Headlines
Published On:Minggu, 20 Maret 2011
Posted by Unknown

Thesis (sambungan)

Ataukah semua diplomasi dipusatkan kepada gerakan lidahnya si Diplomat itu saja? Hal yang terpenting pula apakah "perhitungan" bahwa imperialisme Inggris itu bisa dipisahkan dan diadu-dombakan dengan imperialisme Belanda? Diatas tadi sudah dikemukakan, bahwa Dutch Indies itu dalam arti ekonomi ialah Anglo-Dutch-Indies. Hasil terpenting buat kemakmuran dan pertahanan Indonesia seperti minyak tanah dan karet, sudah dikendali oleh kongsi minyak kepunyaan Anglo-Dutch dan kebon getah Inggris yang ada di Indonesia ini. Singapura, simpang jalan dunia terletak ditengah-tengah kepulauan Indonesia sudah mengendali perdagangan keluar dan masuk Indonesia. Perjanjian Anglo-Dutch tentangan penghasilan penjualan getah dan timah yang dibikin tiap-tiap tahun, yang mengenai harga ratusan juta rupiah seudah mengekang jalannya ekonomi Indonesia. Ringkasnya dalam hal ekonomi imperialisme Inggris dengan sempurna dan effective mengekang imperialisme Belanda. Kalau Sir Hendrik Deterding diberi glas Sir oleh Inggris, maka ini bukan berarti keulungan si Hendrik ini tentangan lain hal daripada keulungan menjadi kaki-tangannya imperialisme Inggris. titel itu diberikan oleh INggris dimana ia mendapatakan kaki-tangannya yang patu, buat mnegekang ekonmi dan politik Negara yang mau dijadikan atau sudah dijadikan mangsanya. Di Hongkong diberikan kepada Tionghoa Sir Robert Ho Tung buat mengapusin seluruhnya Tiongkok. Di Hindustan titel itu dihamburkan kepada beberapa biji orang Hindu yang ikhlas menjalankan rol sebagai kaki-tangan imperialisme Inggris lahir ataupun batin, seperti seseorang menghamburkan tulang-tulang kepada anjing yang disukainya. Malaya pun tiada keluapaan. Hartawan Besar Sultan Johor di tempat strategi dunia yang terpenting "beruntung" pula mendapat titel Sir itu. Sepintas lalu hal ini kelihatan perkaca kecil saja. Tetapi kalau kepentingan Malaka dan Singapura dalam hal ekonomi dan strategy dipelajari dalam-dalam, maka kalung  "Sir" yang dianugerahkan oleh Raja INggris kepada Ibrahim, Sultan Hartawan Johor itu besar sekali maknanya. Sir Ibrahim sudah memberi kekuasaan besar dalam per-ekonomian kerajaan Johor kepada kapital Inggris, Sir Ibrahim salah seorang autocrat terkaya di Asia, menaruh simpanan besar di Bank Inggris. Sir Ibrahim akhirnya, adalah turunan pula dari pada keuarga  Sultan Johor yang hidup dimasa Stamford Raffles, lebih dari 100 tahun lampau. Salah seorang putra Sultan Johor tadi berhak mewarisi Singapura, tetapi karena gila ditolak oleh Rakyat Johor sebagai Raja dan sebagai ahli-waris pulau Singapura. Ahli-waris yang gila ini di culik dan diajak berunding oleh Raffles di Singapura. Hasil perundingan ini pada suatu pihak Putra gila yang ditolak oleh Rakyat Johor tadi beruntung diakui oleh Raffles. Pada lain pihak Raffles beruntung dapat membeli Singapura dengan harga $ 60.000 (enam puluh ribu dollar). Kecerdasan Raffles ialah satu dari pada pujaan dunia imperialisme Inggris – tiadalah terletak pada ketangkasan matanya melihat kepentingan Singapura buat ekonmi dan strategy. 1500 tahun lampau kearajaan Sriwijaya sudah insya f akan hal ini. 500 tahun lampau kerajaan Majapahit penuh insyaf akan keinsyafan leluruhnya di Sriwijaya tadi. Rafles sebagai ahli sejarah Indonesia tentulah lebih insyaf dari pada siapapun juga, akan hal, bahwa bukanlah dia Raffles yang pertama sekali menampak kepentingannya Singapura dipandang dari sudut perdagangan dan strategy. Tetapi dia cukup cerdas buat menaksir, bahwa kalau ia berhubungan dengan orang Indonesia yang sedikit saja cerdas ia tak akan mendapat Singapura dengan harga $ 60.000. Ia perlu berunging dengan orang gila, buat membeli Singapura dengan harga gila.Kemarin bandit, perampok, sekarang sesudah menjadi raja, berlagak dermawan. Hal ini lazim di dunuia feodal. Kemarin tukang catut atau tukang smokkel, dan sesudah kaya-raya berlagak menjadi dermawan. Hal ini masih lazim di dunia kapitalisme. Kemarin merampok negara merdeka, sekarang berlagak menjadi pelindung ataupun "Ratu Adil". Inipun lazim di dunia imperialisme. Tangan kanan membacok tangan kiri mengobati supaya si mangsa bisa dipakai sebagai budak. Sesudahnya Inggris mencatot Singapura dan merampok Malaka, maka dia berlagak sebagai pelindung. Demikian para Sultan dilambuk, di kenyangkan dan di-Sir-I, supaya mereka merampas dan memeras Rakyatnya buat kepentingan karet dan timah kapitalist Inggris di Malaka. Dengan memakai para Sultan di Semenanjung Tanah Malaka umumnya dan "Sir" Ibrahim khususnya disamping Sir Hendry Deterding sebagai kaki-tangannya di Indonesia, maka dalam hakekatnya imperialisme Inggris sudah menguasai seluruhnya Indonesia, termasuk Malaka dan Borneo Utara dalam hal politik dan ekonomi.
Dalam hal strategy kepentingan Singapura lebih nyata lagi. Ambillah jangka dan bikin satu lingkaran (circle) dengan radius (straal) 150 mil. Dalam lingkaran itu terletak Birma, Siam, Annam, Filipina, seluruhnya Republik Indonesia dan Australia. Inilah yang kita pernah namai Aslia (Asia-Australia). Menurut ahli Barat penduduk di Aslia itu termasuk kedalam satu bangsa. Sepintas lalu kelihatan bahwa Bagian Bumi ini dikuasai oleh Iklim yang sama dan musim yang sama (musson). Jadi watak ekonominya pun mempunyai banyak persamaan. Berhubung dengan itu membutuhkan satu koordinasi per-ekonomian. Tetapi yang kita terutama mau kemukakan disini, ialah kepentingan lingkaran ini dipandang dari penjuru strategy. Dengan Singapura sebagai pusat, maka menurut kekuatannya terbang pesawat dimana pernah dunia ke II, Aslia terletak dalam "flying radius" (lingaran terbang). (Lingkaran teknik atom yang berada di Australia (?) tiada akan mengecilkan arti Singapura dan Aslia.
Menurut U.P dalam surat kabar Hindustan The Bharat Yuoti,  May 5 1946 ini, maka dalam konperensi commonwealth Inggris pada tanggal 3 May di London yang diketuai oleh Perdana Menteri Attlee, maka pemerintah Inggris mengusulkan supaya Australia berunding dengan Belanda buat memperoleh Bandung dan beberapa pelabuhan penting buat memperlindungi Kerajaan (Empire) Inggris dibagian Selatan dan Barat Daya-nya Pacific. Australia dengan tegas menolak usulan ini karena tiada menghendaki akibatnya diplomasi imperialistis semacam itu. Australia tiada ingin memusuhi Republik Indonesia. Bahkan sebaliknya Australia mengharap adanya Pemerintah Rakyat (popular government) di Indonesia dengan siapa Australia ingin hendak mengadakan Alliance (persekutuan), sekali lagi kelihatan politik bulus jehanamnya Inggris terhadap Indonesia. Walaupun gagal Indonesia mesti selalu berlaku awas selama imperialisme Inggris maish berada disekitarnya Aslia ini, dan belum dibongkar sampai keakar-akarnya.
Nyatalah disini, bahwa Inggris menganggap Aslia dalam hal strategy sebagai satu Unit, kesatuan. Jepang tentu tidak ketinggalan. Ini hari Singapura direbut Jepang pada tanggal 13 Febuari 1942, besoknya Singapura ditukar namanya menjadi Shonanto (Kota Gemilang). Seluruh Aslia dinamainya Selatan.  Sriwijaya dan Majapahit sudah cukup mengerti akan persatuan daerah Aslia itu dalam segala-gala.
Gerakan politik, diplomasi dan strategy Sriwijaya dan Majapahit juga dengan segala keinsyafan ditujukan kearah kesatuan daerah Aslia itu. Oleh orang Tionghoa pun semuanya itu dinamai Huana (bahasa Hokkian). Sekarang kalau kita, Rakyat Indonesia revolusioner, ingin mengadakan rencana yang praktis, yang penting buat kemakmuran dan terutama pula buat keamanan Republik Indonesia sekarang dan dihari depan, maka tiadalah boleh kita ketinggalan oleh paham 500 tahun lampau (majapahit) apalagi oelh paham yang sudah amsak 1500 tahun lampau (Sriwijaya). Berbahaya selalu keadaan Republik Indonesia dalam ekonomi dan strategy kalau kita tidak isnyaf akan artinya politik dan strategy Rafles dan Yamasita. Walaupun ada Federasi Perancis dan Filipina Merdeka, tetapi dengan adanya Hongkong (Inggris) maka praktisnya Aslia, adalah effetive dikuasai oleh Armada Inggris. ditangan imperialisme Inggrislah sebenarnya terletak kekuasaan ekonomi dan militer buat mengangkangi seluruh Aslia. Imperialisme Inggris dan BElanda dan Perancis sebagai boneka para Sultan atau Raja dan sebagian intelligensia sebagai kaki tangan maka di masa damai dia mengendali politik-ekonomi Aslia. Dengan Singapura sebagai Dasar Armada dan Pesawat, serta Asutralia Putih dan Ceylon sebagai garis kedua (teknik atom?), maka imperialisme Ingrgis diwaktu perang berniat menguasai seluruhnya Aslia (Asia-Australia). Mau tidak mau, dalam prakteknya Republik Indonesia. Merdeka 100% mesti bertentangan dengan Imperialisme Inggris Diwaktu damai kepentingan ekonmi Indonesia Merdeka 100% mesti bertentangan dengan kepentingan ekonomi penjajahan Inggris. Dalam masa perang SIngapura akan mengancam Indonesia Merdeka, yang tiada mau dibonekanan oleh Imperialisme Inggris, Real-politik, politik sebenarnya, (bukan impian) memaksa Indonesia pada satu pihak berhadapan muka dengan imperialisme Inggris. Maka real politiklah pula pada lain pihak yang akan memakasa Indonesia MErdeka mengumpulkan semua tenaga revolusioner dalam lingarakn Aslia. Flying-radius, buat ditumbukkan kepada imperialisme Inggris.
Kita percaya bahwa taktik-strategy yang cerdas, organisasi yang plastis (cat seperti karet) dengan usaha yang penuh kesabaran ketetapan  hati, kita sanggup berhadapan muka dengan imperialisme Inggris Singa Ompong itu.
Maka berhubungan dengan kesemuaan diataslah pula, semua percobaan "diplomat ulung" di Indonesia ini berusaha memisahkan Belanda dan Inggris dan mengadu-dombakan Inggris dengan Belanda adalah seorang "cerdik" yang mencoba memisahkan dan mengadu-dombakan kepala buaya dengan ekornya. Semujur-mujurnya si Diplomat ulung tadi ia Cuma bisa menghindarkan dirinya dari pukulan ekor buaya itu. Tetapi semalang-malangnya si Cerdik itu dia pasti akan masuk lebih dalam dirangkungan buaya tadi.
Adalah tiga syarat yang terutama, kalau seorang ingin hendak menjalankan diplomasi bersandar kepaa Devide et empera itu dalam keadaan revolusioner sekarang. Pertama sekali kekuatan diri sendiri dan kepercayaan atas diri sendiri mestinya ada cukup. Kedua diplomasi itu mesti bersifat revolusioner yang ada dalam Negara. Ketiga, diplomasi devide-et-empera, yang revolusioner itu mesti ditujukan kepada bagungan-musuh yang mengandung pertentangan sesungguhnya, ialah pertentangan keperluan (ekonomi). Kalau seseorang diplomat Indonesiayang revolusioner mengemukakan, pertentangan-tajam dalam hal keperluan penting (vital interset) antara Inggris dan Amerika, bahkan dengan Australia (commonwealth-Inggris), dan pertentangan itu terus akan berlaku selama Indonesia itu masih berada dalam ruangan kemerdekaan nasional,  kita tak akan menyangkal (membantah), memangnya diplomasi-bambu-runcing dengan MINIMUM PROGRAM berlaku dalam suasana pertentangan hebat diantara gabungan Kapitalisme dan Imperialisme Asing, yang berada di Indonesia dijaman Belanda.
Si Pengelamun, Si-Tukang-Berpangku-Tangan, Si-Serba-Tak-Bisa tetapi nasionalis dan percaya saja kepada siapa saja kecuali pada diri sendiri, Si-Pengharap Pertolongan-Luar, dalam waku damai boleh menertawakan atau mengecilkan artinya ASLIA, tetapi sebagai gabungan revolusioner dalam LINGKARAN-TERBANG (flying-sphere) dengan Singapura sebagai pusat. Mereka boleh bermimpi-mimi mengharapkan pertolongan jatuh dari langit, sambil menyeburkan isme ini atau itu kekiri kekanan. Mereka boleh terus berpangku tangan sambil bermimpi menlayang kelangit sampai .........revolusi atau peperangan akan melemparkan mereka kembali kedunia realiteit, kembali ketanah yang keras itu. Sesudah hampir sepuluh bulan si Tukang-Maki dan mengejek sering dengan memakai kedok internasionalist tetapi nasionalis yang bisa dipakai Nica, Jepang ataupun Sibar dalam prakteknya mestinya sudah insyaf, bahwa dalam revolusi atau peperangan, amka Rakyat Indonesia dalam suasana dan keadaan internasional seperti sekarang terpaksa berdiri atas kaki sendiri, pada organisasi sendiri, bersandar pada otak, hati dan jantung sendiri, pada kecerdasan, keberanian dan ketabahan hati sendiri. Teristimewa pula mesti berdiri atas alat hidup sendiri dan senjata sendiri, walalupun hanya bambu runcing saja. Disamping kepercayaan dan tindakan berdasrakan kekuatan diri sendiri yang sebenarnya, arulah kita berusaha meluaskan lapangan perjuangan kedaerah yang memberi kemungkinan memberi hasil (Aslia). Baru bertindak begitu rupa, supaya dapat merebut simpati dn pertolongan indirek (pemogokan) dari suaraumum (public-opinion) di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika, semata-mata menyandarkan paham, organisasi dan aksi atas kekuatan yang tiada bisa dipakai sekarang, karena jauh atau belum bisa keluar, ataupun kalau keluar belum tentu bisa dipakai menurut kehendak atau kepentingan kita, sama juga dengan sikap seseorang yang ingin menamai diri seorang revolusioner, tetapi takut kepada revolusi. Dalam perjuangan yang sebenarnya ini memang nyata, siapa yang revolusioner diwaktu revolusi dan siapa yang revolusioner diwaktu damai: Si Pembelalang didalam gelap, Si-penggertak dari sebalik gunung.
Persatuan Perjuangan yang didirikan pada tanggal 5 januari 1946 tahun ini, cukup memperhatikan kekuatan kawan dan lawan. Cukup memperhatikan sifat dan susunannya semua golongan yang ada dalam Indonesia (social-structure), sifat dan tingkatnya reovusi Indonesia, kepentingan dan pertentangandalam kapitalisme dan imperialisme Asing. Persatuan yang diikat oelh Minimum-Program yang revolusioner terasa perlunya setelah disaat itu nyata kelemahan perjuangan, disebabkan oleh banyaknya partai dan banyaknya lasykar. Pada beberapa tempat seperti Surabaya, Tegal, Pekalongan, dan Ciamis sudah timbul sengketa diantara lasykar dan lasyarka, serta partai dan partai. Kalau Persatuan Pejruangan tak tampil-kemuka, mungkin sengekta tadi akan lebih mendalam dan berakhir pada perang saudara, yang menguntungkan musuh.
Belum lagi 2 (dua) bulan Persatuan Perjuangan, yang sanggup mengikat 141 organisasi politik, sosial, ekonomi, dan militer, berjalan maka datanglah undangan dari pihak pemerintah Republik buat bersama membentuk Kabinet Baru, sesudahnya kabinet lama, Kabinet Soetan Sjahrir meletakkan jabatannya. Persatuan Perjuangan menolak campur membentuk Kabinet Baru, bukan karena tiada sanggup menerima "tanggung-jawab" seperti dibisikkan oleh satu pihak kesana sini, melainkan karena ada hakekatnya Presiden menghendaki, supaya yang "terpentingnya" dalam Minimum-Program dibatalkan!. sebenarnya susah sekalimengetahui berapa luasnya dan dimana batasnya kekuasaan "Presiden" Republik Indonesia dimana revolusi ini. Undang-undang Dasar yang memusatkan kekuasaan dan tanggung jawab pada Presiden dan praktek memerintah sekarang yang memusatkan kekuasan dan tanggung jawab pada Perdana Menteri Cuma membingungkan yang mempelajari saja. Si Pelajar akan lebih bingung lagi kalau diketahui bahwa Presiden berdiam di Yogyakarta sedangkan Perdana Menterinya di kota Nica Jakarta, yang sudah dicelupnya kembali dengan nama "Batavia", Sebenarnya Persatuan Perjuangan sudah siap sediadengan para Calon yang sanggup menerima pangkat menteri dengan atau tiada dengan Tan malaka. Tetapi setelah ditentukan "disiplin" tehradap mereka yang akan menerima pangkat menteri yang akan membatalkan Minimum-Program, maka tiadalah seorang juga diantara para calon tersebut yang masuk ekdalam kabinet Sjahrir yang ke 2. sebenarnya patut dipuji sikap para calon yang lebih mementingkan dasar, prinsip daripada pangkat.
Bukankah Rakyat dan Pemuda bertempur mengorbankan jiwanya buat dasar, prinssip yang nyata dan sah? Janganlah disalahkan para calon Persatuan Pejruangan yang memegang teguh dasar, haluan Revolusi Indonesia sekarang!
