada Rencana, maka rencana itu mestinya tak kurang dan tak lebih dari Rencana Ekonomi Berjuang.
SI TOKE : Tepat, Cul! Sebutkan lagi sarinya dasar dan teknik Rencana itu!
SI PACUL : Dasar Rencana itu ialah mencocokkan produksi dengan konsumsi. Tehniknya ialah meninjau keadaan : l) industri, 2) kemesinan, 3) gaji dan 4) perdagangan luar negeri. Baik dalam hal industri berat mauupun industri ringan kita banyak sekali kekurangan mesin. Barang bahan kita benar pula lebih dari cukup buat dijual di luar negeri. Jualan itu bisa dibelikan ke mesin yang kurang. Tetapi perdagangan dengan luar negeri sama sekali terputus. Lagipula perindustrian Indonesia, sebagai pusaka imperialisme Belanda, amat pincang. Pabrik buat barang-pakai seperti kain dan lain-lain baru pada tingkat permulaan, tetapi tambang, pabrik dan kebun buat menghasilkan barang yang dijual di luar negeri, seperti teh, kopi, gula, minyak, timah, mas dll lebih daripada cukup. Di bawah telapak serdadu Jepang banyak pula mesin yang dirusak atau diangkut ke luar Indonesia. Indonesia dan dunia luar seolah-olah dipisahkan oleh jurang yang dalam dan lebar. Indonesia kekurangan mesin dan kain, tetapi kebanyakan barang bahan. Dunia luar sanggup menjual mesin pada kita dan membutuhkan bahan dari kita, tetapi perniagaan sama sekali terhenti. Jurang tadi tak bisa atau belum bisa dijembatani, selama Inggris-Nica menyerang Indonesia dan menghancurleburkan kota Indonesia.
DENMAS : Nah, sekarang “Jeruk Bali” yang kau hidangkan, Cul! Segar bugar! Sudah pandai pula engkau memakai perkataan seolah-olah dan gambaran. Tetapi engkau jangan memikirkan Rencana Ekonomi yang modern, yang sempurna saja, Cul! Bukankah di masa perang ini pun kita mesti mengadakan rencana? Istimewanya dalam suasana perang inilah kita mesti mengadakan rencana.
SI GODAM : Benarlah begitu. Kita mesti tunda rencana besarbesaran dan rencana bertujuan jauh. Rencana yang akan membawa kita ke zaman sentausa ialah apabila kita sudah mempunyai Industri Berat, Industri Induk. Apabila kita sudah mempunyai Mesin Membikin Mesin, yakni mesin pembikin lokomotif, pembikin mesin oto, kapal air dan kapal terbang, barulah boleh kita tidur dengan perasaan lebih aman dan meninggalkan anak cucu dan negara kita dengan hati aman tenteram. Sebelum keadaan itu tercapai, belumlah berapa artinya suatu kemerdekaan, walaupun kita memperoleh kemerdekaan 100% yang kita tuntut itu.
SI PACUL : Tetapi kemerdekaan 100% itu pulalah yang sanggup memberi kesempatan kepada negara kita buat mendirikan Mesin-Induk dan Industri Berat Nasional bukan?
SI GODAM : Benar Cul. Sebab itu rencana kita sekarang ialah Rencana Ekonomi Berjuang buat mencapai kemerdekaan 100% itu lebih dahulu. Bermula baiklah diingatkan suasana sekarang ini, tegasnya ialah suasana dalam perjuangan.
DENMAS : Apa perkara penting yang tampak di matamu dalam suasana berjuang ini, Dam?
SI GODAM : Banyak perkara yang bisa menjadi sebab kemenangan atau kekalahan kita dalam perjuangan yang mahadahsyat ini. Mahadahsyat dalam hubungannya dengan banyak kekurangan kita dalam perjuangan. Kekurangan ini kelak akan kuuraikan lebih jelas dalam brosur bernama Muslihat. Di sini kukemukakan beberapa perkara yang menguntungkan kita saja. Karena perkara ini langsung bersangkutan dengan pasal Rencana Ekonomi Berjuang.
SI PACUL : Jadi berhubung dengan Rencana Ekonomi Berjuang ini menurut pikiranmu ada beberapa perkara yang menguntungkan kita. Cobalah sebutkan atau uraikan pula perkara itu panjang lebar.
SI GODAM : Belumlah sampai temponya buat menguraikan perkara itu panjang lebar. Baiklah disebutkan saja semuanya itu. Kalau perlu di sana-sini kutambah ssdikit penerangan.
SI TOKE : Mulailah, Dam!
