Headlines
Published On:Kamis, 17 Februari 2011
Posted by Unknown

Sabuang Ayam (Minang Saisuak)

 suryadi-minang-saisuak-sabuang-ayam


TRADISI SABUANG AYAM boleh dibilang sudah hapus di Minangkabau. Adalah Kaum Padri pada paroh pertama abad ke-19 yang melarang kebiasaan adu jago pakai taji ini, sebab identik dengan judi dan menyiksa binatang. Pelakunya dianggap berdosa dan kalau mati akan masuk neraka. Namun demikian, lama kemudian tradisi sabung ayam masih ditemukan di Minangkabau. “Oerang Polici [di Padang yang bernama si Rehim] bersama dengan 4 temannja soedah menangkap 12 oerang jang asig menjaboeng ajam di Belantoeng, di belakang roemah kornel kepala bala tantra di Pasisir Pertja Barat. Si Rehim terdjatoeh, dan ajam jang di bawag nya meranggoet ranggoet tadji, se hingga oerang itoe loeka tangannja. Sampeij se karang loeka itoe beloem baig”, demikian laporan koran Bentara Melajoe, Thn I, Selasa, 12 Juni 1877.

Foto ini menggambarkan sekelompok lelaki Minang sedang asyik menonton ayam balago. ‘Hanengevecht op Sumatra’s Weskust’, demikian judul foto ini, yang berasal dari kartu pos tua bertarikh 1905. Di kiri bawah  tertulis ‘Groet van Sumatra’s Westkust’ (Salam dari Sumatra Barat). Agaknya ini adalah salah satu kartu pos klasik yang mempromosikan parawisata Minangkabau pada awal abad ke-20. Tidak ada informasi di daerah mana foto ini diambil. Namun, jika kita amati pakaian para penonton sabung ayam ini, ada kesan foto ini di ambil di daerah yang agak dingin di darek. Dalam foto ini kelihatan para lelaki memakai semacam sarung yang diselimutkan ke tubuh untuk menahan hawa dingin. Yang duduk mencangkung di tengah mungkin janang. Sementara dua orang yang maju agak ke depan di kiri dan kanan mungkin si pemilik ayam. Di latar belakang ada semacam pondok yang berfungsi seperti gelanggang, tapi mungkin juga pondok-pondok bekas pasar mingguan. Dalam foto ini tidak tampak adanya tanda-tanda judi (taruhan), dan tidak kelihatan pula Dang Tuanku, anak Bundo Kanduang yang suka pergi ke gelanggang sabung ayam rajo-rajo itu, sehingga sampai lupa tunangannya, Puti Bungsu, sudah direbut oleh Raja Imbang Jayo, anak Tiang Bungkuak, di ranah Sikalawi, sebagaimana diceritakan dalam kaba Cindua Mato yang terkenal itu. (Sumber foto: KITLV Leiden). Suryadi – Leiden, Belanda.

Singgalang, Minggu, 11 Juli 2010
sumber : http://niadilova.blogdetik.com/

Klik Bintang Untuk Voting Anda
Rating: 4.5
Description: Sabuang Ayam (Minang Saisuak)
Reviewer: Unknown
ItemReviewed: Sabuang Ayam (Minang Saisuak)


About the Author

Posted by Unknown on Kamis, Februari 17, 2011. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

By Unknown on Kamis, Februari 17, 2011. Filed under . Follow any responses to the RSS 2.0. Leave a response

0 comments for "Sabuang Ayam (Minang Saisuak)"

Posting Komentar
Latest Posts :

Hotel

Kuliner

Wisata

Artikel Lainnya » » More on this category » Artikel Lainnya » »

Musik

Tari

Ukiran

Artikel Lainnya » » Artikel Lainnya » » Artikel Lainnya » »

Top Post

Coment

Adat

Artikel Lainnya»

Budaya

Artikel Lainnya »

Sejarah

Artikel Lainnya »

Tradisi

Artikel Lainnya »

Di Likee "Yaaa.." Kalau Postingan Di sini Sangat Bermanfaat Dan Membantu bagi Anda ..

VISITORNEW POST
PageRank Checker pingoat_13.gif pagerank searchengine optimization Search Engine Genie Promotion Widget ip free counter