Semenjak terbentuknya minimum-program ialah 4 atau 5 bulan sampai sekarnag, maka belumlah ada kelihatan cacatnya salah satu dari 7 pasal yang dikemukakan. Malah sebaliknya, kalau salah satu daripada 7 pasal itu dilanggar, dilemahkan atau dibelokkan, maka nyata sekali sikap dan tindakan rakyat terhpada tindakan semacm itu. Perlutcutan Jepang yang bermula hampir dilakukan yang beralainan dengan tulisan dan lisan pasal 4, mengadkaan perlawanan sekeras-kerasnya dari pihak rkayat didaerah Surakarta.
Sebab itulah rupanya tak jadi diadakan Markas Sekutu, seperti di Solo, ialah menurut pengumuman yang bermula diterima rakyat Solo. Tetapi apakah sudah cukup jaminan supaya tentara Jepang dari Pulau Galang kelak betul-betul akan dikirim ke Jepang dan bukan ke salah satu pulau di Indonesia, itu tiadalah bisa dipastikan.
Tulisan dan lisan pasal 4 itu memang bermaksud supaya seperti yang sudah-sudah terjadi dimana-mana tempat tentara Jepang jangan dipakai lagi buat merobohkan Republik Indonesia. Yang amat penting pula tentulah pasal 1 berhubngan dengan "perundingan" Minimum-Program menuntut supaya perundingan itu berdasar atas pengakuan kemerdekaan 100%. Artinya kemerdekaan 100% mesti lebih dahulu diakui. Perundingan yang akan dilakukan ialah buat menetapkan pengakuan itu dan membuat perjanjian yang berdasarkan kemerdekaan 100% itu. Dengan perkataan lain, perundingan itu adalah perundingan dua negara merdeka. Bahwa dalam keadaan perang sekarang kemerdekaan 100% bisa dicapai dnegan "goyangan lidah" itu adalah berlawanan dengan pikiran sehat, dengan sejarah manusia dan berlawanan dengan "sifatnya"sesuatu "perundingan". Bukankah berunding itu berarti tawar-menawar, memberi dan menerima, tolak angsur? Dimanakah lagi letaknya "tawar-menawar" kalau satu pihak mau mendapatkan 100% yang sebelum berunding dibantah keras oleh lain pihak? Mungkin mendapatkan 90% ataupun dalam teori 99%, tetapi perundnigan yang tiada berdasrakan atas pengakuan kemerdekaan 100% tidak akan mendapatkan yang 100% itu. Seandainya tercapai kemerdekaan 99%, bahkan 100% pun, tetapi kalau pasal 6 dan 7 dibatalkan dilemahkan atau dibelokkan, maka lambat alun kemerdekaan 99% atau 100% tadi akan turun sampai 50% atau 10%. Kalau kapitalisme asing kembali bermarajalela seperti sebelum Jepang masuk, maka Parlemen Pemerintah Pusat, Daerah, kota dan desa Indonesia akan segera "dikebiri", aklau tidak dibeli sama sekali oleh kapital asing yang kuat dan teguh itu. Jadinya pasal 6 dan 7 yang dimaukan me-sita ler-Industrian dan perkebunan "musuh" itu adalah satu jaminan:Pertama supaya kemerdekaan diatas tetap 100%. Kedua supaya revolusi anti-imperialisme ini cukup memberi jamnin kekuasan dan kemakmuran kepada proletar mesin dan tanah. Ketiga supaya proletar mesin dan tanah kelak sesudah Indonesia merdeka 100%, dengan menjalankan "Rencana Ekonomi" segera bisa meningkat kenegara berdasarkan sosialisme yang mempunyai cukup alat mempertahankan kemakmuran dan kemerdekaannya, karena sudah mempunyai INDUSTRI BERAT berdasarkan bahan dan tenaga yang ada di Indonesia ini. syukurlah pula pasal mensita dari Minimum Program tu sudah disetujui bahkan dijalankan oleh proletar mesin dan tanah, dimana ada pabrik, tambang dan kebun musuh berada.
Cocok dengan kehendak dan tindakan Inrggsi mendudukkan kembali Imperialisme Belanda di Indonesia dan bersama dengan kaum "moderate" (jinak) Indonesia memberantas kaum "extremist", maka sesudah Kongres Persatuan Perjuangan di Madiun pada bulan Maret tanggal 17, para pemimpin seperti Abikusno, Mr Gatot, Sajoeti Melik, Mr Jamin, Chairoel Saleh, Soekarni dan Tan Malaka di tangkap setengah resmi, setengah tidak dengan tak ada tunduhan apa-apa.
Sampai dua setengah bulan (Mau 2, tahun 1946) ketika bagian brosure ini ditulis eblum juga diperiksa perkaranya. Rupanya radio Hilversum-lah yang pertama tahu akan terjadinya penangkapan dan Belandalah yang amat bergembira lantaran penangkapan ini.
Pengangkapan itu dilakukan pada tanggal 17 Maret 1946. sedangkan radio Belanda di Jakarta dan Hilversum sudah mendengungkan berita yang amat menggembirakan mereka itu keseluruh udnia pada tanggal 16 maret 1946. menurut kabar radio baru ini maka Komisi van Poll memandang penangkapan itu sebagai bukti "kekuatan lebihnya" PM Sjahrir daripada Tan Malaka. Tetapi "kekuatan lebih" itu terbantah pula oleh penyiaran radio Belanda juga tentangan laporan van Poll itu juga, yang emngatakan, bahwa penangkapan Tan malaka amat menyukarkan perundingan Belanda dengan "Nederlandsch-Indie" itu. Sebenarnya "kekuatan lebih" itu baru kelak ternyata, apabila rakyat menerima usul si Belanda, yang rupanya sudah percaya benar akan kekuatan Sutan Sjahrir itu. Kalau Rakyat tiada menerima usul Belanda itu, maka penangkapan yang "tiada" berdasar undang-undang yang sudah tercantum dan disahkan itu, melainkan karena perbedaan poltik itu saja bisa pula menimbulkan akibat yang tiada disangka-sangka dan dikehendaki. Usul Belanda yang tiada slama lagi akan dimajukan oleh van Mook, terutama dalam mengakui Indonesia seluruhnya dalam status-autnomi-walupun katanya, nama Indonesia dalam status-semacam itu boleh dinamakan Republik. Dengan bagitu Belanda sudah menginjak-injak kemerdekaan dan kedaulatan Rakyat Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agusutus 1945. terhadap keluar, Negara Indonesia tak bersuara sama sekali. Terhadap kedalam Belanda merobek-robek daerah (territory), administrasi dan per-ekonomian Indonesia. Belanda akan kembali mengatur pegawai Indonesia dan kembali menduduki pabrik, tambang dan kebunnya serta memasukkan kapital asing dnegan tak ada batasnya. Disampingnya itu "Hindia Belanda" yang "Autonoom" itu harus mengakuai hutang "Hindia-Belanda" sebelum Jepang masuk. Kalau semua usul itu kelak diterima, maka kemerdekaan yang jauh kurang dari 100% dalam politik itu akan diturnkan pula sekian% oleh hutang Indonesia tadi dan oleh kekuasaan pegawai-cap-Belanda serta oleh bermaharaja-lelanya kapitalisme di perintah pusat dan daerah. Kekautan lebih yang ditimpakan atas pemimpin-pemimpin Persatuan Perjuangan, yang berdiri atas pengakuan 100% itu akan berupa kekuatan no% terhadap kapitalisme dan imperialisme asing. Bagaimana juga memutar lidah dan penah, Autonomi-Indonesia dimana kapitalisme asing bermaraja-lela akan membawa Indonesia kembali kejurang perbudakan, mungkin lebih dari sediakala.
Selama dua setengah bulan Persatuan Perjuangan berdiri, maka persatuan yang berdasarkan perjuangan itu dikenankan kepada seluruh lapisan Rakyat, dari Sultan-Sunan sampai kekaum jembel. Anti-imperialist-front ini mengambil rakyat sebulat-bulatnya, sepenuh-penuhnya buat mempertahankan kemerekaan Republik 100%. Sebagai langkah pertama siasat ini mesti diambil: Siasat semacam itu di cocokkan dengan keadaan Indonesia dan dengan sejarah revolusi dimana-mana didunia. Pertarungan yang dua setengah bulan itu sudah memberi ujian kepada semua lapisan tadi. Ternyata sudah setelah penangkapan madiun terjadi ujian tadi sudah emmbawa pembelaan kemerdekaan Indonesia ketingkat kedua. Kaum borjuis tengah, sebelah atas, ialah sebagian kaum saudagar, Pamong Praja, dan intelligensia seudah melempen dan berbalik muka. Mereka tidak tahan menjalankan ujian itu asyik emikirkan bagaimana memperhentikan perjuangan ini dan kembali menduduki kursi disudut-sudut kantor yang di tuan besari oleh Belanda. Sikap melempem ditengah revolusi itu bukanlah monopolinya kaum tengah Indonesia saja. Memang tiu sifatnya kaum tengah, ailah maju-mundur-lebih banyak mundur dari-pada maju dan kalau terlampau berat lekas mundur, dan memilih pihak yang kiranya menang. Borjuis tengah Indonesia, seperti saudagar tengah, Pamong-Praja dan intelligensia memang tak bisa consequent baik dalam revolusi nasional ataupun dalam revolusi sosial.
Sifat memilih dan emmbidik siapa yang kuat dan akan menang dalam pergulatan itu memangnya terbawa oleh susunan ekonomidan sosial Indonesia. Kaum tengah Indonesia tak mempunyai tempat bersandar maupun dalam ekonomi ataupun dalam politik. Saudagar tengah Indonesia tak kenal sama saudagar IMPORTIR sendiri, PABRIKANT Indonesia sendiri atau pun BANKIR sendiri. Mereka bersandar pada Importir asing, Pabrik-asing dan bankir asing. Demikian pula Pamong Praja dan reservenya, ialah kaum intelligensia bersandar pada imperialisme asing. Tak ada Parlement atau pemerintah nasional yang bisa dijadikan tujuan dalam usaha mereka mencari pangkat. Imperialisme Belanda dalam perjajahan 350 tahun itu jaya menghasilkan satu golongan pamong-praja dan reservenya, golongan intelligensia yang mempunyai semangat ingin memasuki kantor guperemen dibawah perintah sep Belanda "semangat inlander", Semangat inlander ini amat tebal dan tak gampang diombang-ambingkan oleh semangat revolusioner. Kalau sep-Belanda hilang seperti pada penyerahan Belanda 8 Maret 1942, maka "para inlander" merasa bahagian mendapatkan "sep-baru" dan mempelajari "jongkok" baru, ialah jongkok a la Nippon. Apabila rakyat mem-proklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agusuts 1945, maka "para-inlander" dengan setengah percaya dan setengah tak percaya memasuki kantor Republik, tetapi apabila "sep-lama" datang, maka gelisah lagi. Sekarang dengan memuncaknya perjuangan, maka sudah banyak para inlanders tadi yang mengenal kembali",his masters voice" itu. Mereka kembali bersedia menerima perintah tuan-lama buat keperluan tuan lama itu, kalau perlu menentang kemauan bangsa sendiri.
Kini mereka para inlanders menunggu saat, bilamana mereka dengan aman bisa melompat sambil berteriak-teriak: Tuan-besar sudah kembali! Sifat kaum tengah memang tengah memang sangsi bolak-balik diantara golongan atas dan bawah. Dimana ada kapital nasional dan borjuis nasional yang kukuh kuat, maka dalam masa reolusi kaum tengahnya sangsi bolak-balik diantara borjuis atas dan proletar nasional. Akhirnya ditengah-tengah kesukaran perjuangan mereka membelok kepada yang kiranya akan menang. Di Indonesia kapital dan borjuis yang kuat-kukuh itu terdiri dari bangsa asing. Mungkin pada permulaan perjuangan para inladers memihak kepada rakyat-murba. Tetapi kalau perjuangan itu sedikit lama dan tampaknya sukar, maka mereka akan mengabdi kepada kapital dan borjuis asing manapun juga. Dalam dua setengah bulan Persatuan Perjuangan itu berdiri, aliran "para-inlandaers" terasa benar. Makin keras desakan Sekutu-Ingrgis-Belanda dengan "moderate"nya, makin keras pula semangat para inlanders dalam Persatuan Perjuangan membatalkan "MINIMUM PROGRAM" yang memang revolusioner itu sama sekali, atau men-sabot, membelokan melemahkan artinya. Sesudah tangkapan madiun proses ini berlaku klebih cepat dan lebih nyata lagi. Tetapi dengan melemahkan, membelokkan, bahkan seandainya dengan membatalkan Minimum Program sama sekali ini tiada berarti rakyat Indonesia dengan Pemudanya akan bisa dibelokkan dilemahkan ataupun dipatahkan semangatnya membela kemerdekaan 100% dan menolak kapitalisme asing.
Mungkin nama Persatuan Perjuangan dan Minimum Program akan dijadikan barang "bisikan", bahkan mungkin bisa ditutup sama sekali, tetapi selama rakyat dan pemudanya terus mempermpurkan kemerdekaan 100% dan penolakan kapitalisme asing, maka selama itulah pula Persatuan Perjuangan, yang berarti Persatuan mereka yang berjuang, serta Minimum Programnya, akan berlaku, nama kumpulan atau program baru mungkin bisa menipu rakyat dan pemudanya, sebagian atau seluruhnya buat sementara waktu, tetapi tidak buat selama-lamanya.
Semenjak tangkapan madiun dengan radio Hilversumnya, nyatalah sudah bahwa Persatuan Perjuangan dan MINIMUM PROGRAM sudah meningkat ke periode (musim) kedua dalam perjuangan anti-imperialisme dan revolusi-nasional ini. dalam periode kedua ini kaum setengah kesini setengah kesana, setengah revolusioner dan setengan compromistis itu mesti disingkirkan sama sekali. Karena mereka sudah nyata dan memegang terus mereka itu berarti melemahkan barisan perjuangan. Persatuan Perjuangan bukanlah pberarti kumpulan kum revolusioner dan kaum kompromis yang lengkap siap dengan 1001 perkataan buat menyelimuti poitik kompromisnya. Sesudah tangkapan madiun maka perjuangan revolusi Indonesia mesti dikembalikan ketangan mereka yang tegas-tegas mengakui kemerdekaan 100% menolak perundingan yang tiada berdasarkan perngakuan 100% itu dan tegas terang menolak kapitalisme asing dengan siasat men-sita perusahaan musuh. Pembersihan mesti dilakukan.
Dan dalam masa pembersihan itu mesti dilakukan, dengan cepat dan kalau perlu dengan deras-tangkas. Kalau tidak maka kaum kompromis akan jaya melembekkan semangat perjuangan, membelokkan atau mematahkan perjuangan itu sama sekali dan mengembalikan Indonesia ke-Status penjajahan dengan atau tidak-dengan nama "Republik".
Setengah kaum tengah bagian atas yang dipelopori oleh "ahli" politik dan "ahli" diplomasi serta para pamong praja dan intelligensia sudah terjerumus atau sengaja menerjunkan dirinya ketengah-tengah barisan NICA. Kaum pembelok, yang sudah menjalankan rolnya dengan terbuka, setengah tertutup atau sam sakli bersembunyi itu mesti di-isolir, dipisahkan atau sama sekali diberantas dari perjuangan revolusioner. Persatuan Perjuangan revolusioner mesti terdiri dari kaum dan golongan revolusioner saja. Dalam periode kedua ini, sesudah ujian dua setengah bulan ini, mak agolongan yangt etap revolusioner ialah: Pertama golongan proletaria-per-industerian, yakni buruh pabrik, bengkel, tambang, pengangkutan, listrik, percetakan, PTT dll.
Kedua proletaria tani, ialah buruh kebun bersama dengan kaum tani biasa, kaum tani menengah,s ampai ketani sederhana (kerja dan cukup buat keluarga sendiri saja), terus kesetangah tani, setengah buruh tani. Ketiga kaum marhaen ialah pedagang kecil, warga-kecil seperti juru tulis, guru, dan intelligensia miskin dikota-kota. Semuanya golongan ketiga ini menghendaki sungguh lenyapnya imperialisme asing dan beridrinya terus Republik Indonesia, dan banyak sekali memberikan pengorbanan harta dan jiwanya dalam semua garis pertempuran. Ketiga golongan yang masih revolusioner dalam periode kedua dimasa revolusi nasinal ini lebih kurang terikat oleh aliran pula, yakni aliran ke-Islaman, kebangsaan dan ke-proletaran (sosialisme, komunisme ataupun anarchistis-syndikalisme). Ketiga aliran ini terus menerus mempengaruhi pergerakan anti-imperialisme di Indonesia selama lebih 40 tahun dibelakang ini. dalam periode kedua inipun ketiga aliran itu tiadalah bisa diabaikan.
PARI tiada akan melupakan tiga aliran yang terbuka atau tertutup pada sanubari tiga golongan tersebut diatas. Ketiga aliran itu masing-masingnya lebih kurang mempengaruhi masing-masingnya golongan ketiga golongan tadi. Tetapi boleh jadi sekali dan sepatutnyalah pula ke-Islaman lebih tebal dari padakaum tani, kebangsaan lebih tebal pada kaum marhaen dan ke-proletaran pada golongan proletaria.
PARI mesti mencocokkan ORGANISASI, PRINCIPE 9PAHAM, TAKTIK-STRATEGY dan SLOGAN-NYA dengan kekuatan-revolusioner dalam Negara dan teman penyambutnya diluar Negara serta dengan keadaan dalam dan luar Indonesia buat melakukan MINIMUM dan MAZIMUM-PROGRAMNYA. Pencocokan itu mesti senantiasa dilakukan dan diperoleh berhubng dengan perubahan musim (periode) perjuangan dan peralihan psuat kekuatan dari golongan kegolongan yang revolusioner. Buat periode kedua ini cukuplah sudah Minimum Programnya Persatuan Perjuangan, yang kalau dirasa perlu bisa ditambah disana sini, dengan tiada mengurangi semangatnya yang revolusioner. Setelah kemerdekaan 100% tercapai, maka akan berlakulah MAXIMUM PROGRAM, yang maksudnya menuju kepada Indonesia berdasarkan SOCIALISME ....................bersandarkan kekuatan diri dan mengingat keadaan disekitar Indonesia. Pertama sekali amat tidak bijaksana mengumumkan MAXIMUM PROGRAM pada musim revolusi-nasional demokratis ini...........