SI GODAM : Semuanya ada empat perkara yang nyata menguntungkan kita. Makin tahan lama kita berjuang, makin nyata pula keuntungannya. Perkara itu:
l. Iklim. Lantaran tak ada musim dingin di Indonesia, tanaman tumbuh 12 bulan setahun, sedangkan di negara dingin cuma 6 bulan. Makanan mudah disiapkan, direncanakan, dan pakaian cuma sedikit yang kita perlukan. Di pinggir-pinggir atau pinggang gunung kita bisa hidup dalam pondok kecil meneruskan perjuangan, menghindarkan pesawat udara.
2. Penduduk Indonesia amat banyak. Buat di belakang dan di depan medan peperangan lebih dari cukup banyaknya prajurit. Kalau dari rakyat yang 70 juta itu diambil 10% orang terkuat saja, kita bisa mendapatkan 7 juta prajurit buat garis depan. Yang 7 juta lagi buat garis belakang. Belum lagi terhitung kaum wanita yang amat penting buat perjuangan ini.
3. Moral prajurit amat menggembirakan. Semangat buat membela kemerdekaan dan keikhlasan berkorban buat kemerdekaan belum pernah ternyata dan umum seperti sekarang. Lebih susah buat seseorang pemimpin perang menahan prajuritnya bertarung daripada menyuruhnya bertarung. Berebut-rebut prajurit yang mau maju ke garis depan, walaupun senjatanya serba kekurangan.
4. Keadaan internasional amat memuaskan. Belum pernah dunia internasional menaruh begitu banyak perhatian kepada persoalan kemerdekaan Indonesia daripada sekarang ini. Secara umum sehari demi sehari terdengar keras kian keras. Sebagian besar kaum buruh dan sebagian dari kaum liberal dunia semakin menentang imperialisme Inggris-Belanda dengan perkataan dan perbuatan. Semakin lama rakyat Indonesia berjuang semakin besar kemungkinan secara umum akan memaksa imperialis Inggris- Belanda menghentikan penyembelihan besar-besaran di Indonesia.
SI TOKE : Jadi berhubung dengan 4 perkara itu muslihat apakah yang mesti dijalankan dan Rencana Ekonomi Berjuang manakah yang baik dipakai?
SI GODAM : Terang muslihat berjuang yang baik ialah mundur maju, muslihat gerilya. Mundur kalau berjumpa dengan yang amat kuat. Maju dan terkam kalau musuh lengah dan kurang kuat. Ekonomi Berjuang ialah menghasilkan dan mengatur hasil buat perang lama. Ingatlah makin tahan lama perjuangan ini, makin baik buat kita. Buat musuh makin silau matanya menentang obor kebenaran, makin lemah urat syarafnya mendengarkan protes umum di dunia dan makin kosong kasnya buat melanjutkan penyerangan biadab ini. Akhirnya pemerintah ceroboh imperialis itu akan dijatuhkan oleh protes dan aksi umum yang ingin damai di dunia ini!
SI TOKE : Apakah perkara ekonomi yang penting buat perang lama?
SI GODAM : Buat rencana yang lebih lanjut periksalah semua syaratnya rencana ekonomi dalam pasal yang baru kita uraikan, yaitu Rencana Ekonomi Sosialis! Perkara yang menyolok mata di masa berjuang ini, ialah: l. Menambah makanan dan pembagian makanan. 2. Mendirikan perusahaan tenun dan membagikan hasilnya. 3. Mendirikan pondok di tempat aman sebagai persiapan buat penduduk kota. 4. Mengatur pertukaran barang. 5. Mempersiapkan hubungan dengan luar negeri.
SI TOKE : Apakah tindakan yang pertama mesti diambil?
SI PACUL : Saya pikir mengadakan l) Panitia menaksir, 2) Jabatan menjalankan taksiran atau Rencana, dan 3) Badan Penyelidik.
SI GODAM : Tepat, Cul! Sebenarnya tak perlu saya uraikan lagi apa tindakan sesudah mengadakan Badan itu yang mesti diambil. Semuanya itu sudah terkandung dalam pasal rencana ekonomi sosialis tadi. Cukuplah di sini kalau disebutkan bahwa sesudah Badan Kekuasaan tadi dibentuk, maka hendaklah diadakan penaksiran itu selekas mungkin.