HARI dan TANGKISAN
Akan terlampau jauh kemuka, kalau kita disini menguraikan MAXIMUM-PROGRAM. Kita yag ditengah-tengah perjuangan yang sungguh ini, ditengah-tengah dentuman bom, meriam, dan moritr, wajib memusatkan semua pikiran, perhatian dan kemauan pada barang yang nyata dan praktis saja. Sekejap kita melayangkan meninggalkan daratan, sebegitulah pula kita melalaikan perjuangan yang sebenarnya dan meringankan pekerjaan musuh memerangi kita. Cukuplah sudah kalau diperingatkan saja bahwa setelah revolusi-nasional-demorkatis yang sempurna kelak sudah berlaku dan kemerdekaan 100% tercapai, maka MAXIMUM PROGRAM yakni SOSIALISME 100% akan seger dijalankan. Mungkin apa tidaknya SOSIALISME 100% bisa dijalankan, adalah sama sekali tergantung pada keuatan lahir-batin Indonesia sendiri dan keadaan disekitar Indonesia.
Memeriksa dan menguraikan kemungkinan disektor Indonesia akan memakan banyak waktu dan tempat. Tetapi semua kemungkinan bisa dibulatkan seperti berikut: Pertama Perdang Dunia ke 3 timbul. Dalam hal ini, tetntulah sendirinya Indonesia akan berhadapan dengan persoalan sosialisme dalam suasana peperangan. Kemungkinan pertama ini membawa kemungkinan terlibat atau tidaknya Indonesia dalam perang dunia ke 3 itu. Kedua, dunia akan mengalami perdamaian beberapa lama sesudahnya kemerdekaan 100% tercapai. Dalam hal ini persoalan sosialisme di Indonesia harus diselesaikan dengan sifat dan cara berlainan dari pada diwaktu peperangan.

Tuduhan Trotskyisme
Tuduhan yang berdasarkan kebenaran memang perlu dijalankan buat membersihkan suasan yang keruh. Tetapi sesuatu tuduhan yang jujur mesti berdasarkan bukti yang nyata.
Tuduhan berdasarkan kebohongan atau tuduhan lancang yang tiada sengaja dilakukanpun bisa menikam diri sendiri. Salah satu sebab yang langsung memusnahkan Partai Gerondine dalam revolusi Perancis (tahun 1789) ialah tuduhan lancang terhadap Partai Jacobin.
Sering pula "tuduhan lancang" dilakukan buat menyembunyikan diri sendiri, masuk golongan inilah tuduhan lancang seorang maling yang sengaja berteriak-teriak: Tangkap maling. Perhatian ramai dipusatkan kepada pihak lain dengan maksud melindungi maling yang sebenarnya.
Dalam buku resmi "History of the Communist Party of the Soviet Union (Bolsheviks)", disahkan oleh CC of the CPSU (B) 1938, Moscow 1942, salah satu sifat "TROTSKYISME" yang terpenting dimajukan ialah seperti tercantum dalam muka 288-289 seperti berikut:
"First there were the "Left" shouters, political freaks like Lominadze, Shatskin and others, who argued the NEP. Means a rennuciation of the gains of the Oktober Revolution, a return to capitalism .........
"Then there were the downright capitulators, like Trotsky, Radek Zinoviev, Sokolnikov, Kamenev, Shylapnikov, Bhukarin, Rykov, and other who did not believe that Socialist development of our contry was possible, bowed before the "omnipotence" of capitalism and in their endeavour to strengthen the position of capitalism in the Soviet country demanded far-reaching concessions to private capital, both home and foreign" and the surrender of a number of key positions of the Soviet power in the economic field to private capitalists, the latter to cat either as concessionaries of as partners of the State in mixed jonit stock companies".
Both groups were alien to Marxism and Leninism.
Indonesianya:
"Pertama adalah "Kaum kiri" yang besar mulut, orang tak tetap dalam politik seperti Lominadze Shatskin dll yang memajukan, bahwa NEP itu (Politik Ekonomi Baru 1922) ialah pembatalan kemenangan Revolusi Oktober, pengambilan ke kapitalisme .....
"Kemudian ada lagi capitalors (penyerah) tulen, seperti Trotsky, Radek, Zinoviev, Sokolnikov, Kamenev, Shlyapikov, Bhukarin, Rykov dll mereka yang tak percaya akan kemungkinan kemajuan sosialisme di dalam negara kita, bertekuk lutut terhadap "kemahakuasannya" kapitalisme dan dalam percobaan mereka memperkuat kedudukan kapitalisme Soviet Rusia, menuntut pemberian konsesi (concession) yang berakibat jauh sekali kepada privat-kapital, baik kapital dalam ataupun diluar negara, dan menuntut penyerahan beberapa kunci kekuasaan pemerintah Soviet dalam lapangan ekonomi kepada para (privat) kapitalist, yang dibelakang ini akan diterima sebagai concessionaries (penyewa) atau sebagai rekan (partner) dari Negara (Soviet) dalam Perseroang Campuran (Mixed Joint Stock Companies)".
"Kedua golongan diatas tak bersangkutan dengan Marxisme dan Leninisme".
Hal 262 kitab tersebut:
"They proposed that we should throw ourselves on the tender mercies of the foreign capitalists, surrender to them, in the form of concessions branches of industry that of vital necessity to the Soviet State. They proposed that we pay the Tsarist government’s debts annuled by the October Revolution. The Party stigmatized these capitulatory proposals as treachery".
Indonesianya:
"Mereka (Trotsky CS) mengusulkan supaya kita menyerahkan diri kita kebawah belah kasiannya kaum kapitalist asing, menyerahkan kepada mereka penyewaan (concessions) cabang industri yang penting sekali buat negara Soviet. Mereka mengusulkan supaya kita membayar hutangnya Tsar, yang sudah dibatalkan oleh Revolusi Oktober. Partai Komunis Rusia men-cap usulan menyerah ini sebagai satu Penghianatan" (spasi dari pencatat).
Teranglah sudah bahwa satu dua perkara yang penting dalam perbedaan Stalinisme dan Trotskyisme, menurut buku yang baru saja kami peroleh ini, ialah perkawara sikap Soviet Rusia dan CP Rusia terhadap 1.e Hutang pemerintah Tsar dan 2.e kapitalisme Asing di Rusia. Kedua hal itu ditolak oleh pihak Stalin, dan diakui oleh pihak Trotsky.
Bukanlah pasal 6 dan 7 dalam MINIMUM PROGRAM itu mensita dan menolak kapitalisme asing?
Tentangan hutang "Hindia Belanda" menurut PARI sudahlah tentu pula mesti dibayar oleh Belanda sendiri. Republik Indonesia berhak dan wajib menolak hutang "Hindia Belanda" yang sudah lenyap itu, dan gagah mempertahankan kapital asing dan Rakyat Indonesia dibawah perlindungannya itu.
Buat pembaca yang arif bijaksana, jujur dan mau mengerti mestinya cukup terang sikapnya seseorang Trotskyist terhadap "hutang dan kapitliamse asing" dibawah pemerintah yang sudah dilenyapkan oleh revolusi, yakni menurut buku yang resmi di Soviet Rusia yang di pimpin oleh Stalin.
Memang perkara "hutang dan kapitalisme asing" itu keduanya amat penting buat jalannya revolusi nasional dan revolusi-sosial Indonesia dihari depan. PARI nyata memberi jawaban yang cocok dnegan "sikap resminya" Partai Komunis di Rusia dibawah pimpinan Joseph Stalin.
Mereka yang mengindahkan tuduhan "Trotskyist" terhadap PARI atau pada siapa saja hendaknya dengan catatan diatas ini bisa memeriksa benar-salahnya tuduhan itu. Seterusnya bisa pula menentukan masuk golongan mana si Penuduh: 1.e golongan penuduh yang jujur dan berbukti cukupkah, atau 2.e golongan penuduh yang lancang berdasarkan kebohongan tetapi tiada dengan niat buruk atau 3.e golongan penuduh yang lancang dan sengaja bohong, lantaran dengki, chisist, khianat atau niat busuk yang lain-lain.
Atas catatan penting diatas sebagai batu ujian, maka seseorang Penuduh mungkin bisa diputar menjadi si Tertutuh. Seseorang yang ingin menyembunyikan maksudnya sendiri yang sebenarnya. Umpamanya tetangan "diplomasi"nya yang katanya berdasrakan perhitungan, atapada politiknya yang seudah pernah atau masih terlibat dalam perkakas imperialisme: Hokokai, Nica atau Sibar.
Nama Partai tiadalah begitu penting. Mudah menukarnya. Asal saja isinya tetap. Partai Komunis Rusia sendiri sampai 3 kali bertukar nama! Yang penting ialah sifat (essence) revolusioner pada tiap-tiap tingkat dan keadaan perjuangan. Jangan terlibat dalam aksi contra revolusi, provokasi atau opportunisme. Marxisme itu bukanlah satu dogma, satu kaji apalan. Melainkan satu pedoman perjuangan klas. Satu metode, dialektis-materialistis yang mesti dilaksanakan cocok dengan tempoh dan tempat.
PARI semenjak hampir 20 tahun, ber-filsafat Marxisme, yang dengan SIASAT LENINISME, menuju kearah REVOLUSI NASIONAL, REVOLUSI SOSIAL, ke-MASYARAKAT SOSIALISTIS ................ sampai ke-MASYARAKAT KOMUNISTIS diseluruh DUNIA.
PERKARA KERIBUTAN TAHUN 1926
Banyak orang di Indonesia ini, terutama diantara "komunis" sendiri yang menyalahkan saya dan menimpakan kegagalan percobaan menggulingkan pemerintah Belanda ditahun itu pada bahu saya. Apalagi pemuda sekarang yang pada masa itu baru atau belum lahir selalu dikeruhkan kepalanya oleh satu golongan teristimewa anti Tan Malaka. Golongan anti Tan malaka ini bekerja keras di jaman Belanda, Jepang apalagi sekarang, dijaman Republik Sukarno-Hatta ini.
Perkara anti dan pro itu sudah tentu semestinyalah dalam satu perjuangan politik. Sedangkan dalam perjuangan agama yang semestinya suci itu dan perjuangan science, ilmu yang mestinya objective tenang itu golongan anti dan pro itu tiadalah sedikit banyaknya. Sudahlan cukup disebut, bahwa Nabi Isa mengenal Yudas dan para pendeta Yahudi ialah musuh yang mengirimnya ketiang gantungan. Nabi Muhammad bermusuh mati-matian dengan Abu Jahil, Lenin pernah dituduh sebagai spion Jerman oleh musuhnya.
Cuma lucunya dalam propaganda anti Tan malaka itu mereka yang dikatakan berlawanan dengan saya itu adalah mereka yang saya sendiri tiada sangkat atau percaya begitu saja akan berlaku begitu. Sdr. Muso yang katanya mengadakan anti propaganda terhadap saya, lebih kurang 10 tahun sesudahnya kejadian tahun 1926 itu, belum sampai saya kenal diri. Anehnya sdr. Muso selalu saya kemukakan diluar Indonesia, dalam surat di Manilla, sebagai salah seorang pahlawan Indonesia yang berjuang menentang imperialisme Belanda. Alimin adalah tiga kali datang menjumpai saya diluar Negara, sebagai utusan PKI dan atas anjuran saya sendiri. Alimin berada disamping saya di Manila ketika putusan mengadakan revolusi itu dikirimkan kepada saya. Sdr. Aliminlah yang membawa putusan saya sebagai thesis dan Aliminlah yang menjadi utusan saya.
Mesti diperingatkan disini, bahwa dimasa itu keduanya sdr. Alimin dan Muso baru saja meninggalkan Serikat Islam dibawah pimpinan Almarhum Cokroaminoto dan H. Agoes Salim, dan memasuki PKI. Para Komunis lama, yang dianggap tahu seluk-beluknya PKI seperti sdr. Semaoen, Darsono, Soebakat dan saya sendiri berada di luar Indonesia serta Almarhum Soenono mati dalam bui. PKI berada dibawah pimpinan kebanyakan orang muda atau baru dan kurang pengalaman.
Berhubng dengan beberapa hal yang bisa menyinggung-nyinggung aksi komunis diluar Negara dan karena saya sendiri memang tak suka memperdulikan tuduhan yang saja tahu bohong, tak beralasan dan semata-mata provokasinya musuh, maka selama ini semua tuduhan itu saya biarkan saja. Saya percaya bahwa sejarah adalah dipihak saya. Dari semua pihak yang saya percayai, saya dengar, bahwa sikap saya pada tahun 1926-27 itu 100% dibenarkan oleh instansi (tingkat) yang tertinggi. Dengan mereka yang tak tahu seluk-beluknya kedudukan satu Partai Komunis pada satu negara sebagai Seksi, cabang, Komintern atau Internasional III, tuduhan yang berhubngan dengan tahun 1926 itu, selamanya inisaya pikir baik dibiarkan saja. Apalagi "resminya" Internasional III atau Komintern, sudah dibubarkan pada tahun 1943. lagi pula selalu saya pikir, bahwa tiadalah rasanya membikin lbeih enak perasaan ratusan teman seperjuangan saya sendiri, yang hampir 20 tahun menerita sengsara hidup karena akibatnya keributan tahun 1926 itu di Digoel yang sekarang kembali ke tempatnya masing-masing, kalau mereka insaf, bahwa mereka adalah korban propokasi meusuh! kelak kalau mereka perlu dibicarakan kembali, hal itu tak ada orang akan lebih bergembira dari pada saya sendiri. Cuma perkara itu mesti dibicarakan oleh Badan yang competent, bevoegd, berhak membicarannya dan tentulah mestinya satu Hakim Komisi Internasional.
Tetapi sebab dalam revolusi Indonesia sekarang ini, Agen NICA dan korbannya orang Indonesia bergiat mengadakan propaganda anti Tan Malaka itu, mak asaya perlu mengemukakan beberapa hal. Bukan sebagai pleidoi, pembebasan yang sempurna, sebab sipenuduh yang sebenarnya, saksi yang sebenarnya tak ada apalagi Hakim yang berhak, ialah yang ditetapkan oleh Komintern sendiri-melainkan sebagai petunjuk, suggestion, kepada yang berkepentingan dan bisa berpikir tenang-saksama. Perkara yang saya anggap intern perkara dalam, masih terpaksa ditunda sampai berhadapan dnegan Hakim yang sah. Dan rahasia saya itu pastilah hebat.
Putusan mengadakan pemberontakan itu diambil oleh 11 wakil PKI pada 25 Desember tahun 1925, di Candi Prambanan, Yogyakarta buat dilakukan pada tanggal 18 bulan Juni 1926. keributan itu terjadi pada 12/13 November 1926, jadi hampir satu tahun dibelakang putusan Prambanan tadi. Putusan itu didesak oleh ancaman Belanda yang berniat melarang PKI. Tidak boleh dikatakan semuanya atau sebagian besar para pemimpin (cabang) diajak berembuk masak-masak lebih dahulu sebelum putusan diambil.
Buat memendekan uraian ini putusan itu saya namai saja PUTUSAN PRAMBANAN.
Beberapa suggestion saya akan kemukakan dibawah ini, ialah:
1. Perkara Serba-serbi.
Putusan Prambanan itu saya terima di manila pada permulaan bulan Maret. Saya diundang datang ke Singapura! Tetapi bukan buat merundingkan siap apa tidaknya PKI buat memimpin revolusi pada satu jajahan. Apa corak Politik-Ekonomi yang dituju! Juga bukan buat merundingkan caranya memimpin pemberontakan pada jajahan tersebut.
Saya diundang datang ke Singapura, buat pergi ke Moscow bersama sdr. Muso untuk meminta bantuan (bantuan lahir semata-mata!) oleh karena putusan semacam itu saya anggap terlanjur, bertentangan dengan aturan Komintern, dan saya sendiri masih memerlukan perawatan-dokter yang istimewa, serta akhirnya sdr. Alimin patut cukup dan menyangupkan pergi ke Singapura sbeagai wakils aya buat sementara waktu maka perjalanan saya ditunda sampai keadaan mengizinkan. Saya tiba di Singapura pada 6 mei 1926. tetapi malangnya, barusan saja sdr. Alimin dan Muso berangkat ke Moscow. Saya dapati Sdr. Subakat tak diajak berembuk, thesis dan usul saya tak sampai pada sr. Muso dan Sdr. Soegono merasa sama sekali belum siap untuk memimpin satu pemberontakan. Bahkan sdr. Soegono sendiri yang ingin berjumpa dnegan saya, Soegono sendiir ketua VSTP yakin, bahwa mogok umum pun masih susah buat diadakan dimasa itu (VSTP kumpulan Spoor dan tram personel), adalah salah satu kumpulan yang mempunyai sejarah yang paling tua dan paling gemilang di Indonesia. Kumpulan itu mulanya dipimpin oleh Sosial Demokrat Belanda seperti Sneevliet, Baars, Dekker, Bergsma dan oleh Sdr. Semaoen dan Kadarisman. VSTP mempunyai sejarah revolusioner yang gemilang belum ada taranya tentangan organisasinya di Indonesia kita ini. dibawah pimpinan lama pernah mempunyai anggota-membayar-kontribusi sampai 17.000 mempunyai gedung buat kantor, percetakan, propaganist dan surat kabar yang amat rapi aturannya. Tetapi dibawah pimpinan Soegono tahun 1926 itu, disebabkan sebagian besar oleh raksi dan akhirnya kerna memang krisis sudah lalu maka anggota VSTP merosot sampai 4 atau 5.000 (yang aktive saja).
Ditinggalkan oleh Sdr. Alimin, Musso kami (sdr. Subakat buruan di Singapura, saya dan Sdr Jamaludin tamim yang baru datang dari Jakarta buat menjalankan instruksi pimpinan PKI) melanjutkan pekerjaan kami.
Kami berada di Singapura sampai sehabis keributan Bantan dan Silungkang. Sdr. Alimin dan Muso kembali dari Moscow sehabisnya keributan itulah pula!
2. Perkara autoriteit, Instansi.
Pada tahun 1923, saya oleh Komintern diberi surat kuasa mengawasi pergerakan Komunis disemua Negara Selatan, Indonesia, Filipina, Birma, Siam, Malaka dan Indo China. Oleh Provintern dan dengan persetujuan Konferensi Canton, tahun 1924 buat memimpin Secretariaat dan Majalah "The Dawn" untuk kaum pelaut seluruhnya Pacific termasuk Hindustan dan Jepang. Saya langsung bertanggung jawab tehradap Komintern dalam gerakan Komunisme dan terhadap Provntern dalam gerakan pelaut ditempat tersebut. Tak ada instansi yang lebih rendah berada di Asia tempat saya bertanya. Ini dijlaskan benar oleh wakil KOMINTERN dan PROVINTERN kepada saya dimestikan mengambil keputsan sendiri dan bertanggung jawab sendiri kepada KOMINTERN dan PROVINTERN. Kepercayaan dan tanggung jawab sebesar itu tentulah mengandung resiko yang besar pula, apalagi terhadap drii saya sendiri. Banyak pemimpin lain yang lebih tua dan lebih berpengalaman dari pada saya baik orang Eropa ataupun orang Asia dimasa itu. Hal ini tentulah menguntungkan pula. Tetapi buruk baik pekerjaan sayalah yang menangung langsung ke Moscow! Kurang pengalaman sendiri mengerjakan pekerjaan internasional disamping mereka yang lebih berpengalaman memperteguh rasa tanggung jawab tehradap kedua ORGANISASI DUNIA tersebut.