SI TOKE : Sebenarnyalah mesti dicocokan semua hasil makanan, pakaian dan perkakas perumahan (di luar kota) serta keperluan buat Jawa seluruhnya dengan keperluan dan permintaan. Kalau ada kekurangan cobalah cari akal buat menambahnya. Barangkali kebun ini mesti ditanami ini dan pabrik ini mesti ditukar dengan pabrik itu. Sesudahnya adakanlah pendaftaran buat semua jenis pekerjaan, seperti pekerja besi, kain, kereta, tambang dll. Tiap-tiap jenis pekerja itu mesti dibagi pula menurut kepandaiannya. Di antara pekerja besi umpamanya berapa banyak tukang lebur, tukang las dsb. Baru kita mendapat pandangan tentang banyak dan kesanggupannya kaum pekerja kita. Apabila kita sudah mempunyai daftar yang sempurna, baru pula kita bisa mengerahkan prajurit pekerja kita yang perlu, kalau kita sudah mempunyai pendaftaran yang sempurna itu.
SI GODAM : Kalau tindakan tersebut di atas sudah dijalankan di Jawa, sudah tentu Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara akan mengikut. Sebab itu semua tindakan di Jawa itu mestinya tepat cepat.
SI TOKE : Memang begitu, Dam! Indonesia ini bukan Jawa saja. Memang hubungan kita dengan seberang kini amat terganggu. Tetapi kalau maksud dan tujuan itu sama, persatuan dalam mengambil tindakan bisa didapat. Seberang seperti biasa siap setia akan mengikuti Jawa.
DENMAS : Kalau kita dari awal Republik didirikan bisa sedikit saja memandang ke depan dan memegang teguh makna dan akibat kemerdekaan itu, maka kita tentu sudah mempunyai Rencana Ekonomi Berjuang itu. Dengan itu kita akan jaya menangkis serangan Inggris-Nica yang mesti datang menyerang kita. Saya bilang mesti, karena mengingat kebutuhan imperialisme Inggris-Belanda sesudah Perang Dunia ini dan mengingat pula sejarah imperialisme Inggris-Belanda dalam 350 tahun di belakang ini, di seluruh pelosok dunia..
SI PACUL : Memang pengharapan kosong itu terlampau banyak terselit dalam hati sanubari para pemimpin kita. Tak perlulah nama si pemimpin itu kita sebut. Kita cukup mengerti artinya persatuan di masa perang ini. Tetapi ingatlah saja perjanjian Inggris dengan para pemimpin kita di Surabaya dan Magelang. Berapa banyak korban mesti diberikan sesudah perjanjian itu, karena kita percaya pada suara merdu dan janji muluk para pejabat yang terdesak itu.
MR. APAL : Memang aku setuju penuh dengan perkataanmu. Tetapi engkau sedikit sesat kepada simpang diplomasi. Baiklah kita kembali ke bagian ekonomi Rencana Ekonomi Berjuang itu. Tiadalah akan begitu besar penderitaan mereka yang mesti meninggalkan rumahnya di kota-kota dan lari tergesa-gesa ke desa-desa. Mereka akan bisa disambut dengan persediaan makanan dan pomondokan, walaupun amat sederhana sekali. Rakyat tak akan begitu kacau, kalut, dan prajurit kita tak akan begitu terganggu hatinya melihat rakyat dalam kesusahan itu. Lagipula jika ada persiapan di luar kota, maka rakyat dalam kota tak akan begitu berat hatinya meninggalkan rumah tangganya, tempatnya bernaung berbulan-bulan barangkali sudah bertahun-tahun.
DENMAS : Tak pula kurang pentingnya perkara rencana pakaian. Aku menyaksikan sendiri seorang pemuda remaja yang mendesak mengikut rombongan pergi menyerang. Pertama kusaksikan di Banten. Di sana kulihat seorang pemuda pergi menyerang ke Kebayoran. Kedua, pemuda lain yang “menyerbu” ke Surabaya. Mereka berangkat dengan tombak bambu dan golok saja. Tak pula mereka tadi memakai pakaian militer. Bahkan bajupun tak ada dipakainya. Tetapi mereka kembali ke desanya membawa beberapa pistol di pinggangnya dan tommy-gun di bahunya!
SI PACUL : Bagaimana perasaan Denmas melihat pemuda semacam itu? Mereka itu satria unggul, bukan?
DENMAS : Tetapi aku suka dan sedih! Suka karena belum pernah aku seumur hidup menyaksikan bakti kesatriaan bangsa Indonesia seperti sekarang. Sedih, melihat prajurit muda, gagah perkasa itu cuma memakai celana buntung tak bersepatu dan berbaju. Alangkah baiknya kalau diberi uniform, pakaian militer. Alangkah senang dan girang hatinya sendiri. Alangkah pula besarnya minat dan keinginan bertarung di antara teman sedesanya mereka itu, apalagi sesudah melihat temannya pulang membawa oleh-oleh perang, tanda kemenangan. Rasanya brosur ini sudah terlampau jauh melebihi brosur yang lain-lain.