Keduanya Komintern dan Provintern mempunyai Anggaran Dasar tertentu. Aturan bekejra tertentu, Program tertentu, Taktik-Strategy tertentu yang mesti dicocokan pula dengan dua atau tiga Kongres di Moscow dimasa lampau dan akhirnya dengan garis besar yang sudah dirancang oleh Marx-Engels. Mengawasi gerakan Parati Komunis dan Pakbon di Indonesia, berarti menjaga supaya dijalankannya gerakan itu jangan menyimpang dari garis besarnya seperti tersebut diatas. Membiarkan Partai Komunis Indonesia, ialah Seksi, Cabang dari Komintern menyimpang dari aturan atau dasar Komintern artinya saya sebagai pengawas, bisa dipecat, di-Royeer oleh Komintern. Tanggung jawab saya yang pertama sekalis bagai wakil dari Kominern tentulah terhadap Komintern sendiri, bukan kepada PKI. Dalam thesis ke-sekian (49?) yang diterima Kongres ke (3?) di Moscow, ditetapkan bahwa wkail Komintern itu terhadap Seksi mempunyai Hak mengusul, mengkritik, bahkan Hak VETO (melarang sesuatu putusan).
Nah! sekarang memutuskan membikin revolusi enam bulan diwaktu depan itu oleh  beberapa  pemimpin saja, oleh satu Partai Komunis sebagai seksi Komintern ditempat terpenting di dunia ini, ialah Indonesia saya anggap bertentangan dengan kekausaan (autoritiet) PKI sebagai SEKSI dari KOMINTERN. Pertama sekali saya pikir bahwa hal penting yang mengenai seluruh dunia itu mesti dipuskan di Moscow bersama Partai Komunis lainnya. Di Moscowlah mestinya bersama-sama di periksa apakah ORGANISASI, CLASS STRUGGLE (dalam organisasi) KESIAPAN anggota PKI dalam hal Komunisme dan percobaan klas, serta kesiapan partai Komunis lain buat menyambut dan membantu REVOLUSI INDONESIA dibawah pimpinan PKI itu semuanya sudah siap sedia. Perkara senjata adalah barang tersambil, tak mengenai dasarserta organisasi dan taktik-strategy gerakan komunisme. Sejata itu memang boleh dicarai kesemua tempat dan disegenap tempoh. Tetapi senjata komunis yang sebenarnya ialah rancangan-politik, organisasi, semboyan dan propaganda-agitasi. Senjata yang dipegang oleh balatentara imperialsime Belanda itu dalam keadaan yang sungguh revolusioner mudah dierbut dengan lidah, pena dan tangan dan bambu-runcing. Bacalah SEMANGAT MUDA tentang hal senjata itu. Sekarang nyata kebernarannya!
Seandainya pemberontakan Indonesia akan "diterbitkan"dan dipimpin oleh satu partai nasionalis atau ke-islaman, maka PKI sebagai SEKSI KOMINTERN sudah tentu tak perlu bertanggung jawab terhadap KOMINTERN. Tetapi dalam hal ini PKI bisa juga membatu dengan langsung atau tak langsung dengan tiada perlu langsung bertanggung jawab terhadap KOMINTERN.
Maka berhubng dengan kedudukan PKI sebagai SESKI, Cabang dan kedudukan saya sendiri sebagai wakil KOMINTERN maka saya yakin betul, bahwa saya wajib mengambil sikap yang tepat-cepat. Tetapi sikap itu tiadalah sampai menjatuhkan VETO, ialah hak melarang. Melainkan mengusulkan, supaya lebih dahulu sebelum pergi ke Moscow, meminta bantuan itu, kita mengadakan KONPERENSI di Singapura, yang diwakili oleh semua cabang yang penting. Disana akan dibicarakan, sikap dan aksi apakah yang pantas diadakan buat menyambut larangan terhadap PKI. Sikap dan aksi itu mesti revolusioner, tetapi mesti cocok dengan kekuatan diri sendiri yang ada dan tersembunyi dan cocok pula dengan kekuatan musuh yang ada dan tersembunyi. (Lihatlah Kearah Republik Indonesia, Semangat Muda, dan Aksi di Indonesia yang ditulis dimasa itu). Larangan belanda semacam itu tak boleh menyebabkan putus asa atau mata gelap seorang Marxist, Leninist.
Sekali-kali tak boleh memberi kesempatan pada percobaan PROVOKASI musuh. Partai Komunis Germania dll, Negara Barat, Bahkan Rusia sendiri sering berhadapan dengan Larangan  ini dan itu. Tetapi tiada perlu satu Larangan itu dibalas dengan pemberontakan.
Berapa kali Partai Komunis Germania atau Rusia terpaksa lari bekerja kebawah tanah, sampai tempoh dan tempatnya buat keluar dan menyerang datang. Itulah yang dinamai Plastis dalam gerakan komunis. Organisasi, taktik-strategy mesti dicocokan dengan pekerjaan terbuka atau tertutup. Kalau perlu maka HQ (Pusat Pimpinan) bisa dipindahkan buat sementara tempoh kelain tempat. Saya mengusul, supaya di Singapura diadakan RESERVE HQ.
Jadi bukan maksud, sikap dan aksi saya pada tahun 1926, buat melarang aksi revolusioner, melainkan menarik kembali sikap dan tindakan yang saya rasa tidak tepat (PUTUSAN PRAMBANAN) kesikap dan tindakan yang tepat ialah cocok dengan dasar komunisme dan Putusan Kongres yang sudah diambil beberapa kali di Moscow, dan cocok dengan AUTORITEIT KOMINTERN dalam gerakan yang mengenai dunia Internasional.
Tetapi sebelumnya pergerakan PKI dibawah kembali ke-rail komunisme (pengunduran teratur) haruslah lebih dahulu dicabut kembali PUTUSAN PRAMBANAN yang saya anggap bukannya kekuasaan autoriteit PKI sebagai SEKSI, Cabang KOMINTERN, semata-mata.
Pencabutan PUTUSAN PRAMBANAN itulah langkah pertama. Langkah kedua ialah menentukan sikap yang komunistis, berdasarkan Massa Aksi dengan TUNTUTAN yang nyata-dirasa, yang kalau kekuatan, keadaan organisasi mengizinkan, naik terus sampai dengan REVOLUSI-NASIONAL dan SOSIAL. Sebelum PUTUSAN PRAMBANAN ITU dicabut, maka kekacauan sajalah yang akan menimpa pergerakan revolusioner Indonesia.
Sebagai wakil KOMINTERN saya anggap saya berhak dan wajib mengusulkan cabut-kembali, PUTUSAN PRAMBANAN, karena PUTUSAN itu tiada diambil dengan persetujuan, bahkan tiada dengan pengetahuan KOMINTERN ataupun wakilnya lebih dahulu. PUTUSAN PRAMBANAN tiada dicabut kembali. Akibatnya akis yang dilakukan oleh PKI menurut PUTUSAN PRAMBANAN dengan tiada persetujuan lebih dahulu dari KOMINTERN, ialah instansi  yang saya anggap perlu diberi-tahukan lebih dahulu dalam perkara sepeting itu, saya tolak seluruhnya  kalau ditimpakan kepada saya.
Kewajiban saya buat mengusulkan mencabut kembali putusan yang tiada syah itu sudah saya jalankan. Juga  cukup usul dari pihak saya dan teman seperjuangan seperti Subakat dll diluar dan didalam Indonesia. Buat membawa kembali PKI ke-rail Massa-Aksi dan komunisme. Dalam hal ini saya rasa saya Cuma menjalankan kewajiban dan tanggung jawab saya terhadap RAKYAT INDONESIA, PKI, dan KOMINTERN.
Mungkin ada yang berkhianat kepada PKI ataupun Kominter, atau dengan sadar atau tidak menjerumuskan Rakyat Indonesia dan PKI kejurusan malapetaka. Saya katakan sekali lagi mungkin ; saya tak tahu orangnya. Tetapi saya sanggup mempertahankan sikap saya dihadapan mahkamah Revolusioner Internasional yang syah, ditempat dan tempoh manapun juga dihari depan.
3. Perkara Cooperasi (kerja bersama) Internasional
Kaum buruh sedunia bersatulah!
Inilah seruan Manifest Komunist lebih kurang 100 tahun lampau. Komintern adalah Badan Proletar revolusioner sedunia yang menjadi pengelaksanaan seruan kaum buruh dibawah pimpinan Marx dan Enges tadi. PKI sebagai Seksi Komintern wajib menterjemahkan dan melaksanakan persatuan itu dalam suasana Indonesia dan dunia sekitarnya pada tahun 1926.
Adakah pimpinan PKI cukup memperhatikan hal itu?
Seandainya PKI belum menggabungkan diri dalam sesuatu badan Internasional sebagai Partai Komunis, sepatutnyalah dia lebih dahulu menduga keadaan di dalam dan diluar Indonesia, kalau mengambil satu tindakan! cara berpikir ialah MATERIALISME DIALEKTIS, Menurut filsafatnya Materialisme Dialektis maka kodrat revolusioner dari masa murba itu turun naik dengan turun dan naiknya keadaan ekonomi. Diwaktu krisis hebat memuncak, maka hebat memuncaklah pula keinsyafan, perasaan serta kemajuan kaum proletariat. Dimasa ini mungkin kapitalist Internasional bercakar-cakar, pecah belah atau bermusuhan dan kekuatan proletaria dalam dan luar negara lebih mudah dipersatukan. Inilah masanya buat proletaria sesuatu Negara buat mengadakan menurut kekuatan kekuatan dan luar! sebaliknya dimasa Hoch Konjuktur, dimasa makmur, dimasa produksi memuncak, dimasa hampir semua kaum buruh mendapat pekerjaan, maka kendorlah keinsyafan, perasaan dan kemauan revolusioner itu digolongan proletaria sendiri keculai pada sebagian kecil, ialah golongan pelopornya. Dimasa semacam ini kapitalist Internasional sedang membagi-bagi untungnya dan proletaria didalam dan diluar Negara lebih susah dipersatukan dan dikerahkan buat menyerang musuh bersama secara revolusioner. Bukahlah dimasa makmur itu saat yang paling baik buat mengadakan serangan revolusioner terhadap kapitalisme. Aksi menambah gaji memanglah baik buat dijalankan. Tetapi semua aksi revolusioner biasanya kandas, karena kelemahan nafsu berkorban.
Bagaimanakah keadaan nasional dan internasional pada tahun 1926.
Kita ketahui bahwa KRISIS hebat mengamuk pada tahun 1918 sampai 1922. pada tahun 1926 itu roda ekonomi sedang berputar menuju kepuncak kemakmuran. Tahun 1929 KRISIS mengamuk kembali diseluruh dunia. Hal ini tidak diharapkan pada tahun 1917-1922, tetapi hal ini benar terjadi. Hal ini di Rusia dirasa amat penting sekali. Berhubung dengan hal ini apakah revolusi dunia mesti didorong ataukah Rusia baik membelok dahulu keperusahaan membangun. Inilah pertanyaan yang timbul dalam kepala tiap-tiap komunis dimana-mana terutama di Rusia. Mendorong revolusi dunia artinya mempersulit kedudukan Rusia didunia Internasional dan membangunkan kembali semangat kapital dunia memblokir dan menyerang Soviet Rusia. Beginilah paham satu pihak dimasa ini. kita masih ingat bagaimana "Surat Zenovief" dipakai oleh kaum reaksioner Inggris buat memukul kaum kiri dalam pemilihan umum di Inggris. Pada masa itu Zenovief, yang katanya mengirimkan surat pada kaum buruh Inggris, adalah ketua Komintern. Sekarang nyata pada kita, bahwa partai komunis Rusia tiada mengambil tindakan yang disangsikan hasilnya. Rusia membelok menukar kelapangan membangun, ialah menjalankan RENCANA EKONOMI 5 tahun. Ini dijalankan dengan jaya. Rencana ekonomi 5 tahun sudah tentu membutuhkan damai buat pertukaran barang dengan dunia kapitalist. Rusia menjual minyak dan gandum dan membeli mesin dari negara kapitalist. Tuduhan dunia kapitalist bahwa Komintern adalah alat pemerintah Rusia selalu dijawab: bahwa Komintern adlah satu Badan yang terpisah dari Pemerintah Soviet Rusia.
Adakah PKI memperhatikan keadaan Internasional dimasa itu?
Saya tak mendengar hal itu diperundingkan di rapat manapun juga. Juga tiada dikaji masak-masak ataupun diperundingkan keadaan ekonomi di dalam Negara. Sudah diketahui sekarnag bahwa hampir semua pabrik gula pada tahun 1926 dibuka kembali. Kebon getah, teh, kopi, kina, palm-olie, tembakau dll, serta tambang emas, intan, timah dan minyak sedang asyik bekerja mengeluarkan hasil bertimbun-timbun. Kereta dan kapal sedang giat mengangkut hasil kapitalist melimpah-limpah. Sebagian besar proletaria tanah dan mesin bisa bekerja dengan upah yang menghidupkan mereka sebagai kuli. Bukanlah pada masa ini memuncaknya keinsyafan, perasaan dan kemauan proletaria buat diorganisir dan dikerahkan menyerang kapitalisme Belanda yang pada saat itu tentulah siap buat dibantu oleh kapital Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat disekitar dunia.
Saya selalu mendapat laporan dari PKI dimasa ini! Almarhum Aliarcham, ketua PKI selambat-lambatnya seminggu sekali melaporkan aktiviteitnya, usahanya partai dimana saja saya berada. Demikian pula saudara SECRETARIS PARTAI dimasa itu. Tetapi sebelumnya surat PUTUSAN PRAMBANAN itu dikirimkan kepada saya, tiadalah ada satu patah katapun diarahkan kepada perundingan buat memeriksa kemungkinan sesuatu percobaan revolusi langsung dibawah bendera PKI sebagai SEKSI KOMINTERN. Tiba-tiba saya menerima PUTUSAN PRAMBANAN dan undangan ke Moscow buat meminta bantuan. Malangnya pula beberapa hari sebelumnya saya menerima surat "undangan" itu saya menerima surat, bahwa Almarhum Aliarcham sudah ditangkap dan dibuang.
Almarhum Aliarcham dimasa itu baru sedikit umurnya diatas 20 tahun. Dia ingin keluar berjumpa dengan saya. Laporannya kepada saya membuktikan kecerdasan dan semangat revolusioner yang menyala-nyala. Bukti pula menyatakan, bahwa sikap komunis ada padanya, ialah berani mengakui kesalahan dan ikhlas pula mencabut kembali langkah yang sudah terlanjur. Kehilangan Aliarcham buat parati seperti juga kehilangan komunis-lama, seperti Soegono, dimasa itu dan sekarang pun saya anggap satu kehilangan yang sungguh merugikan.
Ringkasnya kemungkinan jaya atau gagalnya satu revolusi yang langsung dipimpin PKI yang sudah tentu membawa PUSATNYA ialah KOMINTERN, tiadalah diperundingkan dengan para teman yang berkepentingan. Akibatnya AKSI PKI sebagai cabang Komintern, yang tentu akan membawa-bawa Rusia pula tiada diperundingkan. Juga tiada perundingan bagaimana dan berapa jauhnya kaum revolusioner di Filipina, Annam dll dan partai komunis di Amerika, Perancis, dan Inggris bisa memberi bantuan. Kalau hal ini diperundingkan di Moscow lebih dahulu, sudahlah pasti PUTUSAN seperti di PRAMBANAN tak akan berlaku ataupun timbul.
Semua uraian kita diatas tiada berarti bahwa gerakan revolusioner bahkan revolusi pun umpamanya REVOLUSI yang bersifat anti-imperialsme untuk NASIONAL tidak mungkin. Ini memangnya mungkin. Saya sendiri selalu memajukan kemungkinan itu baik di Moscow ataupun di Asia ini. tetapi PROGRAM, ORGANISASI, TAKTIK-STRATEGY serta SEMBOYAN pun mesti dicocokan dengan keadaan dan kekuatan yang nyata atau tersembunyi baik didalam maupun diluar Negara Indonesia.
4. Perkara Organisasi
Banyak pekara yang berhubungan dengan ORGANISASI yang sudah saya uraikan dalam tiga BROSURE terdahulu disekitarnya tahun 1926 itu. Uraian itu tak perlu diulang lagi.
Saya pikir, bahwa ORGANISASI PKI tahun 1926 masih banyak mengandung kekurangan. Maka kekurangan itu banyak pula mempengaruhi PKI terdorong kejurusan PUTCH, ialah aksi bersandarkan semata-mata senjata kemiliteran. Bukannya bersandar pada MASSA-AKSI yang bersandar pada MURBA yang bergerak terus menerus disebabkan terutama oleh keadaan POLITIK-EKONOMI, menuju kepada tuntutan yang berjiwa HAK POLITIK-EKONOMI pula.
Apakah MOTIVE-FORCE, kodrat penggeraknya sesuatu PARTAI KOMUNIS?
Hasrat sesuatu Partai Komunis, ialah mengubah masyarakat yang berdasarkan PRODUKSI KAPITALISTIS, ialah penghasilan dengan cara memeras (exploitation) tenaga buruh, untuk, dua tiga lusin kapitalist, melalui jalan Massa-Aksi-Teratur, menjadi masyarakat SOSIALISTIS, pada tingkat permulaan, yakni menagdakan hasil secara RATIONALIST (terkendali) buat seluruhnya masyarakat yang kerja menuju ke-masyarakat komunis. Didunia sosialistis isepan (exploitation) itu dilenyapkan. Didunia Komunistis, maka STAAT, Negara sebagai alat penindas kaum buruh lenyaplah pula.
Golongan apakah yang lebih pantas lagi dalam masyarkat buat menjalankan perubahan masyarakat kapitalistis itu menjadi masyarakat sosialistis (nanti Komunistis) selainnya dari pada golongan yang sehari-hari diisap dan ditindas dalam pekerjannya dalam semua perusahaan Kapitalistis? Dalam perusahaan kapitalsistis, yang menghasilkan besar-besaran dnegan alat mesin modern dan administrasi secara modern pulalah terdapat proletaria modern. Disinilah proletaria diikatkan pada mesin modern, diorganisir dan di-disiplin secara modern, scientific menurut ilmu.
Didalam perusahaan modern inilah sesuatu PARTAI KOMUNIS harusnya mencari calon buat MOTIVE-FORCE, KODRAT-PENGGERAK revolusi sosial. Tingkat pertama yang baiknya ditempuh oleh pekerja-murba dalam dunia ORGANISASI ialah PAKBON. Sebagian (tak semuanya) pekerja yang insyaf akan keadaan hidupnya mempersatukan diri buat maksud yang pertama ialah memperbaiki nasib hidupnya (tambahan gaji, kekurangan lama kerja, hak mogok dll). Dari PAKBON sebagai organisasi buruh tingkat pertama inilah PARTAI KOMUNIS seharusnya mencari calon buat anggotanya. Dari anggota PAKBON-lah disaring para anggota PARTAI KOMUNIS ialah pelopor, kodrat-penggerak, MOTIVE-FORCE dalam revolusi-sosial. Tak pula perlua banyak asal saja cerdas, jujur, aktif dan bisa memimpin atau mempengaruhi seluruh PAKBON tadi.
Syahdan dalam gerakan Rakyat berperang, maka kita lihat pertama KADER-OPSIR, yang memimpin tentara tetap. Disekitarnya TENTARA-TETAP dibawah pimpinan KADER-OPSIR, itu kita lihat RESERVE dan seluruh rakyat.
Tak berapa bedanya dengan itu maka kita wujudkan dalam gerakan revolusi-sosial PARTAI-KOMUNIS sebagai kader opsir yang memimpin PAKBON. PAKBON itu seolah-olah TENTARA TETAP diaatas tadi. Disekitarnya PAKBON, yang memimpin oleh PARTAI KOMUNIS kita lihat PKERJA seluruhnya dan Rakyat lainnya.
Memang para saudagar kecil bangsa Indonesia terdesak oleh sudagar asing. Majikan perusahaan kecil Indonesia (perusahaan batik umpamanya) terdesak majikan perusahaan asing. Semuanya pedagang kecil, tukang warung kecil, sampai penjual sate dan gado-gado, disampinya warga-kota yang kecil seperti juru-tulis, tukang, intelligensia-miskin, yan gsemunya kita namai saja warga-mskin, terdesak sungguh oleh kapital asing. Tetapi tiada langsung terdesaknya. Mereka berada diluar kebun, tambang, pabrik, kereta, dan perkapalan asing. Mereka tiada diikat oleh mesin, adm, organisasi dan disiplin-nya kapital asing dalam satu perusahaan asing. Sebab itulah, maka tak tepat kalau mereka dijadikan MOTIVE-FORCE dalam gerakan komunis. Setengah atau satu lusin diantara mereka yang cerdas, jujur, dan berani yang terikat oleh FILSAFAT MATERIALISME DIALEKTIS dan rasa tanggung jawab terhadap masyarakat tentulah patut diterima didlam PARTAI KOMUNIS. Tetapi umumnya mereka WARGA-MISKIN ini berhasrat dan berfilsafat hidup yang berlainan dari pada proletaria modern. Memasukkan mereka terlampau banyak kedalam PARTAI KOMUNIS niscaya akan memperlemah dasar tujuan PARTAI KOMUNIS. Mayority, lebih dari setengahnya banyak warga kecil dalam PARTAI KOMUNIS mudah dibelokkan PARTAI KOMUNIS kelapangan anarchisme atau opportunisme, PUTSCH atau CONTRA-REVOLUSI. Mayority sebagian besar dari pada anggota sesuatu PARTAI KOMUNIS buat menjaga kesehatannya partai itu harus terdiri dari PROLETARIA INDUSTRI. Para pekerja INDUSTRI BERATLAH yang sepatutnya mendapat perhatian pertama buat dijadikan anggota PARTAI KOMUNIS.
Sebermula, maka harus diinsafkan lebih dahulu, oleh para pemimpin Komunis Indonesia, bahwa Indonesia ini (pada tahun 1926 itu!) adalah satu jajahan. Kapitalisme disini ialah kapitalisme penjajahan dan penjajah yang amat terbelakang pula dalam per-industrian berat di negaranya sendiri-Belanda! Perusahaan Indonesia sebagian besar terdiri dari perusahaan bahan, seperti getah, timah, dan kina perusahaan mewah seperti teh, gula, kopi, tembakau. Memang ada perusahaan penting (vital) seperti minyak bumi dan arang, disamping pengangkutan modern, seperti perkongsian kereta api dan perkapalan. Tetapi per-industrian-berat seperti tambang besi, perusahaan baja dan mesin, perusahaan barang kimia dan listrik dan akhirnya industri MESIN BIKIN MESIN, atau INDUSTRI-INDUK, belum lagi muncul sama sekali, walaupun bahan serta tenaga melimpah dikepulauan Indonesia ini. lantaran semangat ahli-keju dan tukang warung serta kedudukan perekonomian sebagai jongos Inggris, maka pikiran dan perhatian Belanda tak sampai dan tak mungkin sampai kepada INDUSTRI-INDUK tadi.
Indonesia belum sampai ketingkat perindustrian-berat dan baru berada pada pemulaan industri enteng, seperti perusahaan kain, kertas, tinta dan pena. Tetapi perkebunan, pertambangan, pengangkutan serta perdagangan sudah dijalankan secara modern sekali dan mempunyai sifat internasional. Pada perusahaan yang sudah sampai ketingkat tertinggi dalam perusahaan yang adalah seharusnya PKI memperedarkan matanya. Kepada perusahaan yang paling modern mesinnya, yang paling up-to-date (baru) administrasinya, yang paling penting hasilnya buat dalam dan luar Indonesia dan akhirnya kepada buruh yang paling banyak terpusat, paling terususn-terdisiplin, jadinya mereka yang paling merasa pula isepan dan tindasannyalah perhatian dan usaha yang pertama seharusnya ditujukan.
Dengan jalan terbuka, aklau bisa dan jalan tertutup kalau terpaksa, PKI seharusnya memusatkan semua perhatian usaha dan tenaganya terutama sekali kepada buruh minyak di Cepu, Wonokromo, Palembang, Deli, Balikpapan dan Tarakan. Disinilah terkumpulnya 120.000 atau mungkin lebih proletaria tulen-modern-produktive, menghasilkan barang penting buat dunia seharusnya. Disini PKI baru boleh dikatakan mendapat kemenangan tentangan pengaruh dan organisasi kalau bisa mengikat separuh atau lebih proletaria otak dan tangan. Setelah PAKBON tertanam disemua sumber minyak tersebut, dan setelah mendapatkan cukup calon buat didik dan disiplin oleh PKI sebagai para anggotanya, barulah bisa PKI berkata, bahwa dia sudah mempunyai pimpinan atas proletaria minyak. Kalau kelak bendera PKI cabang Komintern dikibarkan diatas tambang dan pabrik minyak tersebut, dan kapitalistis Belanda-Inggris dan Amerika mengirimkan kapal perang dan pesawat udaranya buat membela "harta bendanya" disemua tempat tersebut dan pasti akan dibelanya maka barulah boleh dikatakan ada jaminan, bahwa revolusi sosial (termasuk nasional) disana akan dibela, mati-matian secara Komunistis, cocok dnegan Organisasi Program, Taktik-strategy-nya, Autoriteit dan Namanya Komintern.
Sepadan dengan kepentingan perusahaan minyak tanah, maka perusahaan lain-lainnya pun mesti mendapat perhatian sepenuhnya pula. Perusahaan itu ialah perusahaan besi dan bengkel seperti Bengkel Manggari di Jakarta, ACW di Bandung, Braat dan Nagel & Co di Surabaya 180 atau kurang pabrik gula di Jawa, tambang arang di Sawah Lunto (+ 40.000 buruh kontrak dan rantai!) tambang timah di Bangka dan Billiton, tambang emas di Bengkulu dan Minangkabau. Haruslah pula dimasuki ratusan kebun modern dan pabrik kecil-kecil dimana-mana. Setelah proletaria yang menghasilkan barang ini tersusun dalam PAKBON dan saringannya dilatih, diuji dan akhirnya diterima sebagai anggota-aktif dalam PKI maka dijalankan pula atau disampingkan pula pekerjaan dalam perusahaan kereta-api, perkapalan, kanotr, sekolah dan polisi serta tentara.
Patut diperingatkan disini bahwa bukannya Serikat Rakyat yang mestinya dijadikan ONDERBOUW, ialah lantai bawahnya PKI, melainakn PAKBON, menurut kepenitngan buruhnya dalam dunia perekonomian. Sebaliknya tidak pula Serikat Rakyat mesti dimatikan automatis, menurut salah satu putusan Kongres PKI di Yogya, Desember 1924! Ini juga bertentangan dengan putusan Komintern pada ketika saya berada di Asia. Saya sendiri tidak mengetahui putusan mematikan Serikat Rakyat, sebelumnya saya mengetahui PUTUSAN KOMINTERN tadi. Menurut pikiran saya Serikat Rakyat berhak dan patut berdiri disamping PKI dan dibawah pimpinan Semangat (spiritual leadership) PKI seperti mudah dimaklumi warga-miskin adalah hasil imperialisme dan kapitalisme juga, dan bermusuhan terus dengan kapital imperialistis, sebelumnya Negara Nasional Indonesia didirikan. Memang semangat ke-revolusioneran-nya turun naik menurut kemakmuran dan Krisis-ekonomi di Indonesia: turun semangat memberontak sebagai golongan dalam waktu kemakmuran, dan naik diwaktu Krisis. Ini adalah hal biasa! Juga terjadi diantara golongan proletaria.
Dari Almarhum Aliarcham sendiri saya menerima laporan tentangan mematikan (sendirinya) Serikat Rakyat. Saya tentu tidak setuju, Saya sendang berkirim-kiriman surat (dari Manila) membereskan persoalan Serikat Rakyat itu. Tetapi malangnya pula sdr. Aliarcham ditangkap dan dibuang.
Di Moscow laporan saya tentangan banyak anggota PKI pada tahun 1922 selalu mendapat gangguan saja kiri kanan "Bagaimana" tanya para komunis dari beberapa Negara dari yang muda remaja sampai beruban, bagaimana bisa 40.000 banyaknya anggota PKI. Sedangkan Amerika dimasa itu baru mempunyai 2 atau 3000. Tiongkok paling banyak 100 orang dan Hindustan Cuma beberapa lusin saja?" Apakah industri yang ada di Ternate, yang beruntung mempunyai 1.300 anggota yang aktif dan taat itu tanya mereka itu pula.
Dari salah satu buku statistik (Yaarboek?) di Balai Pembacaan Jakarta kita bisa baca berapa orang diantara mereka revolusioner di Digul yang boleh dinamai proletaria yang dimaksdukan di Moscow dan dunia Barat. Kalau saya tak silap Cuma beberapa orang saja. Sebagian besar adalah pedagang kecil dan guru sekolah dasar atau langgar.
Kaum pemberontak di Silungkang anggota PKI terdiri dari para saudagar yang masuk golongan kaya buat perdagangan Indonesia, seperti para saudagar di Lawean (solo), di Kota Gede (Yogyakarta) dan di Kudus. Disamping Silungkang terdapat tambang arang Sawah-Lunto, perusahaan terbesar buat selurunya Indonesia, dengan + 40.000 buruh tambang yang paling terhina, terperas dan tertindas. Tetapi PKI belum lagi bisa mengatasi kesulitan meng-organisir buruh tambang itu. Asistent Residen disana daya memperkosa percobaan mendirikan PAKBON.
Para pemberontak Silungkang tentulah tiada memakai materialiamse dialektis sebagai obor pergerakan melainkan dalam hakekatnya perasaan kebangsaan. Tiadalah mementingkan MURBA dn MASSA AKSI melainkan keberanian dan senjata. Tiadalah pula mementingkan TUNTUTAN POLITIK-EKONOMI yang nyata melainkan kebencian pada pemerintah asing dan kapitalisme asing.
Para pemberontak Banten pula menjadi anggota PKI tentulah pula dalam filsafat hidup dan perjuangannya tiada berdasarkan Materialisme Dialektis, melainkan keteguhan kepercayaan pada Allah (Jimat). Tiadalah mementingkan MURBA dan MASSA AKSI TERATUR melainkan iman dan ketabahan, bahkan tak memperdulikan senjata "lahir" sama sekali atau taktik strategy berjuang sama sekali. Bukanlah tuntutan Politik-Ekonomi yang nyata yang dituju, melainkan Masyarakat berdasarkan ke Islaman.
Tak kurang memang tak perlu kurang artinya kaum saudagar dan kaum Islam dalam masyarakat kita. Tak pula mestinya kurang kejujuran, keberanian dan ketabahan mereka dalam perjuangan kemerdekaan. Tetapi pencaharian hidup yang berlain-lain yang menimbulkan wujud, muslihat dan minat berjuang berlain-lain pula. Berhubungan dnegan hal ini sepatutnyalah para saudagar, alim-ulama dan umat Islam umumnya mempunyai Partai istimewa yang bergandingan tangan dengan Partai Komunis, dalam satu gabungan Nasional.
Pikiran saya, bahwa dalam Partai Komunis terlampau banyak beranggota non-proletaria dan terlampau sedikit proletaria (mesin) dan mungkin belum lagi 1% kaum proletaria mesin dan tanah, pabrik, tambang dan kebun yang jumlahnya barang kali lebih kurang 3.000.000 dimasa itu masuk kepalam PAKBON, amat disetujui oleh Almarhum Aliarcham.
Sdr. Aliarcham memasuki pabrik gula didaerah Surabaya. Menurut laporannya terakhir sudah mempunyai Pakbon ber-anggota 200.000 orang. Tetapi ini berarti memasuki sarang macan. Laporan inilah yang terakhir saya terima dari Sdr. Aliarcham. Di tangkap dan dibuang. Semuanya menunjukkan bahwa PKI tidak mempunyai kader yang proletaris tulen. Belum mempunyai RESERVE ialah PAKBON yang mengikat, umpamanya setengah saja dari proletaria mesin dan tanah. Dengan begitu maka PKI mudah akan terdorong oleh non-proletaria kelaparan PUTSCH.
5. Saat menerkam dan kesimpulan
 Dalam "Naar de Republik Indonesia" (1924) dan Massa Aksi (1926) sudah luas dalam saya uraikan siasat massa aksi. Disini Cuma sedikit tambahan saja akan disampaikan.
Baik dalam perjuangan dua orang jago silat ataupun dua-team sepak bola, apalagi dalam peperangan Negara dan Negara maka SAAT bila akan menerkam itu amat penting sekali, buat diperhatikan.
SAAT itu pada instansi, tingkat terakhirnya, ialah ketika kita mempunyai kekuatan sebesar-besarnya dan musuh sekecil-kecilnya. Pada saat itulah bisa dilakukan pukulan terakhir (strategic-blow).
Maksud pukulan terakhir itu ialah dengan cepat, sekonyong-konyong dan dengan kekuatan sebesar-besarnyamenerkam rantai terlemah tentara musuh dengan maksud memutuskan rantai organisasnya serta akhirnya menghancur-leburkan seluruhnya tentara musuh itu.
SAAT menerkam itu teramat penting pula dalam pejruangan revolusioner berdasarkan massa-aksi-teratur. Pukulan terakhir itulah pula yang diwujudkan oleh massa aksi teratur itu.
Tetapi ada banyak pebedaan TENTARA-PERANG dengan TENTARA REVOLUSI. Yang paling mencolok mata diantara perbedaan yang banyak itu, ialah: Pertama Tentara Perang itu sudah lebih dahulu bisa dihitung banyak prajuritnya, baikpun kader, Tentara tetap atau reservenya. Tetapi tentara revolusi itu tak bisa ditetapkan Partai. Pakbon dan lain-lain kumpulan serta rakyat revolusioner yang akan membantu dengan pasti. Kedua, bahwa  latihan  tentara perang sudah bisa dilakukan seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya diwaktu damai. Latihan partai, Pabon dan kumpulan Rakyat tiadalah bisa dilatih betul kalau tidak ada  krisis ekonomi atau politik. Ketiga, senjata tentara perang sesuatu Negara bisa ditentukan lebih dahulu, baik di waktu damai ataupun tambahnya diwaktu perang dengan jalan membeli atau membikin sendiri. Tetapi tentara revolusi-sudahlah tentu tentaranya golongan orang miskin-pastilah pula amat sedikit diwaktu damai, tetapi mungkin amat banyak dimusim reovlusi (contoh) revolusi Perancis, Rusia dan Indonesia sekarang).
Baik perkara banyak orang  (massa), latihan berjuang ataupun persenjataan satu golongan pemberontak, boleh dikatakan sama sekali tergantung pada PSYCHOLOGY, ialah JIWANYA-RAKYAT MURBA pada sesuatu Negara.
Menurut filsafat berdasarkan Materialisme, kebendaan, maka JIWA MURBA tadi terombang-ambing lantaran keadaan lahir, kebendaan, ialah susah-mudahnya mendapatkan makanan, pakaian, perumahan dll. Dalam dunia kapitaisme keadan lahir in iberpusat pada susah-mudahnya mendapatkan pekerjaan ialah jalan mendapatkan upah, ialah jalan pula mendapatkan makanan, pakaian dan perumahan tadi. Dimusim rodanya kapitalisme berputar lancar, mudahlah mendapatkan benda, matter, keperluan hidup itu. Karena mudahnya itu, maka yang revolusioner-pun bisa mnejadi lembek, lena, lalai. Dimusim rodanya kapitalisme berhenti berputar, atau krisis susahlah atau dimustahilah mendapatkan benda tadi buat keperluan hidup. Sesabar-sabar dan sealimnya orang dia bisa menjadi mata gelap, merasa sendiri dan melihat anak istri kelaparan, bertelanjang dan bergelandangan dihujan panas. Kaum berpikir bisa menjadi revolusioner, dimasa krisis seperti itu.
Menurut filsafat Materialisme yang bersandar pada Dialektisme, pertentangan, maka pikiran revolusioner itu melantun (terugkaatsenrebound) kembali kepada MATTER, kebendaan, seperti PENGHIDUPAN, PRODUKSI-DISTRIBUSI, akhirnya kepada STAAT dan PRODUKSI-DISTIBUSI (ekonomi) laam dan membangunkan yang baru. Jiwa semacam ini dinamai revolusioner.
Ringkasnya dimusim krisislah bisa diharapkan tentara revolusioner yang besar, giat-berlatih secara massa-aksi seperti mogok-demonstrasi yang mempunyai maksud yang pasti-terbatas disertai oleh tuntutan pasti-terbatas pula (clear-cut-aim). Dalam latihan itu kelak bisa ternyata berapa jauhnya MURBA yang beraksi itu bisa dipimpin dengan selamat, ialah supaya pengorbanan bisa sekecil-kecilnya dan hasil yang diperoleh adalah sebesar-besarnya. Kalau KRISIS memangnya mendalam, berhubngan dengan itu JIWA RAKYAT memangnya positive revolusioner, maka jiwa Rakyat Murba Indonesia yang menyala-nyala itu pastilah akan menjilat-jilat benteng pertahanan imperialisme Belanda, da nmemasuki sanubarinya serdadu yang bersenjata dalam benteng itu. SENJATA YANG DISIMPAN oleh serdadu yang berdiam dalam benteng Cimahi, Magelang, dan Bandung itu, akan dikembalikan kepada Rkayat revolusioner buat diganti menjadi prajurit revolusioner dari penjual kepala bertukar menjadi pahlawan revolusi.
Bila SAATNYA menerkam, sampai bila pukulan terakhir bisa dijatuhkan dan saatnya benteng imperialsime Belana menyerah bulat-bulat dengan serdadu dan senjatanya tergantung pada beberapa faktor:
Keadaan ekonomi (ada tidaknya KRISIS).