SI PACUL : Sebagai penutup ucapkanlah beberapa kalimat, Dam, sebagai simpulan yang penting.
SI GODAM : Kita di masa penyerangan musuh sekarang dan di hari depan perlu mengadakan rencana. Bukan buat mengadakan perekonomian yang kuat-kokoh. Buat ini kita tak diberi kesempatan. Rencana Ekonomi kita ialah buat berjuang semata-mata. Berjuang mati-matian, karena maksud musuh sudah terang seperti cahaya matahari. Hendaknyalah dengan cepat tangkas kita mengadakan badan buat mengatur penghasilan dan pemakaian buat berjuang. Hasil itu mesti dicocokan dengan permintaan. Dalam pembagian hasil itu, sekarang uang Jepang itu masih dipakai. Tetapi cetakan uang itu sudah direbut Nica. Uang Jepang itu sangat mengalutkan perekonomian rakyat. Sudah sampai temponya sekarang buat Pemerintah Republik mengambil tindakan mencegah merosotnya uang Jepang yang menaikkan harga barang itu dan memutusasakan Rakyat Jelata. Ada beberapa tindakan yang bisa diambil. Pertama Pemerintah Republik bisa mencetak uang baru. Kedua, prajurit pekerja dan perang bisa dikasih karcis sesudah menjalankan kewajibannya. Karcis itu dibolehkan dipakai di pasar dan di toko. Ketiga, pakai sistem rakyat jelata di zaman Jepang. Karena uang Jepang amat merosot, maka banyak rakyat di desa yang tak mau lagi menerima uang. Mereka tukarkan telur, ayam, atau kerbaunya dengan kain. Salah satu, dua, atau ketiganya sistem itu boleh dipakai. Tetapi boleh atau tidaknya dipakai, perkara sepenting itu, karena mengenai seluruh rakyat tak bisa diputuskan begitu saja. Lebih dahulu mesti diadakan perundingan yang masak di antara para wakil rakyat jelata. Di sini cuma bisa dimajukan dasar tindakan itu saja seperti di atas. Tetapi tindakan keuangan itu mesti lekas diambil supaya semua penceroboh itu mati kutu. Perlulah pula selekas mungkin diadakan hubungan dengan luar negeri! Maklumlah saudara artinya tindakan ini, andaikan kita sudah siap dengan rencana ekonomi berjuang. Makanan cukup buat rakyat dan prajurit, pakaian pun sudah mulai ditenun.Wanita sudah ikhlas mengerahkan tenaganya buat mengurus dapur umum dan palang merah. Perkakas tenun dengan tak berhentinya berputar oleh tangan wanita yang ingin menang, ingin merdeka. Pembagian makanan dan pakaian berlaku dengan tetap teratur diselenggarakan oleh laki-laki/perempuan tua dan muda dalam negeri. Di kaki dan pinggang gunung, ratusan malah ribuan pondok siap sedia buat menerima penduduk kota yang terpaksa menyingkirkan diri. Biarlah kaum imperialis membabi buta. Di udara dan laut mereka bisa menang. Semua kota besar mungkin mereka bisa duduki. Tetapi selama lembah, dataran, dan lereng gunung terus ditanami menurut rencana ekonomi yang teratur rapi, selama semangat rakyat seluruhnya masih bulat percaya pada Hak Kemerdekaannya, selama Tentara Rakyat masih pegang semangatnya yang menyala-nyala itu, Saudara sekalian, akhirnya musuh mesti akan bertekuk lutut dengan tiada perjanjian suatu apa. Sebelum imperialis itu meninggalkan pesisir kita belumlah akan kita sarungkan belati kita ke sarungnya. Kembali kita ke alam kita, ke penghidupan yang sederhana. Kita bisa dan kita terpaksa berlaku begitu! Dengan hidup sederhana dan senjata sederhana kita bisa bertahan bertahuntahun. Camkanlah bahwa kekayaan Indonesia yang istimewa itu mengizinkan kita bertarung lama dengan hidup miskin. Semua kekayaan dan kemegahan Indonesia itu kelak akan jatuh kembali ke tangan kita apabila kita sudah menang! Semboyan kita: RENCANA EKONOMI BERJUANG! KEMERDEKAAN 100%! RENCANA EKONOMI SOSIALISTIS!
sumber : http://www.tanmalaka.estranky.cz Rating: 4.5
Description: Rencana Ekonomi Berjuang (sambungan)
Reviewer: Unknown
ItemReviewed: Rencana Ekonomi Berjuang (sambungan)