Diatas tadi sudah diterangkan bahwa tahun 1926, ialah musim (cyclus) naiknya kapitalisme dunia (Hoch-Konjucktur). Getah, minyak, timah,emas, intan, gula, kopi, teh, kina dll laku lagi. Kaum buruh sebagian besar terisap lagi oleh perusahaan pabrik, tambang, kabun dan pengangkutan. Semangat revolusioner buat seluruhnya Rakyat terpukul oleh kemakmuran sementara itu. DIBANDING dengan tahun 1945, sesudah perang dunia 5 ½ tahun dan Rakyat Indonesia diisap, dirampokimesin, emas-intan-berlian, padi dan gadisnya: ditindas, ditampar dan di bunuh serdadu perampoknya Tenno Haika, maka kemakmuran dan ketentaraman tahun 1926 kalau dibandikan dengan kemakmuran dan ketentraman tahun 1946 adalah benar-benar seperti perbedaan bumi dengan langit. JIWA RAKYAT (semangat revolusioner) perbandingannya cocok dengan perbandingan keadaan lahir itu.
Walaupun demikian dalam tulisan saya (Naar de Repulik Indonesia, Massa-Aksi dan Semangat Muda) saya akui penuh keadaan dan semangat revolusioner di Indonesia. Lebih revolusioner dari pada dibeberapa negara lain karena seperti saya tulis dalam "Naar de Republik Indonesia"di Indonesia seluruhnya Rakyat tak akan kehilngan apa-apa dalam revolusi, kecuali belenggunya. Lantaran di Indonesia lemah sekali kaum tengah yang bisa menghambat gelombang revolusi Indonesia, kalau betul-betul MURBANYA bersatu dan berdisiplin menuju kesatu PROGRAM yang sesuai dengan KEKUATAN dirinya sendiri.
Partai Berdisiplin.
Parati Komunis ialah pelopornya revolusi. Di negara merdeka, demokratis-kapitalistis, maka PARTAI KOMUNIS itu terutama memimpin proletaria meruntuhkan STAAT KAPITALISTIS itu, sambil me-netralisir kaum tengah (menjaga jangan sampai sebagian kaum tengah dipakai melawan proletaria, bahkan sebaliknya sebagian lagi bisa digerakkan membantu proletaria).
Di negara setengah feodalistis, setengah kapitalistis maka PARTAI KOMUNIS memimpin REVOLUSI pada tingkat pertama ke NEGARA DEMOKRATIS, dan menurut keadaan dalam dan luar Negara seberapa bisa mendorong ke-revolusi sosial.
Di Negara jajahan yang kapitalistis, maka PARTAI KOMUNIS pada tingkat pertama memimpin REVOLUSI ANTI IMPERIALISME buat mendirikan NEGARA DEMOKRATIS, serta selanjutnya menurut keadaan dalam dan luar Negara endorong ke-revolusi sosial, ialah seberapa bisa pula.
Taktik strategy perjuangan dinegara setengah feodalistis dan setengah kapitalistis dan di Negara jajahan itu amat complex, sulit dan berhubngan dengan itu PARTAI KOMUNIS, mestinya amat palastis: sanggup menyesuaikan dirinya dengan keadaan dan tingkatnya (phase) revolusi dengan tiada boleh melupakan ke-revolusionerannya. Bagaimana memimpin golongan yang sekarang  revolusioner (borjuis tengah dan bawah) dan besoknya  sebelum atau sesudahnya mencapai KEMERDEKAAN DEMORKATIS, bisa dengan sekejap mata membalik menjadi contra-revolusioner, inilah persoalan yang sukar dalam keadaan begini.
Dalam perjuangan maju-mundur itu, dengan teman seperjuangan (kaum borjuis atas, tengah dan bawah) yang sekarang kawan, besoknya bisa menjadi lawan itu, maka DISIPLIN PARTAI KOMUNIS itu mestinya tegap seperti baja. Putusan yang diambil dengan persetujuan SUARA-LEBIH dalam perundingan demokratis, serta masak-masak, mesti dijalankan oleh seluruhnya PARTAI, bahkan oleh SUARA KURANG pun (Minority) ........... Perhatikan SUARA LEBIH dan PERUNDINGAN DEMOKRATIS!
DISIPLIN itu mudah dijalankan kalau memang sebagian besar anggotanya sendiri terdiri dari proletaria indsutri modern yang sudah paham benar atas MATERIALISME DIALEKTIS. Susah atau mustahil dijalankan kalau sebagian besar anggotnya terdiri dari bojuis tengah (Silungkang dll) serta Islam revolusioner (Banten, Minangkabau dll).
Lebih mudah disuruh maju diwaktu KRISIS, kalau termapau banyak ber-anggota warga miskin, yang umumnya condong kepada fascisme atau anarchisme-tiu. Lebih mudah disuruh mundur diwaktu kemakmuran, kalau terlampau banyak ber-anggota warga miskin dan tengah, karena mereka umumnya condong opportunisme.
Seluruhnya Rakyat dibawah pimpinan (displin PARTAI KOMUNIS).
Hampir seluruhnya Rakyat Rusia Proletaria mesin dan tanah, serta sebagian besar kaum tengahnya – sesudah mendapat pengalaman yang berharga dalam perjuangan yang lama yang mundur maju semenjak dari tahun 1905 sampai tahun 1917, akhirnya dibulan Nopember 1917 itu sudah sampai mengakui autoriteitnya Partai Komunis Rusia. Terkaman terakhir pada bulan Nopember tahun 1917 diadakan sesudah PARTAI KOMUNIS mendapat kemenangan yang nyata dalam pemogokkan, demonstrasi, pemilihan kota, daerah dan nasional dan akhirnya ........dikalangan TENTARA, ialah kaum bruh tani yang bersenjata.
Seperti disebut diatas, maka disamping PKI yang sebagian besar dari anggotanya itu bukanlah proletaria mesin dan tanah, Cuma berada beberapa PAKBON< yang mengikat paling banyaknya 1% saja dari seluruhnya proletaria. Yang paling teguh organisasinya bukanlah pula buruh produktive, mengadakan hasil, melainkan buruh pengangkutan (VSTP). Buruh pabrik, tambang dan kebun masih cerai sahaja.
Pada tahun 1926, maka Serikat Islam masih berdrii terus dan belum mendapat kecocokan dengan PKI. Serikat Budi Utomo, Pasundan, Sumatera, Minahasa, dan Ambon masih berdiri sebagai benteng provincialisme
Dengan demikian, maka pertama PKI belum bisa secara ORGANISASTORIS, tersusun mengikat seluruhnya GOLONGAN PROLETARIA dengan perantaran PAKBON. Kedua balum pula bisa mengkikat WARGA MISKIN, yang banyak terdapat dibawah pimpinan atau seluruhnya Serikat Islam, apalagi kaum tengah, seperti saudagar atasan, Pamong Praja (BB) dan intelligensia miskin. Ketiga provincialisme belum lagi ditarik kejurusan nasionalisme secara organisatoris.
Sedikit saja pemberontakan, kalau berlaku, mendapat perlawanan dari imperialisme Belanda, maka semua golongan atas dan tengah yang dipengaruhi Islamisme dan provincialisme itu bisa disusun dan dipakai oleh imperialsime Belanda menentang pemberontakan dibawah pimpinan PKI.
Sekarang saja (May 1946) sudah Rakyat Indonesia 3 ½  tahun lamanya menyaksikan dengan matanya sendiri kelemahan Belanda terhadap Jepang, menyaksikan dengan matanya sendiri kelemahan Belanda terhadap Jepang, menyaksikan dnegan matanya sendiri kerendahan watak budi pekerti, bahkan moralnya Belanda ....bekas Tuan dan Nyonya Besar serta NONI ...... dan mendirikan REPUBLIK MERDEKA pada tanggal 17 Agustus 1945, masih bisa Belanda memakai agama dan provincialisme, bahkan nasionalisme dan sosialisme buat meruntuhkan Republik Indonesia dan mengembalikan Indonesia ke Status penjajahan.
Cuma PARTAI KOMUNIS, ber-anggota sebagian besar PROLETARIA MESIN, yang memimpin atau mempengaruhi PAKBON dan SAREKAT RAKYAT MISKIN ; PARATI KOMUNIS, yang berfilsafat MATERIALISME DIALEKTIS dan menjalankan putusan yang diambil oleh KONGRES KOMINTREN-lah yang mempunyai pengharapan buat memimpin gerakan revolusioner di Indonesia sampai ketingkat yang cocok dengan ekuatn dalam dirinya sendiri dan bantuan diplomasi dan moril dari dunia luar.
Seluruhnya Rakyat baru boleh dikatakan, berada dibawah pimpinan Partai Komunis itu, jikalau Rakyat seluruhnya bisa dimajukan – kalau saatnya tiba dan dimundurkan kalau terpaksa ....dengan tiada mengurang kepercayaan rakyat murba pada Partai Komunis itu. Takut mencabut kembali sesuatu PUTUSAN yang sudah diambil beberapa pemimpin, karena takut Rakyat akan marah berarti, bahwa Rakyat itu belum lagi dibawah pimpinannya Partai tadi.
Tuntutan yang NYATA dan SEMBOYAN
Membentuk tuntutan politik dan Ekonomi yang nyata dan dirasa oleh Rakyat umumnya dan klas proletaria khususnya, adalah satu perbuatan yang amat sulit. Cuma mereka yang sudah paham betul tentangan dasarnya filsafat MATERIALISME DIALEKTIS dan cukup paham tentangan SEJARAH, KEBUDAYAAN, PENGHIDUPAN dan JIWANYA RKAYAT INDONESIA-lah yang bisa membentuk TUNTUTAN POLITIK EKONOMI serta SEMBOYAN yang nyata dan terasa itu buat Rakyat Indonesia ini. tuntutan yang nyata dan terasa itu yang bisa menggetarkan JIWA seluruhnya murba berjuang itu, memperteguh imannya dan menimbulkan keikhlasan berkorban.
SEMBOYAN yang tepatlah yang menggetarkan jiwa Rakyat Perancis dalam masa pemberontakan tahun 1789, terhadap feodalisme; yang mendorong mereka berkorban menanam KEMERDEKAAN PERSAMAAN dan PERSAUDARAAN diseluruh benua Eropa.
SEMBOYAN dan TUNTUTAN yang concrete, nyata terasa,yang dibentuk oleh satu PARTAI PROLETARIA, yang sudah lolos dalam beberapa ujian MASSA-AKSI, benar-kecil, politik dan ekonomi PARTAI  yang cakap bijaksana mencocokan semboyan dan tuntutan itu dengan JIWANYA proletaria mesindan tani di Rusia pada tiap-tiap PHASE perjuangan itulah pula perkara yang maha penting dalam revolusi di Rusia.
Tuntutan dan semboyan yang nyata terasa itu adalah tercantum pula dalam salah satu putusan dalam salah satunya KONGRES KOMINTERN.
Apabila salah seorang dari kami menanyakan pada seorang pemimpin PKI apakah semboyan dan tuntutan yang akan dimajukan, kalau kelak PUTUSAN PRAMBANAN dijalankan, maka dijawabnya: "Bunuh Belanda".
Memangnya perang Jambi (1916) juga memajukan semboyan semacam itu. Tetapi semboyan Komunis hendaknya lain dari itu.
Apabila salah seorang dari pada mereka yang hendak menjalankan PUTUSAN PRAMBANAN itu ditanyai pula, apakah UJIAN buat seseorang, yang sudah berjanji ikut menyerbu itu, maka dijawabnya: "Siapa berani majulah kedepan! ".
Di Silungkang banyak kejadian aneh, setelah dentuman bedil sebenarnya terdengar serta pasukan serdadu sebenarnya dilihat oleh "would be" bakal pmeberontak itu!
Semangat Prajurit.
Salah seorang ahli jiwa memajukan tiga perkara yang umumnya ditakuti oleh manusia yakni: 1. ular, 2. darah manusia mengalir, 3. mayat. Tiap-tiap pembaca bisalah memeriksa kebenaran perkatannya itu.
Tiadalah seorang pula bisa menyangkal kebenaran satu pepatah yang bunyinya: Habis geli karena digelitik. Hilanglah geli telapak kaki kalau selalu digelitik (raba) atau bergeseran dengan tanah. Hilanglah pula ketakutan pada ular darh atau mayat itu kalau selalu melihatnya. Tukang potong sapi apalagi algojo tentu tak begitu takut sama darah menglir seperti seorang vegetariert (tak makan daging) berasal dari Dravide (keling) umpamanya.
350 tahun bangsa Indonesia diperas, ditindas dan dilucuti senjata serta dilemahkan semangat perangnya. Memang sebelumnya imperialsime Belanda masuk, bangsa Indonesialah salah satu bangsa pelaut yang paling berani diseluruh dunia ini. darah pembernai itu tidak hilang di jaman Belanda itu, tetapi terpendam, karena tidak ada lagi latihan perang. Apalagi dikota-kota besar dimana si-inlander menghamba sebagai juru-tulis, jongos dan kuli. Semangat ke-prajuritan itu dan lahitan bertempur itu boleh dikatan hilangs ama sekali. Taktik muslihat perang yang sangat dikenal dan digemari oleh neenk moyang kita, silat dengan pisau atau kelewang tak berapa dikenal oleh sebagian besar bangsa Indonesia.
Pada tahun 1926 itu sering saya dengar, memang bisa berjanji ini atau itu sebelumnya musuh sebenarnya kelihatan! tetapi berapa orang yang  bisa  menembak, kalau Moscow umpamanya besok mengirimkan lebih banyak senjata dari yang ada ditangannya Belanda. Siapa yang bisa terbang diantara orang KPI kalau Moscow  seandainya  mengirimkan pesawat penggempur ataupun pengebom.
Jangan dilupakan, bahwa bangsa Perancis, tahun 1789, adalah satu bangsa yang paling war-like, bersemngata perang dimasa revolusi itu. Bangsa Rusia seluruh lelaki yang kuat memanggul senapan dan sudah berperang selama 3 ½ tahun, ketika mengibarkan bendera merah pada tahun 1917 itu.
Sekarang kita bisa membaningkan semangat keprajuritan bangsa Indonesia 1926 dengan kaum revolusioner di Perancis dan Rusia itu, bahkan lebih tepat dengan keprajuritan dimasa sekarang tahun 1946. memang Jepang melatih, mungkin 2.000.000 pemuda (Keibodan, Seinendan, Pelopor Heiho, Peta, Jibakutai) buat memperluas kerajaan Dai Nippon. Tetapi memangnya pula perkataan Marx: Kapitalisme itu menggali kuburnya sendiri.
Kalau tak ada latihan Jepang yang hebat, lebih hebat dan jitu dari pada latihan Belanda, Ingrgis atau Amerika selama dua tiga tahun itu, maka mustahil prajurit Indonesia dengan "bambu runcing" saja bisa merebut bedil, tank, pesawat dan kapal perang seperti di Surabaya. Masakan prajurit Indonesia bisa 7 bulan sampais ekarang menahan serangan udara, laut dan darat di Surabaya dan Semarang itu. Masakan prajurit Indonesia dengan senjata sediit yang direbutnya itu sering menghalaukan Nica, Inggris, Ghurka, bahkan grunya sendiri ialah yang paling berani dan cakap berperang diantara 4 bangsa itu: Jepang. Masakan Krawang dan Bandung bisa dipertahankan sekuat-kuatnya! Semuanya akan lebih nyata, kalau diplomasi ulung, yang berdasarkan "perhitungan" itu tidak dijalankan ialah MEMPERHENTIKAN perang kalau Inggris-Gurka-Nica terkepung, dan pasti menemui ajalnya kalau diteruskan.
Pertentangan dalam Internasional Kapitalisme sendiri.
Soal pertentangan yang ada diantara beberapa Negara Kapitalis satu dengan lainnya amat besar pula artinya buat Rusia dan sangat diperhatikan oleh Partai Bolsyewiki. Apabila Rusia merobohkan Tsarisme dan men-sita harta benda kapital asing (Perancis, Inggris, Germania) maka mereka yang empunya pabrik dan tambang di Rusia, dan berpiutang kepada Tsar itu satu sama lainnya tak saja bertentangan melainkan sudah, berperang. Inggris, Perancis dan Germania tak bisa bersatu menuntut pinjaman uang, pabrik, dan tambangnya, karena satu sama lainnya lemah melemahkan dengan akibat melemahkan kedua pihak yang berperang terhadap Revolusi Rusia. Rusia pada permulaan revolusi mendapat banyak keuntungan dari pertentangan kapital internasional tadi.
Imperialisme Inggris, Belanda, Perancis dan Amerika yang semuanya tentu akan menentang habis-habisan satu revolusi Indonesia yang akan dipimpin oleh PKI SEKSI KOMINTERN pada tahun 1926 itu amat rapat bersatu. Mereka sedang rapat bersatu menentang Komintern dan Rusia yang masih dalam keadaan lemah dalam ekonomi dan teknik yang belum lagi menjalankan rencana 5 tahunnya, belum lagi mempunyai bomber penggempur dan armada itu. Mereka tak akan membiarkan satu Negara baru yang  terang-terangan dipimpin oleh satu SEKSI KOMINTERN berdiri terus.
Mereka sekarang pun tak akan membiarkan begitu saja berdrinya satu Negara yang terang-terangan menegakkan Republik Komunis di Indonesia, tetapi persatuan diantara empat imperialisme diatas tadi tidak seperti ditahun 1926 lagi, dan Soviet Rusia bukan lagi bayi melainkan Negara Komunis yang sudah akil-balig. Tegasnya perbandingan kekuatan kawan-kawan ditahun 1926 jauh berlainan dari pada dimasa ini. dahulu amat merugikan Indonesia. Berhubngan dengan itu, maka PROGRAM (MINIMUM dan MAXIMUM), serta TAKTIK-STRATEGY-nya revolusi ditahun 1926 mesti dicocokan beutl dengan perbandingan kekuatan lawan dan kawan itu, tersembunyi ataupun terbuka.
Menjawab pertanyaan diatas, yaitu bilakah saat menerkam itu, tiba, maka berhubng dengan enam perkara yang dimajukan diatas, 1. Tahun 1926 bukannya tahun Krisis, 2 Partai belum cukup berdisiplin, 3 Belum lagi seluruhnya Rakyat berada dibawah pimpinan (disiplin) PKI, 4. Tuntutan yang nyata dan semboyan tak dipikirkan, 5. Semangat ke-prajuritan Rakyat Indonesia memangnya kendor sekali dan 6. Imperialisme Internasional bersatu menentang yang berbau Komunisme-tentulah belum bisa dijawab begitu saja.
Baru bisa dijawab dalam pengalaman. Sesudah PKI di-proletarirkan, Pakbon dimajukan, warga-miskin disusun pula dalam SUSUNAN ISTIMEWA, dan aksi ekonomi serta politik yang berjiwa pada tuntutan yang nyata-terasa dijalankan baikpun secara terbuka atau tertutup maka barulah kelak bisa diketahui bila pukulan terakhir, ialah saat menerkam dilakukan.
Syahdan saat menerkam dengan pukulan terakhir itu sama artinya dengan saat mendapatkan suara terbanyak, dalam partai, kumpulan Rkayat, Pakbon dan seluruhnya Rakyat .......termasuk serdadu.
Ini pasti tak bisa ditentukan 6 bulan lebih dahulu! Cuma Joyo Boyo yang katanya bisa menentukan bulan dan tanggal kejadian dihari depan itu. Pemimpin Komunisbesar di Baratpun sering gagal mengenal "psychological momment"  saat-jiwa memuncak itu dalam massa aksi yang teratur, yang sudah ada. Apalagi mengenal 6 bulan didepan! Perhitungan yang berdasarkan Materialisme Dialektis bukanlah ramalan Pak Belalang.
Apalagi perkara "mengadakan" revolusi! Barangkali malaikan bisa "mengadakan" revolusi itu tetapi kaum komunis Cuma bisa mempersiapkan diri dan menyambut  datangnya revolusi, sebagai "resultante" (hasil dan akibat) dari 1001 perkara. Yang bisa dicetak itu ialah "PUTSCH".

KESIMPULAN
Kedudukan PKI terhadap Komintern, tanggung jawab saya kepada Komintern, Rakyat Indonesia dan semua anggota PKI sendiri, memaksa saya mencocokkan PUTUSAN PRAMBANAN, ialah "mengadakan" pemberontakan 6 –sebut ENAM- bulan dihari depan itu (pecahnya hampir setahun dibelakang!) .....dengan DASAR KOMUNISME umumnya dan dengan semua PUTUSAN KONGRES KOMINTERN khususnya.
Pendapat saya tentangan PUTUSAN PRAMBANAN.
Berhubung dengan AUTORITEIT dan kebiasaan maka tindakan itu melanggar AUTORITEIT KOMINTERN. Tindakan sepenting itu, karena mengenai dunia internasional, wajib dirundingkan lebih dahulu dengan KOMINTERN. Sekurangnya dengan wakil KOMINTERN di Asia ini, ialah saya sendiri.
Berhubung dengan kerja bersma, cooperation amka putusan sepenting itu sebaiknyalah kalau diperundingkan dengan wakil beberapa Parati Komunis yag bisa langsung atau tak langsung bisa memberi usul, kritik atau bantuan seperti dengan partai komunis Australia, Belanda, Inggris, Amerika dan Annam.
Berhubung dengan ORGANISASI, maka saya anggap sosial-structure (susunan golongan) dalam PKI jauh dari pada tepat. Keinsyafan atau filsafatnya pertarungan kelas masih kurang,s erta disiplin masih amat lemah. Disampingnya itu kaum buruh industri, kaum warga-miskin (aliran nasionalisme dan ke-Islaman) belum lagi terikat dalam organisasi yang pantas.
Berhubung dengan TAKTIK-STRATEGY, maka di pengaruhi oleh aliran anarchisme, opportunisme dan fanatisme, TAKTIK STRATEGY bersandarkan MASSA AKSI, PROGRAM, TUNTUTAN serta SEMBOYAN yang nyata belum cukup dipahamkan. Kekuatan lawan-kawan kurang diperhatikan, serta kuatan semuanya amat dipusatkan pada kekuatan senjata saja.
Maka berhubung dengan semua perkara diataslah maka saya rasa ada kewajiban saya, mengusulakn adanya KONPERENSI-LENGKAP di Singapura. Disini akan dibicarakan perkara patut apa tidaknya dicabut kembali putusan, yang saya pikir terlanjur dan dibelakangnya amat menggelisahkan dan mengacaukan beberapa cabang PKI yang heran mendengarkan putusan tersebut. Sesudahnya itu baru dibicarakan sikap  dan tindakan yang mesti diambil yang cocok dengan keadaan, kekuatan sendiri dan putusan Kongres Kominter, Salah satunya dari pada usul saya itu ialah mendirikan PUSAT sebagai RESERVE di Singapura.
Usul saya yang dibawa oleh Sdr. Alimin disebabkan beberapa hal (yang belum bisa disebutkan) tak sampai ketangan yang sepatutnya. Setiba saya di Singapura sebenarnya masih banyak tempoh buat memperbaiki yang kurang tetap dan mengembalikan PKI ke-rail komunisme. Tetapi disebabkan banyak hal yang tak perlu dan belum bisa dituliskan disini, mak ausaha Almarhum Subakat (Komunis tua dan mati dalam bui) Djamaloedin Tamim (diperintihi menjalankan PUTUSAN PRAMBANAN di Sumater!) dan saya sendiri akan emmbawa PKI ke-rail komunisme dan ke-massa aksi itu Cuma sebagian  saja jaya.
PKI terdorong oleh satu organisasi baru disampingnya ialah DO yang dipimin oleh darah muda yang didorong oleh nafsu terbaru. Beberapa teman di Banten yang sudah kembali dari Digul dengan panjang lebar sekarnag bisa menceritakan aksi yang memberi akibat sedih semacam itu. Banyak pula hal yang belum bisa dituliskan berhubng dengan aksi DO yang menyedihkan itu.  Perlu disebutkan disini bahwa kecurangan hati, kalau ada sedikit sekali terdapat diantara para anggota PKI dan DO umumnya mereka sangat jujur dan cukup merasa tangugng jawab. Tetapi kesulitan berhubungan, darah panas, belum cukup memahamkan arti Massa Aksi dan kerja tertutup, maka PROVOKASI Belanda, bisa menjerumuskan ribuan anggota KADER REVOLUSI Indonesia kerumah penjara dibeberapa tempat dan ke Digul sarang malaria itu. Pasti PKI akan membikin sejarah yang jauh lebih gemilang, akalu tak mendapat tamparan sebesar itu dan empunyai kebijakan memimpin seluruhnya partai kebawah tanah. Semua Partai Nasionalis sesudah PKI ternyata kini Cuma perkumpulan buat mempersiapkan diri menerima bintang dan pertintah TENNO HAIKA saja.
PARI, PARTAI REPUBLIK INDONESIA, didirikan lama sesudahnya keributan tahun 1926 selesai. Alasan terutama ialah karena:
Hampir semua pemimpin PKI yang bertanggung jawab sesudah dimasukkan kebui atau dibuang ke Digul. Perhitungan tepat atau tidaknya  tindakan yang sudah diambil pada tahun 1926 seperti wajib dan lazim dijalankan oleh Partai Komunis di Barat tak bisa kami jalankan lagi.
Mengeritik tindakan yang lampau, mengakui kesalahan kalau perlu adalah satu sikap yang paling diutamakan oleh Partai Komunis Rusia. Tetai memakai terus nama PKI yang tiada mengemukakan kesalahan dimasa lampau kami rasa tindaklah akan menambah perbaikan jalannya pergerakan revolusi Indonesia. Sesudah kesalahan diketahui dan diakui barulah langkah baru bisa dijalankan! Begitulah pula sikap kaum Komunis di Barat!
Habisnya anggota PKI yang kami kenal dari luar negeri dan putusannya perhubungan, memberi kemungkinan kelak ada mereka yang akan meneruskan pekerjaan PKI lama dengan tersembunyi dan dnegan hati curang. Bahaya Provokasi semacam ini kami anggap besar sekali. Mungkin karena sengaja berniat jahat atau tidak berniat jahat bagitu. Tetapi lantaran kurang paham dan pengalaman maka mungkin PKI karena pupular anmanya disesatkan kepada paham dan aksi yang bertentangan dengan dasar komunisme umumnya dan Putusan Kongres Komintern Khususnya.
Pengalaman Indonesia dengan PKI yang dikenalikan oleh V.d Plas PKI dibawah pimpinan Jepang, PKI dengan Mr. Joesoef sebagai ketua. PKI tahun 1936, PKI tahun 1941 dll semua membuktikan berapa susahnya memimpin satu Partai Komunis disesuatu jajahan seperti Indonesia. 1001 kejadian yang menyedihkan dan menyeraman yang berhubungan dengan PROVOKASI Jepang terhadap PKI. Nama PKI yang mempunyai sejarah baik dari tahun 1917 sampai tahun 1926 memang bisa menarik murba dan menjerumuskan murba, cerdas dingin, serta hati yang sabar-jujur penuh dengan rasa tanggung jawab terhadap proletaria dan rakyat Indonesia, proletaria internasional dan dasar Komunis sendiri.
Komunisme dan PKI karena populernya sudah sampai ketingkat menimbulkan fanatisme diantara Rakyat, terutama yang buta huruf. Lebih tepat lagi kalau dikatakan sudah sampai dia mengganti fanatisme terhadap Islam dan Turki dengan fanatik kepada komunisme dan Rusia. Pada tiap-tiap pemberontakan di Sumatera dimasa lamau, mesti diperhubungkan bertia (bohon), bahwa kapal perang Turki sduah berlabuh dipesisir buat membantu kaum muslimin. Pada pemberontakan PKI di Jawa dan Sumatera kapal perang Rusialah yang menjadi buah berita (bohong) itu. Jepang memakai tipu semacam itu pula dan dapat mem-perangkap dan membunuh "komunis" yang kerja tertutup kabarnya puluhan banyaknya.
Semangat berjuang yang didorong oleh fanatisme pun ada tempatnya dalam lapangan revolusi. Tetapi Partai Komunis, seperti Cabang Komintern, wajib dihindarkan dari pada cara berpikir yang tidak berdasarkan barang yang nyata.
Sembarang fanatisme sudah membawa seseorang pergerakan revolusi kejurang opportunisme, facisme ataupun PUTSCH.
Kekuasaan yang diberikan KOMINTERN pada saya (tahun 1922) didaerah yang meliputi beberapa Negara, yang praktisnya boleh dinamakan ASLIA memberi suggestion, petunjuk kepada diri saya, bahwa semua NEGARA ini memangnya mesti dgabung menjadi satu. Teori bangsa (oleh Haddon, Smith, Bastian, CR Logan dll) membuktikan kesatuan bangsa di Aslia itu. Tanah dan iklim memperkuat pula kesatuan itu. Sejarah Sriwijaya dan Majapahit sudah menuju tepat kesitu. Jepang buat keperluan rampuokan dan perampok serta bajak lautnya sudah memperaktekan kesatuan itu. Dahulu dalam "perantauan" saya di Aslia itu saya sudah mendapat keyakinan, bahwa kesatuan bumi-iklim, kebangsaan, perekonomian, kejiwaan (psychology) diperkuat oleh kesatuan musuh imperialistis dibawah tali pengendalinya imperialisme Inggris, dengan Singapura sebagai pusat perdagangan dan strategy, bahwa kewatuan Asliaitu mesti dibentuk dengan jalan revolusioner berdasarkan ekonomi dan proletaria menuju ke internasional.
Bahwasanya atas empat dasr sayag terutama diatas ini, maka barang saiapa yag tak menunggu emas jatuh dari langit, melainkan berjalan dengan mata terbuka diatas tanah yang kesat (kasar) ini sekarang suah bisa menyaksikan kebenaran PARI dalam hampir semua garis dasarnya.
NAMA dan ISI kata REPUBLIK itu sudah mempengaruhi dunia intelligensia, semenjak lebih dari 10 tahun lampau. Pengaruh itu kelihatan memuncak diwaktu REPUBLIK hendak didirikan, 17 Agustus 1945. disekitarnya buku saya NAAR DE REPUBLIK INDONESIA (tahun 1924). Kearah Indonesia Merdeka (tahun 1932 oleh Drs. Moh. Hatta), Mencapai Indonesia Merdeka (tahun 1932 oleh Ir. Soekarno) adalah perhubungan erat yang kelak oleh ahli sejarah akan diuraikan (Ktr. Moh Yamin). Komiter van Actie, bermarkas beasr di Menteng 31, bukanlah berasingan dengan PARI, walaupun kami sendiri tak kenal mengenal diwaktu iitu (keterangan lanjut oleh Sdr. Soekarni!).
Nyatalah sudah bahwa REPUBLIK adalah satu nama yang tepat buat Indoneisa pada tingkat nasional dan internasional sekarang. Nama REPUBLIK itu kelak gampang ditambah dengan perkataan seperti DEMOKRATIS (SOSIALISTIS ataupun KOMUNISTIS, ialah menurut keadaan dan kekuataan lawan dan kawan didalam dan diluar Negara Indoensia dan menurut sifatnya Republik itu sebagai hasil perjuangan yang sebenarnya. Dalam salah satu surat kabar Ingrgis maka dalam pidatonya Stalin (Ktr. Sajoeti Malik) dapat dibaca kalimat yang pendek, tetapi tepat menyingkung keributan tahun 1926. disana disebut……the Indonesian Communist Party wrongly aroused the Soviet power, atau PKI  salah mengemukakan kekuasaan Soviet. Memang begitu pendirian Moscow yang saya dengar sesudah tahun 1926.
Saya baru sekarang mendengar keterangan Sdr. Sajoeti Melik yang menambah kepastiannya itu. Tetapi pendirian itulah yang saya pegang serta menambah mendorong saya mendirikan PARI, PARTAI REPUBLIK INDONESIA, (Juni 1927). Sedikit orang yang tahu dan mau tahu terutama di Asia ini, bahwa kekuasaan Soviet itu adalah penglaksanaan REVOLUSI-KOMUNIS, seterusnya REVOLUSI KOMUNIS itu tiadalah bisa dilakukan pada sembarang tempat dan sembarang tempoh saja. Cukuplah seudah, bahkan sudah lebih dari cukup kalau pada permulaan revolusi disesuatu jajahan seperti Indonesia ini, REVOLUSI itu dipimpin oleh satu PARTAI dengan nama apapun juga. Asal piminan itu berada dalam OBOR KOMUNISME (MATERIALISME DIALEKTIS). Pada salah satu daerah luas di Asia saya kenal satu kumpulan besar yang mengikat seluruhnya Rakyat. Kumpulan itu dinamai "THE ROAD TO HEAVEN" atau jalan ke Surga". Kumpulan itu diakui oleh Komintern sebagai symphatizer, bersimpati. Nama kumpulan itu bukanlah nama ejekan atau kedok! memang daerah itu dikuasai oleh pendeta Budha dan seluruh rakyat beragama Budha. Tetapi sebab sifatnya memang revolusioner maka Komintern yang bukannya grombolan orang DOKTRINER atau FANATISI, maka kumpulan "JALAN KE SURGA" pun boleh dianggap satu kekuatan revolusioner.
Cuma mereka yang lebih mengindahkan nama  dari pada  isi, yang fanatik sama nama dan tak mengindahkan isi saja yang lekas menuduh ber-khianat atau Trotskyist kalau seorang merasa, bahwa nama itu buat  sementara baik ditukar!
Tetapi merka terutama memperhatikan METODE (cara) berpikir revolusioner, untuk AKSI revolusioner dalam MASSA REVOLUSIONER, lekas bisa tahu siapa yang sungguh revolusioner dan siapa yang lidahnya  saja memberontak. Kita sekarang (Revolusi Solo 2 Juni) sudah sampai ketingkat kedua. Dimana kelihatan dua barisan bersenjata ditangan sedang berhadapan satu dengan lainnya: Pihak buruh-Tani-Marhaen Indonesia berhadapan dnegan Nica, FEODALISME dan INLANDERS-ALAT-ALAT BELANDA.
Siapa yang bersandar pada kedua pihak akan kehilangan kepercayaan dari keduapihak itu dan akhirnya jatuh terlentang sendirinya. Dan siapa yang mau diam berdiri ditengah-tengah akan diam-mati terjepit diantara dua pihak itu pula. Seperti kata pepatah: Gajah berjuang sama gajah, pelanduk (sang kancil) mati ditengah!
Akhirulkalam:
Pertama sekali: Sikap saya pada tahun 1926, ialah menarik kembali PKI ke-rail komunisme. PUTUSAN PRAMBANAN sanggap bertentangan dengan DASAR ORGNISASI, TAKTIK dan STRATEGI KOMINTERN dan beberapa PUTUSAN dalam KONGRES KOMINTERN.
Menurut keterangan yang saya terima PUTUSAN PRAMBANAN itupun tak dibenarkan KOMINTERN Para utusan PKI ke Moscow tak mendapatkan yang dimaksud melainkan membawa ( terlambat datangnya) program yang cocok sekali dengan usul yang saya kirimkan ke Moscow sebelumnya mereka berangkat.
Kalau sikap saya menuntut dicabut kembali PUTUSAN yang saya anggap bertentangan dengan dasar komunisme dan PUTUSAN KONGRES KOMINTERN, maka saya, sebagai wakil Komintern pada tahun 1926 itu kalau dianggap pengkhianat terhadap proletaria dan rakyat Indonesia, terhadap PKI dan Komintern dan akhirnya pada proletaria Internasional maka saya akan berkhianat sekali lagi kalau berhadapan dengan persoalan semacam itu pula.
Saya sanggup kelak berhadapan dengan hakim Internasional yang syah dan Kommunistis buat memeriksa siapa yang sebenarnya bersalah dan kaalu perlu yang patut dihukum berhubung dengan keributan tahun 1926 dan semua akibatnya itu.
Kedua:
Semenjak hampir 20 tahun PARI berdiri sudah terbukti banyak kebenaran dalam garis besarnya. Juga disini nyata kebenarannya pepatah: The proof of the pudding is in the eating, atau pengalaman itulah hakim yang sebenarnya.
Terbuktilah sudah bahwa dasarnya PARI banyak yang sudah dilaksanakan dalam revolusi sekarang. Banyak anggota PARI yang mengambil bagian dalam revolusi yang sebenarnya ini. terbuktilah pula benarnya taksiran PARI 20 tahun lampau, bahwa dalam perjuangan akan datang boleh jadi sekali rakyat Indonesia akan terpaksa bersandar pada kekuatan dirinya sendiri. PARI menang bersandar pada dasar "zelf help" tolong diri sendiri.
Memangnya karena bermacam-macam hal terpaksa begitu. Sudah sepuluh bulan rakyat serta pemuda Indonesia menentang perampok Internasional (Inggris, Gurka, Jepang, Nica) dengan otak sendiri kepercayaan atas diri sendiri, dengan BAMBU RUNCING sebagai MODAL SENJATA yang pertama!
Perjuangan sekarang dan DIHARI DEPAN pastilah pula akan melaksanakan DASAR TUJUAN PARI yang kearah ke "ASLI" – Asia australia. Syahdan Semenanjung Malaka dibenua Asia sudah seratus percent berdiri diatas tuntutan Indonesia ialah: PERGABUNGAN DENGAN REPUBLIK INDONESIA yang merdeka 100%.
AUSTRALIA menuju kecerdasan dan SIKAP yang jujur – consekueent. Baru ini di London Australia menolak sikap Inggris Belanda menjajah Indonesia dan mempermalukan keinginannya sendiri membikin ALLIENCE (Persekutuan perang) dengan POPULAR GOVERNEMENT (Pemerintahan Rakyat) dalam Indonesia merdeka 100%.
Dua tiga pasukan pun FANATISI, DOCTRINER atau DOGMATIS tak akan bisa menahan ARUS BANJIR kejurusan ASLIA itu selama undang-undang POLITIK EKONOMI berlaku.
Ketahuilah bahwa kaum komunis yang membentuk RUSIA sampai menjadi NEGARA seperti dimasa ini, bukanlah kaum DOGMATIS melainkan revolusioner, yang bisa mencocokan TEORI KOMUNISME dengan keadaan: yang memakai Komunsime, bukan sebagai DOGMA, kaji apalan, melainakn sebagai GUIDE, penunjuk jalan buat AKSI.
Dengan HAKIM KOMUNIS INTERNASIONAL yang sah, saya juga sanggup berhadapan, buat embela berdirinya PARI. Perkara nama itu, kalau memang kelak masanya sampai saya sendiri akan bergembira mengembalikan nama yang sebenarnya, seperti saya bergembira bisa melemparkan nama Hasan, Fuentes, Tan Ming Seng, Howard Low dan sebagainya dan mendapat nama sekarang dimasa berterang-terangan ini.
Disamping PID Belanda memakai nama Tan Malaka palsu, demikianlah dia mempropagandakan dengan s.k MENARA MERAH-nya bahwa TAN MALAKA yang sebenarnya sudah DIROYEER oleh Komintern.
Saya sendiri barus sekarang mendengar kabar yang mengherankan itu! tetapi sekarang sudah boleh saya umumkan bahwa tahun 1932 saya masih mendapat kepercayaan KOMINTERN. Penangkapan di Hongkong (10 Oktober 1932) menurut kabar Ingris, ialah ketika saya dalam perjalanan ke Siam. Tetapi bukanlah SIAM yang menjadi tujuan, bahkan Hindustan, BRITISH INDIA yang dikangkangi Inggris itu sendiri .............
Saya lepas dari semua perangkap yang dipasang dimasa dan sesudahnya tangkapan itu tetapi semenjak tahun 1932 sampai 25 Agustus 1935, saya lepas pula dari  semua  perhubungan dengan teman yang saya kenal di Indonesia, Asia dan Eropa. Saya terpaksa kerja sendiri dimana saya berada.
Saya Tahu KOMINTERN belum pernah MEROYEER seorang UTUSAN atau anggotayang pernah diberinya kepercayaan penuh, sebelum bertemu dengan orang itu sendiri dan terbukti kesalahannya. Saya yang pernah menjadi wakil KOMINTERN itu dan juga wakil PROVINTERN (ini tak perlu dirahasiakan lagi) tak mungkin akan di ROYEER) begitu saja sebelums aya dipanggil dan diperiksa tuduhan kalau ada. Tak mungkin KOMINTERN akan bertindak atas asutan atau tuduhan palsu saja, zonder di konfontrikan orang yang dianggapnya bersalah itu. Saya sendiri tak pernah dikonfrontir oleh siapapun juga, dimanapun juga, berhubung dengan tuduhan apapun juga. Bahkan menerima surat pun tidak, karena seperti saya sebutkan diatas putsu perhubungan tadi dan hidup terumbang-ambing karena kemiskinan dan kesehatan amat terganggu.
Kepada sepenuduh yang bisa tahu tempat tinggal  saya saja, dimana saya di-ROYEER itu saya akan hadiahkan jamu URAT SYARAF yang paling manjur sekali sebagai upah kecakapannya yang luar biasa itu dan obat urat syarafnya yang rupanya amat terganggu itu.
Saya sendiri yakin, bahwa penyiar kabar royeeran itu tak tahu dimana saya ketika itu. Tetapi saya yakin pula, bahwa mestinya dia tahu dimana Tan Malaka palsu dimasa Tan Malaka sebenarnya diroyeer itu!
TAMAT
sumber : http://www.tanmalaka.estranky.cz/

Klik Bintang Untuk Voting Anda
Rating: 4.5
Description: Thesis (sambungan)
Reviewer: Unknown
ItemReviewed: Thesis (sambungan)


About the Author

Posted by Unknown on Minggu, Maret 20, 2011. Filed under , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

By Unknown on Minggu, Maret 20, 2011. Filed under , . Follow any responses to the RSS 2.0. Leave a response

Latest Posts :

Hotel

Kuliner

Wisata

Artikel Lainnya » » More on this category » Artikel Lainnya » »

Musik

Tari

Ukiran

Artikel Lainnya » » Artikel Lainnya » » Artikel Lainnya » »

Top Post

Coment

Adat

Artikel Lainnya»

Budaya

Artikel Lainnya »

Sejarah

Artikel Lainnya »

Tradisi

Artikel Lainnya »

Di Likee "Yaaa.." Kalau Postingan Di sini Sangat Bermanfaat Dan Membantu bagi Anda ..

VISITORNEW POST
PageRank Checker pingoat_13.gif pagerank searchengine optimization Search Engine Genie Promotion Widget ip free counter